Bukan hanya di Indonesia, di mana-mana pun para penyandang disabilitas atau difabel cenderung kurang dihargai dalam dinamika karier dan industri. Para pemilik perusahaan lebih suka memperkerjakan calon karyawan yang normal, ketimbang tunagrahita, tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunadaksa, dan sebagainya.
Maka dalam setiap proses rekrutmen, jamak kita jumpai tes kesehatan. Sudah pasti kaum difabel sulit melewati tes ini, meskipun bukan berarti mustahil.
Ini terdengar tidak adil. Namun, ketidakadilan ini harusnya menjadi motivasi lebih bagi penyandang disabilitas, baik untuk bekerja sendiri sebagai profesional alias freelance, maupun untuk membangun bisnisnya sendiri. Dengan demikian, kaum difabel bisa berkarya, berprestasi, dan berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).
Seperti apa peluang-peluang bisnis dan pekerjaan yang cocok untuk kaum difabel?
Peluang Bisnis dan Pekerjaan untuk Tunadaksa
Penyandang disabilitas tubuh atau tunadaksa biasanya sulit untuk menjalani jenis-jenis pekerjaan yang membutuhkan mobilitas tinggi, seperti sekretaris, humas, sopir, atlet, atau lainnya. Namun, penyandang tunadaksa umumnya telaten untuk jenis-jenis pekerjaan yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran berdiam lama di satu tempat.
Maka carilah peluang-peluang bisnis atau pekerjaan dengan karakteristik seperti itu.
Kalau ingin membangun bisnis, ingat-ingatlah kata kunci setiap bisnis adalah “solusi”. Jika Anda hendak menjual keripik bikinan sendiri, pelajari benar-benar apa istimewanya keripik Anda? Adakah pasarnya? Bagaimana memasarkannya?
Jangan pernah sedikit pun tebersit di benak, misalkan, “Ah, keripik ini, kan, dibuat orang yang tidak punya kaki sepertiku. Masa orang tidak mau beli?” Sebab, pemikiran seperti itu seperti mengharap iba, bukan memberikan solusi kepada orang lain. Bisnis yang tidak dilandasi dengan keinginan untuk memberi solusi riil biasanya tidak akan bertahan lama.
Jadi, fokuslah pada solusi dan lupakan disabilitas Anda. Bila perlu, tawarkan produk atau jasa tanpa embel-embel “saya seorang difabel” sama sekali.
Untuk memberi ide, menjadi pemasar internet adalah opsi yang boleh dijajal. Produknya bisa dibuat sendiri, dari keluarga, teman, atau orang lain yang membuka peluang reseller, dropship, maupun program afiliasi. Anda cukup membangun alat pemasarannya, yaitu situs web penjualan, email, nomor telepon seluler, WhatsApp, dan jangan lupa akun-akun media sosial.
“Tapi, saya tidak punya tangan? Bagaimana mungkin melakukan itu?”
Silakan cari di YouTube, banyak sekali video tentang tunadaksa yang sukses menyiasati keterbatasannya dalam menjalani hidup dan pekerjaan sehari-hari. Semoga dari sana bisa termotivasi, bahwa nilai Anda sebagai manusia hebat sama sekali tidak berkurang hanya gara-gara kehilangan kaki, tangan, atau bagian tubuh penting lainnya.
Bila internet bukan passion Anda, lakukan saja bisnis konvensional. Umpamanya, membuka toko kelontong atau warung kebutuhan sehari-hari. Atau mengelola penginapan kecil-kecilan. Selama Anda masih bisa berkomunikasi ramah dan tersenyum, peluang sukses Anda sama besarnya dengan pebisnis-pebisnis lainnya.
Peluang Bisnis dan Pekerjaan untuk Tunanetra
Penyandang disabilitas penglihatan atau tunanetra diidentikkan dengan tukang pijat. Apa boleh buat, orang memang terkadang merasa lebih nyaman diterapi oleh pemijat yang tidak bisa melihat. Konon pula, kaum tunanetra lebih peka terhadap saraf atau otot-otot yang bermasalah.
Namun, menjadi masseur atau terapis bukan satu-satunya pilihan.
Mau meniti jalur tarik suara? Silakan berlatih menjadi penyanyi profesional. Stevie Wonder, Andrea Bocelli, atau Ray Charles barangkali dapat menjadi inspirasi.
Mau meniti jalur intelektual? Silakan menjadi penulis lepas atau bergabung dengan Warung Fiksi. Asalkan memang mampu memenuhi standar dan profesional, kenapa tidak?
