Kya-Kya Kembang Jepun, Nasibmu Kini ….

Kya-kya Kembang Jepun saat jaya-jayanya

Beberapa tahun silam, kita disuguhi dengan proyek prestisius Pemerintah Kota Surabaya yang digagas seorang CEO salah satu media nasional asal Surabaya, Dahlan Iskan. Proyek itu bernama Kya-Kya Kembang Jepun. Kala itu, pemberitaannya besar-besaran dan terkesan ada iklan tersembunyi. “Advetorial” dalam koran itu terbukti mampu menyedot pengunjung. Mereka demikian antusias terhadap tempat jajanan bergaya Cina itu.

Para pedagang pun sampai harus mengantre untuk mendapatkan stan di sana. Banyak acara off air yang diadakan, mulai dari penampilan panggung pengamen jalanan, art show, sampai pertunjukan live music. Ditambah dengan pemberitaan yang terus-menerus oleh grup Jawa Pos, Kya-Kya Kembang Jepun pun menjadi booming.

Kawasan yang dikenal sebagai basis dagang penduduk etnis Tionghoa sejak tahun 1900-an atau sejak masa Hindia Belanda ini mendadak terkenal di kalangan warga Surabaya. Tempat ini bahkan menyedot para turis luar negeri yang kebetulan singgah di Surabaya. Semarak!

Kya-Kya yang berarti “jalan-jalan sambil makan angin” menjadi benar-benar jalan-jalan sambil makan. Hanya, makanannya sungguhan ada.

Sebulan-dua bulan, hingga setahun, semua berjalan baik-baik saja. Akan tetapi sekarang, setelah tahun kelima, sang kembang tampak melayu seperti jamur terkena matahari. Barisan mobil yang biasanya berjejalan parkir di Kya-Kya terlihat lengang. Jalanan yang dulu ditutup mulai pukul 18.00 hingga 02.00 dini hari ini kini sudah sepi pengunjung.

Jangankan pengunjung, kendaraan yang lewat pun sangat jarang. Yang tampak ramai di tengah malam malah pasar ikan tradisonal Pabean yang sudah lama ada.

Mengapa Kya-Kya Kembang Jepun Menjadi Sepi

Apa yang terjadi dengan ikon jajanan yang sempat jadi kebanggaan warga Surabaya itu? Banyak analisis betebaran mengenai runtuhnya kemegahan objek wisata yang menghabiskan dana miliaran rupiah ini. Mulai dari analisis logis sampai mistis.

1. Harga menu Kya-kya Kembang Jepun yang mahal

Salah satu ulasan dikemukakan oleh A. Halim, pedagang nasi krawu Ibu Hj. Suliha. Halim sudah berdagang jauh sebelum Kya-kya berdiri pada 2003. Menurutnya, harga menu di Kya-Kya Kembang Jepun terlampau mahal.

“Untuk segelas es teh saja, kita musti merogoh 3.000-5.000 rupiah,” tandasnya kepada Warung Fiksi. “Pertama kali, orang mungkin oke-oke saja. Tapi selanjutnya, mereka akan berpikir dua kali. Apalagi kalau mereka menganggap kualitas jajanan di Kya-Kya sama dengan yang ada di luar.”

Para pedagang saat itu, duganya, menggunakan aji mumpung. Mumpung Kya-Kya Kembang Jepun sedang terkenal. Mumpung ramai pengunjung. Mereka tidak memikirkan bagaimana brand image yang terbangun di benak pengunjung. Bagi para turis asing mungkin tidak mempermasalahkannya, tetapi masyarakat Surabaya sendiri tentu menjadi persoalan tersendiri. Apalagi jika mahalnya makanan tidak diikuti oleh kuantitas dan kualitas.

2. Parkiran Kya-kya Kembang Jepun yang merepotkan

Analisis ini dikemukakan oleh Aan, pelanggan setia Kya-Kya dua tahun yang lalu. Menurutnya, letak parkir Kya-Kya terlalu jauh. “Parkirnya ada di satu titik saja, sehingga untuk sampai ke stan yang kita tuju, kita harus berjalan jauh.”

Aan menyarankan, letak parkir Kya-Kya sebaiknya memanjang satu arah sepanjang Kya-Kya.

