How to Maintain Social Media for Writer

Google+Great, Google+ has been launched. As you know, a writer does always need (popular) social media for some reasons. I am not going to talk about Google+ here. I just want to share something more general: the basic rule of using social media for writer. Here the points:

  1. Complete your profile. At least, your real/pen name, photo(s), web(s), achievements and publications. As a writer, your name is your brand. Do not waste time for building an anonymous brand.
  2. Select your friends or people whom you follow. Look for people you know in the real world first. Afterward, expand your network by choosing fit people to friend or follow.
  3. Post something regularly. Give value to your friends or followers. At least, one inspirational or informative status/tweet a day.
  4. Do not spam. I hate spam, so do you and they. Period.
  5. Listen to others. Effective social media is about relationship. You should more listen than talk to build it. Then, converse.
  6. Do not post when you are too emotional. Because it would be just ridiculous status or tweets. Also, do not get involve in cyber debate, even when you are attacked. Because, no one is going to win there.
  7. Finally, treat people as you would like to be treated.

* * *

Google+ telah meluncur, menambah satu lagi perbendaharaan media sosial kita. Apakah produk Google ini lebih unggul dari beberapa social media raksasa yang sudah ada? Terlalu dini untuk menyimpulkan.

Yang saya tahu, seorang penulis jelas membutuhkan social media. Sekalipun Anda punya waktu untuk berkomunitas dan jadi penulis purnawaktu yang tidak punya kegiatan lain selain mengurus karya-karya Anda, social media tetap sangat membantu. Mungkin untuk berbagi pengetahuan, diskusi, mendapat masukan dari pembaca, promosi, dan tentu saja memarketingkan karya.

Apapun motivasi Anda, ada beberapa aturan menggunakan social media. Bukan aturan baku sih, tapi sebaiknya Anda pertimbangkan. Tujuh poin ini saya rangkum dari tips beberapa pakar internet.

  1. Lengkapi bagian profil. Setidaknya dengan nama pena/sebenarnya, prestasi, karya yang sudah terbit, dan alamat web Anda. Jangan buang waktu dengan nama anonim atau nama-nama yang tidak berguna seperti: Budi Papanya Upin.
  2. Pilih-pilih teman atau orang yang di-follow. Misalnya, suatu saat, saya di-add seseorang. Tapi setelah saya cek, dia punya gambar “Turunkan Harga Miras” dan status-statusnya berisi sumpah serapah. Pergi ke bagian “info”, lalu tahu dia juga ngefans “Gerakan Facebooker Dukung Aborsi”. Terserah kebijakan Anda, tapi kalau saya, saya tidak tertarik berteman dengan orang seperti ini. Klik “ignore”.
  3. Tulislah sesuatu secara rutin. Beri nilai lebih pada follower. Setidaknya, setiap hari ada status atau tweet yang inspiratif atau informatif dari Anda. Ini aturan yang saya sendiri sulit memenuhinya, hehehe.
  4. Jangan spam. Mempromokan novel Anda tiga kali per hari juga bisa digolongkan spam, sekalipun itu di wall Anda sendiri. Apalagi kalau Anda jelas-jelas nge-tag. Seorang teman SMA mengirimi saya promo produk Toyota, tempatnya bekerja. Karena tidak tertarik, saya hapus promonya. Ada lagi. Saya hapus lagi dan saya email dia baik-baik. Eh, masih mengirimi promo juga. Maka dengan senang hati saya hapus pertemanan dengannya.
  5. Dengarkanlah orang lain. Penggunaan social media yang efektif berkaitan dengan keintiman. Sebagaimana di kehidupan sehari-hari, untuk membangun keintiman, Anda mestinya lebih banyak mendengarkan daripada bicara.
  6. Jangan posting sesuatu saat emosional. Lagi bad mood? Stres? Marah? Jengkel pada bos atau klien? Sebaiknya jauhi social media dulu. Seberapa pun kerennya Anda, orang akan merasa muak bila keseringan membaca tulisan negatif Anda. Oh ya, lalu kalau Anda terlibat dalam debat kusir di social media, sebaiknya hentikan saja. Saya belum pernah melihat pemenang debat kusir. Kedua pihak pasti kalah dan lelah.
  7. Dan akhirnya, aturan pamungkas: perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan.

Itu saja. Mudah kan? Selamat berjejaring sosial!

BAGIKAN HALAMAN INI DI

9 thoughts on “How to Maintain Social Media for Writer”

  1. Why do we have to keep up social media trend? IMO it would never finish.
    __________________________________
    Dayton Ohio Roofers

    Reply
  2. (1) We, the writer, need social media (for sharing, absorb feedback, promote, etc).
    (2) There are a lot of social media, which one is effective? You have to try yourself. You don’t want to actively talk in a social media which only few people there, do you? It’s wasting time.
    (3) When you want to try, it means you have to update with the trend.
    (4) Yes, it would never finished. So? 🙂

    Reply
  3. Kenapa harus Pilih-pilih teman? Bukannya sedari kecil kita diajari untuk tidak pilih-pilih teman?

    E yah tapi google plus sepintas kelihatannya jiplak fb, ya?

    Reply
  4. Kalau kita bergaul dg polisi, penjahat akan menjauhi kita. Kalau kita bergaul dg penjahat, polisi akan memusuhi kita. Kalau kita bergaul dg dua2nya, dua2nya akan jaga jarak dg kita, kita nggak akan pernah bnr2 dekat dg mereka. Jd, tentukan pilihan saja.

    G+ keren kok. Tp msh banyak errornya di versi beta ini.

    Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!