Bayangkan Anda menjalankan bisnis lokal yang siap menembus pasar internasional. Anda mungkin berpikir cukup menerjemahkan materi promosi ke bahasa asing agar produk Anda laris di negara lain, bukan? Namun, penerjemahan atau alih bahasa saja sering kali tidak cukup.
Bisnis yang sukses di kancah global selalu memahami pentingnya lokalisasi. Mereka tidak hanya menerjemahkan kata per kata, tetapi juga menyesuaikan pesan dan penyampaian dengan budaya setempat. Hal ini membuat konten mereka terasa relevan dan alami bagi audiens berbagai negara.
Apa Bedanya Terjemahan dan Lokalisasi?
Secara sederhana, penerjemahan adalah proses mengalihbahasakan teks dari satu bahasa ke bahasa lain dengan mempertahankan makna aslinya. Penerjemahan biasanya berfokus pada kata-kata dan kalimat, tujuannya agar pesan dapat dimengerti dalam bahasa target.
Hasil terjemahan cenderung literal atau langsung, sesuai teks sumbernya. Misalnya, menerjemahkan slogan iklan secara harfiah kata demi kata.
Berbeda dengan itu, lokalisasi mencakup langkah penerjemahan ditambah adaptasi konteks yang lebih luas. Tujuan pelokalan adalah membuat konten terasa alami dan cocok bagi audiens di budaya target, seolah-olah konten tersebut dibuat langsung oleh orang-orang di sana.
Ini berarti selain menerjemahkan teks, pelokalan harus memperhatikan hal-hal seperti gaya bahasa lokal, idiom, format tanggal dan mata uang, gambar atau warna yang sesuai, hingga referensi budaya setempat.
Singkatnya, penerjemahan hanya berfokus pada bahasa, sedangkan lokalisasi menyesuaikan seluruh konteks agar relevan dengan pasar lokal. Dengan lokalisasi, pesan yang sama dapat disampaikan dengan cara yang lebih nyambung dengan audiens target.
Mengapa Lokalisasi Penting dalam Pemasaran Lintas Budaya?
Menerjemahkan konten saja ibarat berbicara dengan bahasa yang benar tetapi dengan nada yang salah. Lokalisasi penting karena menjembatani perbedaan budaya dan preferensi setiap pasar. Konsumen internasional takkan tertarik mengonsumsi materi pemasaran yang terasa asing bagi mereka.
Sebuah survei menunjukkan, sekitar 75% konsumen cenderung membeli sebuah produk jika informasinya disajikan dalam bahasa mereka sendiri. Sebaliknya, 60% pembeli non-penutur Inggris dilaporkan jarang atau bahkan tidak pernah mau bertransaksi di situs web yang hanya tersedia dalam bahasa Inggris.
Angka-angka ini menegaskan bahwa tanpa lokalisasi, kita berisiko kehilangan sebagian besar calon pelanggan global.
Lokalisasi juga penting untuk membangun hubungan emosional dan kepercayaan. Ketika calon pelanggan melihat iklan atau situs web yang familier, baik dari segi bahasa maupun budaya, mereka merasa dihargai dan lebih percaya kepada jenama (brand) tersebut.
Lebih konkretnya, inilah manfaat lokalisasi untuk bisnis Anda:
- Jangkauan Pasar Lebih Luas & Penjualan Meningkat: Lokalisasi memungkinkan Anda menjangkau audiens global yang lebih besar. Dengan pesan yang disesuaikan untuk preferensi lokal, daya tarik produk Anda meningkat dan konversi penjualan dapat melonjak.
- Pengalaman Pelanggan Lebih Baik: Konten yang dilokalkan memberikan pengalaman pembeli/pengguna yang lebih nyaman dan personal. Selain bahasa yang dimengerti, faktor seperti tampilan visual yang familier dan referensi lokal akan membuat pelanggan betah dan merasa dipahami.
- Citra Merek dan Reputasi Terjaga: Dengan lokalisasi yang tepat, jenama Anda dapat mempertahankan identitas dan pesan intinya di setiap negara tanpa takut disalahartikan. Penyampaian yang selaras dengan norma setempat akan memperkuat citra merek Anda secara global.
- Keunggulan Bersaing: Tidak semua bisnis mau bersusah payah melakukan lokalisasi. Dengan melakukannya, Anda sudah selangkah di depan pesaing yang hanya menerjemahkan seadanya. Konten yang terlokalisasi menunjukkan profesionalisme dan dedikasi Anda terhadap pasar tersebut, sehingga memberi nilai lebih di mata konsumen.
Contoh Kasus: Terjemahan Gagal vs Lokalisasi Berhasil
Untuk memahami dampak nyata terjemahan dan lokalisasi, mari melihat beberapa contoh terkenal. Tahukah Anda, slogan Pepsi “Come alive! You’re in the Pepsi Generation!” pernah diterjemahkan apa adanya ke bahasa Mandarin.
