Nawala vs Blog: Persamaan, Perbedaan, dan Strategi Pemasaran Konten

Nawala vs Blog: Persamaan, Perbedaan, dan Strategi Pemasaran Konten

Di era informasi ini, konten adalah raja. Baik melalui nawala, blog, atau media-media lainnya, konten-konten dapat membantu bisnis mencapai audiens yang lebih luas, membangun kredibilitas merek, dan mendorong pertumbuhan.

Namun, banyak orang masih bingung membedakan antara konten nawala (biasa disebut juga buletin atau newsletter) dan blog, serta bagaimana memanfaatkan masing-masingnya dalam strategi pemasaran konten (content marketing).

Persamaan antara Konten Newsletter dan Blog

Persamaan antara Konten Nawala dan Blog

Akhir-akhir ini, memang sulit membedakan antara konten nawala dan blog. Platform-platform seperti Substack yang sebenarnya hadir untuk memfasilitasi peluncuran nawala, ternyata juga memiliki fungsi laiknya web. Sehingga, saat Anda menerbitkan nawala di sana, konten itu juga dipublikasikan sebagaimana artikel blog.

Di lain sisi, konten untuk nawala dan untuk blog pada dasarnya bertujuan serupa, yaitu untuk meningkatkan brand awareness, engagement, membangun otoritas serta loyalitas pelanggan. Sebagai media dalam strategi pemasaran konten, keduanya sama-sama ampuh dalam menyampaikan:

  • Informasi: opini, reviu, cerita pengalaman, edukasi, dakwah, dan lain-lain.
  • Jualan: iklan produk afiliasi, promosi produk, dan sebagainya.
  • Hiburan: cerita fiksi, humor, anekdot, dan lain-lain.
  • Call to Action (CTA): untuk memesan atau berlangganan sesuatu, meminta demo software, mengunduh e-book gratis, mendaftar webinar, dan sebagainya.

Relatif sama, bukan? Namun, keduanya tidak bisa disamakan juga.

Perbedaan Konten Nawala dan Blog

Perbedaan Konten Nawala dan Blog

Yang membedakan nawala dengan blog adalah tempatnya. Blog berada di tempat umum jagat maya. Kecuali bila memang sengaja dikunci oleh pemiliknya, siapapun bebas mengaksesnya. Sementara nawala, biasanya berada di tempat-tempat yang lebih privat seperti surel (email), WhatsApp, atau Telegram.

Lantaran tempatnya berbeda, maka cara penyampaiannya (bahasa isi) dan kemasannya pun tidak sama.

1. Nawala lebih personal

Orang yang membaca blog kita adalah warganet umum yang belum tentu mengenal kita. Mereka datang ke blog tersebut setelah mencari kata kunci tertentu di mesin penelusuran.

Sedangkan mereka yang (memutuskan) berlangganan nawala kita, cenderung sudah mengenal bisnis kita. Jadi, sapaan atau bahasa yang kita gunakan di sini harus lebih akrab dan spesifik. Sebab, minimal kita sudah tahu nama panggilan mereka, berdasarkan nama yang mereka gunakan ketika mendaftar. Misalnya, paragraf awal kita bisa menulis begini:

“Halo, Sinta! Sudah seminggu, nih. Bagaimana progres peternakan lelenya? Eh, tahu nggak, saya bertemu peternak sukses dari Vietnam minggu lalu. Ia keceplosan membocorkan tip dahsyat. Gila! Selama 20 tahun menekuni bisnis lele, belum sekalipun saya kepikiran langkah sesimpel itu! Mau tahu, nggak?”

Terkesan akrab dan spesifik, bukan?

Konten-konten seperti itu kurang cocok bila kita tulis di blog, karena pembacanya lebih heterogen dengan berbagai latar belakang. Belum tentu mereka tertarik dengan tip beternak lele. Belum tentu juga nama pembaca blog itu Sinta, hehehe….

2. Nawala harus lebih ringan

Karena dikirim melalui surel atau aplikasi obrolan, konten nawala hendaknya simpel. Sebab, bila terlalu banyak elemen desain atau gambar, selain lama membukanya (loading-nya lemot), desain itu juga membuat kapasitas kotak masuk penerima lekas penuh. Akibatnya, mereka mungkin terdorong untuk menghapusnya setelah membaca, atau bahkan sebelum membaca!

Mengetahui kecenderungan tersebut, sebaiknya pikir ulang jika Anda ingin menyelipkan konten audio, video, atau gambar beresolusi tinggi dalam nawala Anda.

Desain yang menarik itu tetap penting, tetapi bijaklah dalam menata konten. Sayang sekali jika nawala Anda sering dihapus atau persentase dibukanya rendah, bukan?

