Speed Writing: Menulis 300 Halaman dalam 22 Hari

Akhir-akhir ini, beberapa kali saya harus menyelesaikan buku pesanan kurang dari satu bulan. Saya sebenarnya penulis yang lambat dan malas. Rasanya, mustahil bisa menulis cepat. Namun, sejak memutuskan menjadi seorang ghostwriter, saya belajar speed writing.

Kini, satu buku setebal 300 halaman diselesaikan dalam 22 hari itu termasuk target yang masuk akal. Bagaimana mungkin? Rahasianya sederhana: modal dan cara menulis. Mari kita bahas satu-satu.

Modal untuk Speed Writing

Modal untuk Speed Writing

Pertama, apa saja modal untuk melakukan speed writing?

  1. Passion pada tema. Kalau Anda tidak memilikinya, carilah dulu. Jika perlu, bohongi otak Anda seolah-olah tema itu sangat seksi untuk ditulis. Yang penting, Anda harus punya passion terhadap tema yang akan Anda tulis.
  2. Motivasi spesial. Anda mau menulis tentang penderita kanker yang hidupnya diprediksi tinggal sebulan. Anda pasti ingin segera menuntaskan buku itu sebelum beliau meninggal. Inilah motivasi spesial Anda! Dalam situasi yang lebih sederhana, seperti yang kerap saya alami, keengganan untuk mengecewakan klien bisa jadi motivasi spesialnya.
  3. Pemahaman yang kuat akan tema, latar (tempat atau waktu), dan karakter tokoh-tokoh (jika buku itu melibatkan orang, bukan buku resep atau IT). Memahami tema tulisan dapat melalui buku, wawancara, survei, dst. Jangan sampai Anda masih berkutat dengan hal-hal semacam ini ketika sudah masuk dalam tahap penulisan.
  4. Internet. Sehingga, sewaktu-waktu Anda butuh informasi, tinggal search. Jangan khawatir keasyikan main media sosial (medsos). Sebab, bila Anda sudah memiliki motivasi spesial seperti modal #2, gangguan-gangguan semacam Facebook atau X mah lewaaat….
  5. Kerangka. Menurut saya, ini modal terpenting dalam speed writing. Jangan sekadar membuat kerangka dalam satu halaman atau melakukan mind mapping, tetapi buatlah kerangka per bab secara riil. Mau bukunya terdiri dari 50 bab? Buatlah 50 halaman di Word. Lalu di tiap bab (halaman) itu tuliskan secara singkat apa saja yang hendak Anda sampaikan. Sehingga saat menulis nanti, Anda tidak perlu berpikir lagi, “Enaknya bab ini mau ditulis apa, ya?” Kerangka juga memungkinkan Anda menulis melompat-lompat antarbab tanpa khawatir tersesat. Karena kerangka adalah peta.

Lima itu saja modalnya. Bukan modal yang sulit dimiliki, bukan?

Cara Menulis Speed Writing

Cara Menulis Speed Writing

Lantas, bagaimana cara menulisnya? Tidak ada tips khusus. Kalau saya terbiasa begini:

  • Senin-Jumat, setiap hari menulis 10 halaman A4 (spasi tunggal). Memang berat. Namun, saya sempatkan untuk mencapai target itu. Bukan tulisan yang bagus, bukan masalah! Saya terus saja menulis, tanpa membaca ulang. Sengawur-ngawurnya tulisan saya di sini, selama saya mematuhi kerangka, saya akan makin mendekati garis finis pembuatan buku.
  • Sabtu-Minggu, slow down. Cukup baca bab-bab yang sudah saya tulis selama sepekan. Kalau ada yang melenceng atau bertele-tele, saya perbaiki. Betul bahwa makin banyak mengedit sebelum naskah benar-benar selesai, makin lama naskah kita rampung. Namun, tulisan tetap perlu diedit di tengah-tengah proses penulisan. Supaya jika ada kesalahan segera terdeteksi, dan agar kita tetap punya pikiran positif, “Wow, asyik juga ya ceritaku. Kalau gini, rugi kalau nggak cepet diselesaikan!”

Bila kecepatan menulis Anda 10 halaman/hari, dan Sabtu-Minggu dipakai untuk mengedit, maka dalam 21 hari Anda sudah punya naskah sekitar 150 halaman. Ketika ditata menjadi buku ukuran A5 (jilidan buku pada umumnya), tebalnya bisa membengkak jadi 300 halaman.

Jangan lupa meluangkan satu hari untuk membaca ulang dari bab 1 sampai bab terakhir, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan penulisan yang sangat mungkin masih terjadi.

Setelah itu… selamat! Dalam 22 hari, Anda sudah menghasilkan satu buku.

BAGIKAN HALAMAN INI DI

8 thoughts on “Speed Writing: Menulis 300 Halaman dalam 22 Hari”

    • Yups! Tapi bukan begitu jg, Dewi. Karena ada saat2 dimana kita tetep hrs nulis meski nggak punya passion. Ini biasanya terjadi pd penulis industri (bukan penulis seniman yg kalau nggak mood nggak nulis). Dlm keadaan gini, kita hrs mencari2 sampai ketemu sesuatu yg menarik dari tema yg ingin kita tulis, biar akhirnya muncul passion itu. Krn kalau nunggu datangnya passion, kerjaan nggak selesai2 dong. Klien kecewa dong 🙂

      Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!