Speed Writing: 300 Pages in 22 Days

Speed writingIs it possible to write a good 300 pages book manuscript within 22 days only? Well, why not? In fact, some authors did faster. Why 22 days, then? That’s just based on my own experience as a ghostwriter. I’m actually a slow writer. But, since I found the secret of speed writing, I write more effectively. You know, effective often means faster. Speed writing in my version is about two things: the assets and the technique of writing. I’m going to tell you everything quickly.

The assets are: a passion about your writing subject, a special motivation, a strong understanding about what you want to write, an Internet access to make quick research later while you write, and a skeleton (write it down on each page/chapter, instead of one page skeleton).

Have all the assets, continue with the writing technique. From Monday to Friday, write down 10 pages (of A4 with single space) each day. You don’t have to write 10 pages in perfect grammar, structure and plot, just keep writing according to the skeleton you made. Then, use Saturday and Sunday to edit what you’ve written along the week.

The method would result in about 150 pages within 21 days. Use a day to reread from the first to the final chapter to correct things. You know what, 150 pages of A4 is about 300 pages in A5, a usual form of books. Congratulation, you have written a book in 22 days!

* * *

Bagaimana menulis buku 300 halaman hanya dalam 22 hari?

Akhir-akhir ini, beberapa kali saya harus menyelesaikan buku pesanan kurang dari satu bulan. Saya ini kan sebenarnya penulis yang lambat dan malas. Rasanya mustahil bisa secepat itu. Tapi sejak memutuskan menjadi seorang ghostwriter, satu buku setebal 300 halaman diselesaikan dalam 22 hari itu sangat masuk akal. Bagaimana mungkin?

Rahasianya sederhana kok: modal dan cara menulis. Mari kita bahas satu-satu. Pertama, apa modal untuk melakukan speed writing?

  1. Passion pada tema. Kalau Anda tidak memilikinya, carilah dulu. Jika perlu, bohongi otak Anda seolah-olah tema itu sangat seksi untuk ditulis. Yang penting, Anda harus punya passion terhadap tema yang akan Anda tulis.
  2. Motivasi spesial. Anda mau menulis tentang penderita kanker yang hidupnya diprediksi tinggal sebulan. Wah, Anda pasti ingin segera menuntaskan buku itu sebelum beliau meninggal. Inilah motivasi spesial Anda! Dalam situasi yang lebih sederhana, seperti yang kerap saya alami, keengganan untuk mengecewakan klien bisa jadi motivasi spesialnya.
  3. Pemahaman yang kuat akan tema, setting (tempat atau sejarah), dan karakter tokoh-tokoh (jika buku itu melibatkan orang, bukan buku resep atau IT). Memahami tema tulisan dapat melalui buku, wawancara, survei, dst. Nah, jangan sampai Anda masih berkutat dengan hal-hal semacam ini ketika sudah masuk dalam tahap penulisan.
  4. Internet. Sehingga sewaktu-waktu Anda butuh informasi, tinggal search, nggak pakai lama! Jangan khawatir keasyikan main social media. Karena bila Anda sudah memiliki motivasi spesial seperti modal #2, gangguan-gangguan semacam Facebook atau Twitter mah lewaaat….
  5. Kerangka. Menurut saya, ini modal terpenting dalam speed writing. Jangan sekadar membuat kerangka dalam satu halaman atau melakukan mind mapping, tapi buatlah kerangka per bab secara riil. Mau bukunya terdiri dari 50 bab? Buatlah 50 halaman di Word. Lalu di tiap bab (halaman) itu tuliskan secara singkat apa saja yang hendak Anda sampaikan. Sehingga saat menulis nanti, Anda tidak perlu berpikir lagi, “Enaknya bab ini mau ditulisi apa saja ya?” Kerangka juga memungkinkan Anda menulis melompat-lompat antarbab tanpa khawatir tersesat. Karena kerangka adalah peta.

Lima itu saja modalnya. Terus, bagaimana cara menulisnya? Ya dengan tangan. Hehehe…. Maksud saya, tidak ada tips khusus. Kalau saya terbiasa begini:

  • Senin-Jumat, setiap hari menulis 10 halaman A4 (spasi tunggal). Memang berat. Tapi saya sempatkan untuk mencapai target itu. Bukan tulisan yang bagus, bukan masalah! Saya terus saja menulis, tanpa membaca ulang. Sengawur-ngawurnya tulisan saya di sini, selama saya mematuhi kerangka, garis finis pembuatan buku akan tambah dekat.
  • Sabtu-Minggu, slow down. Cukup baca bab-bab yang sudah saya tulis selama sepekan. Kalau ada yang melenceng atau bertele-tele, saya perbaiki. Betul bahwa makin banyak mengedit, makin lama naskah kita rampung. Tapi tulisan tetap perlu diedit, bahkan sebelum buku itu kelar. Supaya jika ada kesalahan segera terdeteksi, dan agar kita tetap punya pikiran positif, “Wow, asyik juga ya ceritaku. Kalau gini, rugi kalau nggak cepet diselesaikan!”

Bila kecepatan menulis Anda 10 halaman/hari, dan Sabtu-Minggu dipakai untuk mengedit, maka dalam 21 hari Anda sudah punya naskah sekitar 150 halaman. Ketika ditata menjadi buku ukuran A5 (jilidan buku pada umumnya), tebalnya bisa membengkak jadi 300 halaman. Oh ya, jangan lupa meluangkan satu hari untuk membaca ulang dari bab 1 sampai bab terakhir, dan memperbaiki kesalahan-kesalahan penulisan yang sangat mungkin masih terjadi.

Setelah itu… selamat! Dalam 22 hari, Anda sudah menghasilkan satu buku. [photo from eHow.com]

BAGIKAN HALAMAN INI DI

8 thoughts on “Speed Writing: 300 Pages in 22 Days”

    • Yups! Tapi bukan begitu jg, Dewi. Karena ada saat2 dimana kita tetep hrs nulis meski nggak punya passion. Ini biasanya terjadi pd penulis industri (bukan penulis seniman yg kalau nggak mood nggak nulis). Dlm keadaan gini, kita hrs mencari2 sampai ketemu sesuatu yg menarik dari tema yg ingin kita tulis, biar akhirnya muncul passion itu. Krn kalau nunggu datangnya passion, kerjaan nggak selesai2 dong. Klien kecewa dong 🙂

      Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!