Hal ini berbeda 180 derajat dengan blog. Selain tulisan yang panjang (tetapi bernas) dan mendalam itu dianggap lebih baik dalam blog, menggunakan berbagai media juga sangat disarankan. Menurut Neil Patel, seorang digital marketer kenamaan, Google justru suka dengan konten-konten blog yang diperkaya dengan foto, infografik, video, dan audio.

3. Nawala sebaiknya singkat dan tidak sering

Konten nawala biasanya hanya berupa headline yang menggelitik, pengantar yang relevan dengan pembaca (seperti contoh “tip beternak lele” di atas), ringkasan, dan tautan ke konten-konten blog, web, atau YouTube. Dengan isi yang lebih singkat, nawala lebih berpotensi dibaca sampai habis, bahkan dinanti-nantikan penerbitan berikutnya.

Sementara ukuran konten di blog atau web perusahaan bersifat lebih bebas. Panjangnya lebih dari 1.000 kata pun bukan masalah.

Selalu terapkan Prinsip Piramida Konten untuk menjaga proporsi nawala. Ketahuilah seberapa sering harus hard selling, soft selling, atau no selling. Dengan begitu, orang takkan jenuh atau jengkel membacanya.

Konten untuk nawala juga harus memperhatikan aspek frekuensi, waktu, dan segmentasi pengiriman email agar tidak dianggap spam. Sekali pelanggan nawala merasa terganggu dan menganggap kita spammer karena terlalu rajin posting, mereka bisa memutuskan berhenti berlangganan.

Ini berbeda dengan ketika kita memposting konten di blog. Di sana, kita memosting sepuluh konten setiap hari pun orang takkan terganggu. Sebab, notifikasi konten blog umumnya tidak sampai ke surel atau ponsel mereka.

4. Nawala tidak perlu SEO

Ini enaknya menggunakan nawala. Mesin penelusuran seperti Google atau Bing takkan mempermasalah isinya. Seandainya Anda sedang malas menulis tetapi merasa sudah waktunya posting nawala, tinggal salin-tempel saja konten-konten dari blog Anda atau gunakan penulis AI otomatis. Beres!

Anda pun tidak perlu memusingkan tetek bengek Search Engine Optimization (SEO). Aturan tentang jumlah minimal/maksimal kata, judul, subjudul, kepadatan kata kunci (keyword density), bisa Anda abaikan di sini. Duplicate content pun tidak masalah!

Kendati demikian, sebaiknya tetap gunakan konten-konten yang unik dan segar. Hal ini supaya pembaca tetap menemukan sesuatu yang baru dan nilai tambah dalam setiap edisi nawala Anda.

Strategi Pemasaran Konten: Nawala atau Blog?

Strategi Content Marketing: Nawala atau Blog?

Mana yang lebih efektif sebagai strategi pemasaran konten: nawala atau blog? Pada dasarnya, keduanya merupakan media penting yang saling melengkapi. Sebaiknya, jalankan keduanya untuk mendukung personal brand atau bisnis Anda.

Namun bila memang harus memilih karena keterbatasan sumber daya, kami cenderung menyarankan buatlah blog terlebih dahulu. Sebab, blog lebih fleksibel dan gampang dimulai.

Dengan nawala, Anda masih harus membangun audiens (list building). Itu bukan pekerjaan yang akan selesai dalam jangka pendek. Anda bisa melakukannya dengan berbagai cara, seperti:

  • Beriklan. Entah di media sosial, YouTube, atau Google. Dalam iklan itu, iming-imingi target audiens dengan sesuatu yang bernilai (seperti e-book atau konsultasi gratis) asalkan mereka bersedia memasukkan nama dan surel, alias mendaftar nawala Anda. Tentu saja cara ini membutuhkan dana.
  • Membuat web atau laman landas. Begini cara membuat landing page alias laman landas. Sebenarnya, ini versi gratis dari cara pertama. Taktiknya sama, yakni menukar sesuatu yang gratis dengan nama dan surel target pasar Anda. Namun, bukankah ini sama dengan membuat blog juga?
  • Membeli audiens. Cara instan ini tidak kami sarankan. Sebab, selain audiens yang didapat jarang pas dengan target pasar Anda, mereka juga bisa sebal kalau tahu tiba-tiba data mereka ada di tangan Anda, padahal mereka merasa tidak pernah mendaftar nawala Anda.

Jelas bukan langkah-langkah yang mudah. Jika Anda sudah memiliki komunitas audiens atau pelanggan nawala pun, Anda tidak dapat langsung berjualan atau mengajak sesuatu (CTA) di sana. Salah sedikit, Anda akan dianggap spamming dan mereka berduyun-duyun memilih berhenti berlangganan.

Ingat, isi nawala harus cenderung akrab dan solutif. Untuk berjualan di sana, Anda harus melakukannya secara halus dan tidak sering-sering. Bertindaklah sebagaimana teman yang menyenangkan, bukan sales yang hanya ingin menyedot isi kantong mereka.

BAGIKAN HALAMAN INI DI

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!