Bagaimana dengan kendala teknis? Sekarang, zaman sudah maju. Ada laptop braille. Tidak menguasai braille, Anda dapat menggunakan laptop atau aplikasi ponsel yang berbunyi khas ketika tuts ditekan. Bahkan, aplikasi speech to text bisa digunakan untuk mengubah lisan Anda menjadi tulisan. Pun, sudah banyak beredar fitur read aloud untuk memeriksa hasil tulisan.
Peluang Bisnis dan Pekerjaan untuk Tunarungu
Penyandang disabilitas pendengaran alias tunarungu memiliki keunggulan utama, yakni tidak terganggu dengan suara bising. Bekerja di pabrik yang berisik, dekat rel yang sering dilalui kereta, atau jalan besar yang selalu bising oleh suara mesin kendaraan dan klakson, biasanya tidak disukai oleh orang-orang normal Tetapi tidak bagi tunarungu.
Berita baik lainnya, hampir tidak ada jenis pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh tunarungu. Terlebih jika dia mampu membaca gerak bibir dan berbicara dengan baik.
Namun, sebaiknya hindari jenis-jenis pekerjaan yang pemberian ordernya melalui pembicaraan yang intensif atau sering membutuhkan rapat dengan banyak orang. Sebab, pekerjaan-pekerjaan jenis itu pasti akan membingungkan dan tidak asyik bagi seorang tunarungu.
Sebagaimana tunanetra, menurut kami di Warung Fiksi, menjadi penulis tunarungu sangatlah memungkinkan. Justru penulis seperti ini akan lebih mudah berkonsentrasi, karena suara-suara di sekitar tidak berpengaruh baginya. Hanya, biasanya medsos-medsos berbasis teks dan gambar seperti Facebook, Instagram, dll. mungkin tetap menjadi pengganggu.
Peluang Bisnis dan Pekerjaan untuk Tunawicara
Apakah masuk akal seorang yang tidak bisa berbicara alias tunawicara menjalankan bisnis atau pekerjaan profesional di era orang-orang piawai melakukan presentasi, pidato, dan negosiasi (tentu saja) melalui lisannya? Sekali lagi, mengapa tidak!
Lagi pula, siapa yang butuh berbicara di era internet yang menuntut keputusan yang serbacepat ini? Toh berhubungan dengan konsumen dapat melalui fitur obrolan (chat) seperti WhatsApp, Telegram, atau FB Messenger.
Warung Fiksi sendiri telah membuktikan, hampir semua pekerjaan di internet dapat diselesaikan tanpa tatap muka dan berbicara. Meskipun ada kalanya klien atau pembeli meminta bertemu atau lebih nyaman bertanya-tanya via telepon.
Lalu, adakah peluang bisnis luring (offline) untuk tunawicara? Jangan khawatir, banyak juga. Misalnya, penari, penjahit, perajin, atlet, koki, penyurvei, atau guru bagi penyandang tunawicara lainnya. Tinggal sesuaikan saja dengan bakat dan minat Anda.
Peluang Bisnis dan Pekerjaan untuk Tunagrahita
Difabel-difabel yang disebut sebelum ini, pemikirannya masih normal meski memiliki disabilitas tertentu. Sekarang, bagaimana dengan tunagrahita yang daya pikirnya agak lambat dan daya nalarnya kurang bagus? Adakah peluang bagi mereka?
Tentu saja ada!
Hanya, khusus untuk tunagrahita, pekerjaan yang sesuai mau tidak mau adalah yang sederhana dan dengan risiko kecelakaan rendah. Misalnya, percetakan sablon, pengepakan barang, pertanian, perkebunan, peternakan, jahit-menjahit (sarung bantal, celemek, tas, tempat tisu), dan lain-lain.
Terkadang, pekerjaan-pekerjaan yang bagi orang normal terasa membosankan, justru menantang bagi difabel tunagrahita. Itulah peluang dan kelebihan yang bisa dimanfaatkan.
Sebagai catatan tambahan, perlu adanya pendampingan pada tahap-tahap awal seorang tunagrahita bekerja. Nanti setelah terbiasa dengan job description-nya, barulah dia bisa dilepas secara mandiri.
Dalam praktiknya, seorang yang tunarungu dapat juga sekaligus tunawicara, tunagrahita sekaligus tunanetra, dan sebagainya. Jika memang demikian, permasalahannya tentu lebih kompleks. Namun bagaimanapun, selalu ada jalan di balik keterbatasan-keterbatasan kita.
Yang terpenting, selalu milikilah wawasan yang luas, keterampilan pada suatu bidang, dan kepribadian yang menyenangkan serta profesional. Dengan begitu, niscaya kaum difabel tetap mampu berkarya, berprestasi, dan mendapat pemasukan secara rutin.
Nice writing