Because of its nature, pretty lot of people say that writing a fiction is piece of cake. Go ahead, daydream, write it down, and you’ll get a masterpiece! Gosh, I wish it could be that easy. The fact is, writing a fiction is often harder than a non fiction. It’s a left and right brain’s job at once. What makes it harder? You have to:
- Read much. To enhance your knowledge, motivation, and inspiration.
- Imagine. It’s not merely a daydream, because you must know how to turn that into a concrete plot and characters.
- Know the writing theories. To avoid inefficiency and improve readability.
- Research. To convince the readers about your fictive story and characters.
- Practice everyday. It’s a common rule, practice makes better. For instance, don’t stop to blog or writing a diary, if you already started it. If you don’t have one, try a Free Blog.
- Know the publishing procedure. By knowing that, you can manage your time and prepare the strategy better.
See? It’s a lot to do, my friends. Yet, it’s fun.
* * *
Lantaran sifatnya yang rekaan, banyak yang menganggap menulis cerita fiksi itu enteng. Tinggal melamun, kemudian tulis. Enak sekali.
Tapi bagi saya, menulis cerita fiksi tak pernah semudah itu. Seringnya, ini bahkan lebih sulit dari menulis nonfiksi, karena di sini kita benar-benar harus melibatkan otak kanan dan kiri sekaligus. Perhatikan proses minimalnya:
- Membaca
Bukan hanya untuk mengetahui ilmu baru serta pengalaman orang lain, membaca juga berguna sebagai pemicu motivasi dan inspirasi. - Berimajinasi
Ide terciptanya pesawat terbang pun berasal dari imajinasi. Begitu pula inovasi-inovasi lainnya. Masalahnya ada pada bagaimana mengembangkan imajinasi-imajinasi yang abstrak menjadi sebuah karya yang kongkrit. Di ujung semua ini, tugas Anda adalah menuangkan imajinasi itu ke dalam alur dan karakter yang kongkrit. - Mengetahui Teori-teori Menulis
Saya sebetulnya tidak percaya teori. Saya lebih memercayai praktik. Alah bisa karena biasa, bukan karena teori ini-itu. Tapi penting juga mengetahui teori-teori menulis. Teori akan membantu Anda menghindari ketidakefisienan dalam menulis dan meningkatkan keterbacaan tulisan Anda. Mau diaplikasikan atau tidak, terserah Anda. Atau bisa saja Anda memercayai teori setelah tahu praktiknya. - Membuat Riset
Untuk menulis Satin Merah, saya sampai bolak-balik menjelajah sudut-sudut Bandung dan bolak-balik browsing di internet. Ini namanya kegiatan riset. Buat apa? Untuk menahan cerita agar tidak melenceng jauh dari fakta. Ini penting supaya cerita fiktif Anda layak dipercaya oleh pembaca. - Latihan Menulis
Bagi yang suka menulis diary atau blog, jangan tinggalkan aktivitas ini. Selain untuk mengeluarkan unek-unek, menulis catatan harian juga berguna untuk melatih kemampuan mengemukakan gagasan secara verbal. Yah, yang penting, teruslah menulis, apapun medianya. - Mengetahui Prosedur Penerbitan Buku
Tidak ada salahnya sedari sekarang Anda mencari tahu prosedur penerbitan sebuah buku melalui penerbit. Misalnya, editing berapa lama, bagaimana sistem pembayaran royaltinya, dan sebagainya. Supaya Anda bisa mengatur waktu dan strategi Anda. Prosedur-prosedur semacam itu bisa Anda unduh di sini.
Saya pikir itu saja. Atau, ada yang mau menambahkan?
1. Practice everyday. It’s a common rule, practice makes better. For instance, don’t stop to blog or writing a diary, if you already started it. If you don’t have one, try <a href=”http://okayblog.net/”>Free Blog</a>.
Thanks ilmu nya. bagus sekali
Wuah, tulisan terakhir Wufi di tahun 2010 nih.
Saya setuju tuh dengan point nomer 3. Mungkin teori yang dipakai itu maksudnya teknis menulis ya. Bagaimanapun seorang penulis harus tahu teknisnya.
Nia Janiar´s last blog post ..Sangkuriang
Ya, semacam itu. Buat referensi aja sih, krn tiap penulis pasti punya jurus masing2.
Makasih banyak udah dibagi ilmu 🙂
Raatje Marietje´s last blog post ..HAK CIPTA
Semoga ilmunya berguna ya.