Hasilnya? Maknanya berubah drastis menjadi, “Pepsi menghidupkan kembali leluhurmu dari kubur.”
Contoh lain, slogan legendaris KFC, “Finger lickin’ good” sempat diterjemahkan secara literal saat pertama masuk ke Tiongkok, hingga artinya menjadi, “Makanlah jarimu!”
Meskipun kesalahan ini akhirnya dibenahi, insiden semacam ini menunjukkan risiko menerjemahkan tanpa melokalkan. Pesan jenama bisa salah tafsir dan merusak kesan di pasar target.
Sebaliknya, banyak perusahaan yang menikmati sukses besar berkat lokalisasi yang cerdas. Contohnya Netflix, layanan streaming global, dikenal sangat unggul dalam strategi lokalisasi mereka.
Netflix bukan hanya menerjemahkan antarmuka dan menyediakan takarir atau sulih suara dalam berbagai bahasa, tetapi juga berinvestasi membuat konten lokal yang sesuai budaya tiap negara.
Hasilnya, serial seperti Squid Game dari Korea Selatan (Korsel) dan Sacred Games dari India menjadi fenomena internasional sekaligus membangun basis penggemar kuat di negara asalnya.
Kisah sukses lain datang dari Samsung. Perusahaan raksasa asal Korsel ini menerapkan strategi lokalisasi dengan menyesuaikan produk dan pemasaran agar selaras dengan budaya serta kebutuhan lokal di tiap negara.
Pendekatan ini terlihat dari dirilisnya mesin cuci ActivWash+ yang dirancang khusus untuk pasar India.
Samsung menemukan bahwa banyak konsumen di India memiliki kebiasaan mencuci awal secara manual, misalnya merendam dan mengucek pakaian dengan tangan sebelum memasukkannya ke mesin cuci.
Menjawab kebutuhan ini, ActivWash+ dilengkapi bak cuci terintegrasi di bagian atas mesin, sehingga pengguna dapat melakukan pra-cuci itu dengan nyaman tanpa perlu jongkok di lantai. Fitur lokal yang unik ini pun mendapat sambutan hangat dan terbukti sukses meningkatkan kepuasan konsumen India.
Pendekatan Samsung ini tidak ada hubungan langsung dengan penerjemahan. Namun, ini adalah contoh bagaimana sebuah bisnis memanfaatkan semangat lokalisasi untuk mengeksplor budaya targetnya.
5 Tip Menerapkan Lokalisasi dalam Strategi Pemasaran
- Riset Budaya Target: Lakukan penelitian mendalam tentang budaya pasar yang dituju. Pahami nilai-nilai, kebiasaan, selera humor, hingga hal-hal sensitif yang harus dihindari. Perhatikan elemen seperti pilihan warna, tingkat kesopanan bahasa, simbol atau gambar, serta preferensi lokal lainnya.
- Gunakan Ahli Bahasa Lokal: Alih-alih terlalu mengandalkan terjemahan mesin, termasuk AI, libatkan penerjemah profesional atau copywriter manusia yang merupakan penutur asli di sana. Seorang penutur asli paham nuansa bahasa, ungkapan idiomatik, dan konteks budaya setempat.
- Sesuaikan Semua Elemen, Bukan Hanya Teks: Gunakan gambar, desain, atau ilustrasi yang sesuai budaya. Sesuaikan format tanggal, mata uang, sistem satuan, alamat, dan detail lain dengan standar lokal. Jika Anda mengadakan promosi, perhatikan kalender dan hari raya setempat.
- Perhatikan Hukum dan Etika Lokal: Patuhi aturan hukum di negara target. Beberapa negara punya regulasi iklan atau perlindungan data pengguna yang berbeda. Menyesuaikan konten sesuai regulasi akan menyelamatkan bisnis dari potensi masalah hukum.
- Uji Coba dan Dapatkan Masukan: Lakukan uji coba materi yang sudah dilokalkan. Feedback dari warga lokal sangat berharga untuk menangkap kekurangan kampanye Anda. Langkah quality assurance ini memastikan hasil akhir lokalisasi benar-benar siap diterima dengan baik.
Kesimpulan
Di era globalisasi, terjemahan dan lokalisasi bukan lagi sekadar pelengkap, melainkan telah menjadi kunci sukses dalam ekspansi bisnis ke pasar internasional.
Dengan memahami perbedaan antara terjemahan dan lokalisasi, pelaku UMKM, profesional, maupun pekerja lepas di industri kreatif dapat membuka perspektif baru dalam menyusun kampanye pemasaran global.
Penerjemahan yang akurat memudahkan pesan Anda dipahami orang dari berbagai bahasa, sementara lokalisasi yang cermat membuat pesan tersebut menyentuh hati audiens lintas budaya. Jadi, jangan ragu untuk mempertimbangkan lokalisasi sebagai investasi jangka panjang.