Kerap, kita menikmati produk-produk audiovisual, seperti film bioskop, acara televisi, video YouTube, IGTV, web series, dan sebagainya. Namun, tidak banyak yang paham bahwa video-video semacam itu diproduksi berdasarkan sebuah skenario atau skrip.
Memang, sebagian produk audiovisual dibuat secara spontan tanpa skrip sama sekali. Terutama video-video yang bukan diproduksi untuk tujuan profesional. Namun, bila kita berbicara dalam konteks industri (perfilman atau penyiaran), hampir semua produk audiovisual ada skenarionya. Sesederhana apapun skenario tersebut.
Bagaimana cara menulis skenario semacam itu? Mari kita bahas satu per satu di sini.
Pengertian dan Fungsi Skenario
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skenario adalah cerita atau rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yang tertulis secara terperinci.
Dalam industri, tahapan produksi audiovisual kurang-lebih begini:
- Konsep/ide/sinopsis untuk fiksi
- Skenario
- Pertunjukan audiovisual
Fungsi skenario sebagai jembatan antara ide (abstrak) dan pertunjukan (nyata) sangatlah krusial. Antara lain untuk memastikan pertunjukan audiovisual berjalan efektif, terstruktur, tidak bertele-tele atau mengulang-ulang informasi yang sama. Alur pertunjukan pun akan mengalir lebih lancar dan enak ditonton, dibanding pertunjukan yang tanpa skenario.
Menulis ide sebuah film, video, atau produk audiovisual lainnya hampir sama dengan menulis artikel atau cerpen. Sedangkan cara menulis skenarionya agak berbeda, karena ada rambu-rambu yang khas di sini. Selain itu, alat atau software (program penulisannya) pun berbeda.
Rekomendasi Software Penulisan Skenario: Celtx
Sebenarnya, kita dapat menulis skenario dengan alat apa saja: mesin tik (seperti penulis skenario tahun 1980-an), pena dan kertas, atau apapun. Namun, karena sekarang era digital, tentu kita harus menguasai program khusus penulisan skenario supaya praktis dan bisa lebih produktif.
Sampai tahun 2017, terus terang, Warung Fiksi masih melayani kebutuhan skenario klien-klien dengan LibreWriter (seperti Microsoft Word di Windows). Namun, menyesuaikan tataletak format umum .doc menjadi format skenario secara manual itu melelahkan.
Maka sejak 2018, setelah beberapa kali berganti peranti lunak atau scriptwriting software, kami memakai Celtx Scriptwriting. Peranti lunak berbasis web dan aplikasi ini sudah menggunakan standar industri perfilman internasional, jadi kita tidak perlu pusing-pusing lagi mengatur formatnya. Programnya pun telah banyak dipakai oleh penulis-penulis skenario Hollywood.
Selain itu, Celtx juga memiliki versi aplikasi mobile yang andal. Sehingga, kita dapat menggarap skenario kapan saja, di mana saja, tanpa harus membuka laptop. Cukup dengan ponsel pintar!
Jika tertarik, silakan instal Celtx Script melalui Google Play Store atau Apple Store. Aplikasi ini sepenuhnya gratis.
Kendati demikan, terdapat pula Celtx versi desktop yang berbayar. Ada kuota untuk tiga proyek film gratis, tetapi selebihnya kita harus berlangganan bulanan. Fitur-fitur di Celtx versi berbayar ini jauh lebih lengkap, antara lain bisa untuk memfasilitasi budgeting, storyboarding, dan lain-lain.
Namun bila tujuan kita untuk skenario saja, menggunakan Celtx versi gratisan juga sudah memadai. Tidak ada kuota proyek dan ada iklan sama sekali di aplikasi Celtx Script.
Format Penulisan Skenario Audiovisual
Di aplikasi Celtx, untuk skenario audiovisual, pilihan kita ada dua: screenplay (pertunjukan layar) dan stageplay (pertunjukan panggung).
Screenplay sendiri memiliki dua opsi: film dan audio-visual. Audio-visual adalah untuk video-video pendek kayak yang umumnya kita tonton di YouTube, sementara format Film lebih kompleks. Secara garis besar, istilah-istilahnya sebagai berikut:
- Scene Heading: judul adegan. Formatnya, “EXT/INT TEMPAT – WAKTU”. EXT. maksudnya adegan eksterior (luar ruangan) dan INT. untuk adegan interior (dalam ruangan). Lalu, waktu dalam skenario didefinisikan secara umum saja: pagi, siang, sore, atau malam.
- Action: narasi atau deskripsi untuk menggambarkan tokoh, lokasi, keadaan, atau apa yang dilakukan tokoh dalam adegan itu. Penjelasannya harus singkat, padat, dan jelas. Tidak perlu terobsesi menulis indah di dalam skenario. Sebab, tujuan utamanya agar sutradara dan aktor dengan cepat memahami adegan itu tentang apa.
- Character: tokoh. Untuk fiksi tentu sudah jelas. Sedangkan untuk nonfiksi, bagian Character dapat diisi dengan nama presenter, narator, narasumber, atau lainnya.
- Dialog: kata-kata yang harus diucapkan oleh si tokoh.
- Parenthetical: catatan yang dapat diselipkan sebagai keterangan tambahan dalam tanda kurung.
- Shot: informasi mengenai pengambilan gambar (panning, zooming, dan seterusnya) atau jarak kamera (wide shot, close up, medium close up, extreme close up, dan seterusnya).
- Transition: peralihan antaradegan. Letaknya di sebelah kanan dan bagian paling akhir dari adegan tertentu. Contohnya, CUT TO (tanpa transisi), FADE OUT (adegan tertentu yang perlahan memudar atau menggelap sampai muncul adegan berikutnya), DISSOLVE TO (adegan yang ditumpuk dengan adegan berikutnya).
- Text: keterangan tambahan yang dapat diselipkan di narasi.
Dalam penulisan skenario, tantangan terbesarnya adalah membuat tokoh dan alur ceritanya. Sementara teknik penulisannya, kalau sudah terbiasa, justru akan terasa mudah.
Contoh Naskah Skenario
Untuk pembelajaran lebih lanjut, Anda bisa mengunduh contoh-contoh skenario dari Folder Warung Fiksi. Naskah-naskah yang telah divideokan tersebut dalam bentuk .pdf, antara lain mencakup skenario film pendek bertema sahabat, video tutorial, komedi, dan lain-lain.
Orang bijak mengatakan, “Seeing is believing.” Dengan melihat dan membaca skenario jadinya secara langsung, pemahaman kita akan skenario tentu akan semakin jelas.
Apalagi bila sekalian menyimak video tutorialnya berikut ini:
owh jadi itu formatnya yah