Zaman sekarang, orang modern sudah malas membolak-balik halaman kamus sekadar untuk menerjemahkan dokumen. Lebih cepat, mereka membuka aplikasi penerjemahan, atau lazim disebut machine translation (MT).
software & hardware
Platform Menulis: Antara Reputasi, Interaksi, dan Royalti
Suatu siang pada Juni 2021, seseorang dari Beijing menghubungi Warung Fiksi dan mengajak bertemu di Jakarta. Bapak itu ingin membuat platform menulis seperti Innovel atau Novelme. Ia membutuhkan ratusan naskah novel berbahasa Indonesia dengan hak penerbitan non-eksklusif, dan mau Warung Fiksi menjadi agen naskahnya.
Memanfaatkan Disrupsi untuk Kebangkitan Ekonomi Kreatif 2022
Menjelang pergantian tahun 2021 kemarin, dua pebisnis yang berjiwa muda bertemu di Kanal YouTube Sandiuno TV. Mereka adalah Mardigu Wowiek (pemilik lebih dari 30 perusahaan) dan Sandiaga Uno (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) selaku tuan rumah.
Mengintip Kebolehan Google Assistant
Para pakar memprediksi masa depan kita adalah teknologi yang digerakkan oleh suara. Seperti Jarvis dalam fiksi ilmiah superhero Iron Man. Tidak perlu menunggu lama, masa depan itu sebenarnya sudah mulai terjadi dengan semakin canggihnya Asisten Google atau Google Assistant, aplikasi kecil di ponsel pintar yang dapat diakses gratis untuk semua pengguna.
Netbook dengan Batere Seawet Ponsel
Sebagaimana kebanyakan orang, saya paling malas kalau disuruh menunggu. Seperti Rabu kemarin ketika harus mengantre dokter. Praktiknya dibuka pukul 19.30. Saya datang setengah jam sebelum itu. Eh, ternyata dokternya baru datang pukul 19.40. Padahal saya kebagian nomor antrean 15. Bagus. Kerjaan lagi deadline, dan saya terancam “bermalam” di klinik.
Layar Sempit Bukan Masalah Selama Ada HDMI
Bagi seorang penulis, film bisa memberi inspirasi sekaligus referensi. Saya pun selalu menyempatkan diri menonton film. Kalau bisa sih di bioskop. Layar lebar, suara membahana, kita akan lebih mudah terseret ke tengah-tengah cerita. Seperti kemarin kami menonton The Raid. Seru! Sampai ikut ngos-ngosan dan ngilu-ngilu, rasanya. Sayang, kami dapat kursi baris J, jadi harus terima nasib: menengadah sepanjang film. Memang, di bioskop kita tak bisa seenaknya memilih duduk, kecuali tentu saja di film-film yang kurang laku.