Di livetweet Rahasia Sunyi beberapa hari lalu, ada pertanyaan dari @naui_sesang_ tentang kendala-kendala copywriting. Mungkin OOT, tetapi pertanyaannya menarik juga. Kita tahu, di era industri dan digital ini, penulis memang seharusnya tidak hanya berkutat pada novel atau skenario film. Mereka juga bisa menulis teks-teks untuk mendukung marketing, penjualan, atau promosi.
Di internet, perusahaan-perusahaan besar berlomba menggelontor audiensnya dengan konten. Antara lain melalui blog, media sosial, dan YouTube.
Pertanyaannya, mengapa? Mengapa mereka mau repot-repot seperti itu? Mengapa mereka tidak mengurus penjualan atau iklan saja? Atau fokus ke pendapatan saja?
Mengapa malah membuang-buang duit untuk maintenance media sosial, blog, dan YouTube?
Jawabnya sebenarnya sederhana. Karena mereka butuh mengedukasi target pasar sambil membentuk komunitas. Membangun kedekatan dengan konsumen tanpa berkesan jualan.
Strategi semacam ini memang dampaknya baru dirasakan dalam jangka panjang. Namun, dampak itu lebih bertahan lama ketimbang strategi menggelontor publik dengan iklan-iklan.
Maka merupakan tugas kita, para penulis, untuk memoles edukasi dan pesan-pesan komersial dari para pemilik bisnis menjadi informasi yang menarik bagi segmen-segmen tertentu.
Siapapun butuh konten. Terutama di jagat maya. Sebagai pengelola brand, cobalah bertahan di dunia internet dengan konten yang minim. Rasanya, berat sekali!
Content is really the king!
Jagat maya akan selalu membutuhkan konten. Banyak perusahaan yang sudah menyadari ini. Makanya, makin banyak penulis dadakan muncul. Tidak masalah, asal mereka tahu apa yang mereka kerjakan.
Yang jadi masalah, dan ini tidak bisa dihindari, akhirnya jagat internet dibanjiri dengan konten-konten sampah. Membuat persaingan antar penulis (penyedia konten) menjadi bertambah ketat.
Namun, apakah kita harus khawatir?
Jika yakin konten Anda bukan tergolong sampah, tidak perlu terlalu mengkhawatirkan persaingan ini. Biarlah konten-konten sampah dan spam itu yang saling memangsa di bawah sana. Kita cukup melihat dari atas.
Apalagi dari tahun ke tahun, Google dan search engines lainnya terus memperbarui algoritmanya untuk menyingkirkan konten-konten tidak bermutu ini.
Setujuuuuuuuuuuuu……………..