3. Tak ada antisipasi cuaca di Kya-kya Kembang Jepun

Ada yang mengatakan, seharusnya sepanjang area Kya-Kya harus ada atap yang bisa buka-tutup. Jadi bila cuaca sedang cerah, bisa dibuka. Namun bila hujan turun, atap bisa ditutup.

“Sekarang, kan, tidak. Waktu hujan turun, para pedagang harus berlarian mengamankan barang dagangannya dari hujan. Pengunjung jelas jadi ikut bingung, harus berteduh di mana?” Wawan, seorang pelanggan Kya-Kya awal yang juga karyawan J.W. Marriot Surabaya, bertanya-tanya. Apalagi bila makanan mereka belum habis. “Pasti dilema bagi pengunjung,” pungkasnya.

4. Faktor Mistik

“Kya-Kya Kembang Jepun itu kualat, Mas,” kata Halim lagi. “Masa jalan ke arah makam Sunan Ampel ditutup?”

Memang benar, jalan yang ditutup saat Kya-Kya Kembang Jepun masih beroperasi salah satunya akses menuju Masjid Ampel yang dikeramatkan oleh sebagian warga. Sehingga saat itu, untuk pergi ke tempat wisata Ampel, pengunjung harus mengambil jalan memutar.

Demikian pendapat-pendapat masyarakat yang berhasil Warung Fiksi himpun.

Kya-Kya Kembang Jepun Pindah ke Kenjeran

Sedihnya, tampaknya pihak pengelola atau penanggung jawab seperti bergeming melihat terpuruknya Kya-Kya Kembang Jepun yang sempat menjadi ikon kebanggaan warga Surabaya ini. Kemegahan Kya-Kya Kembang Jepun seolah dibiarkan hanya menjadi kenangan.

Baru beberapa tahun kemudian, Kya-kya dengan konsep yang hampir sama, muncul di Kenjeran. Semoga di sana pengunjungnya lebih banyak.

BAGIKAN HALAMAN INI DI

11 thoughts on “Kya-Kya Kembang Jepun, Nasibmu Kini ….”

  1. Ha3, ya iyalah…. Kalo saya liat ya, kesalahan diKya2 karena tidakadanya strategi untuk menindaklanjuti kemegahannya saat pertama kali…

    Saat kita pertama ke Kya2, pikirnya kan pasti wow kya2= keren, tapi….. Apa yang terjadi? Yang tersaji hanyalah para penjual makanan!! Dimana,apakah kita seringkali makan malam di luar rumah? Inilah yang salah,pertama,dan juga apakah kita mau mencicipi satu-satu di setiap depot makananny?

    Kya-kya memang berarti jalan-jalan, tetapi daripada saya kya-kya ke kembang jepun hanya untuk makan, saya prefer kya-kya ke Irian Barat (beli ikan) ato kya-kya ke Plaza dan Mall untuk hiburan

    Reply
  2. eee saya ingin bertanya seputar Kya-Kya kepada pengeloalnya,yaitu PT Kya-Kya. Saya kesusahan untuk mencari kontak dan alamat yang bisa dihubungi,

    Apa ada yang bisa membantu?
    terimakasih.

    Reply
  3. Trims buat Mas Gendut dan Mas Hari. Sepertinya memang harus ada value added dari Kembang Jepun. Tentang pengelola, saya kurang tahu. Pemkot pun tidak merasa sbg pengelola secara langsung. Walaupun Kya-kya Kambang Jepun sebenarnya adalah proyek Pemkot. Lebih lanjutnya coba hubungi Jawapos, karena penyumbang ide dan pemilik beberapa stan di sana adalah Jawapos.

    Reply
  4. Saya mau tahu banget tentang sejarah jalan Kembang Jepun terutama tentang Geisha-geisha yang dulu ada di sana (sehingga nama jalan itu jadi Kembang Jepun). Saya sedang melakukakn penelitian skripsi tentang geisha di Indonesia. Ada yang bisa saya hubungi nggak ya?

    Reply
  5. Wah sayang sekali ya. Saya baru kemarin malam ke Kya2 karena membaca dan melihat gambarnya yg seperti suasana di luar negeri. Sesampainya disana lho koq sepi, tdk ada yang jualan sepanjang jalan tersebut dan suasananya menjadi seperti rawan… Semoga bisa dikelola secara baik untuk menarik minat wisatawan. Thanks…

    Reply
  6. Saya jadi ingat, tahun 2005, saya sering ke kya kya hampir setiap malam sama teman2.
    uda 5 tahun berlalu, kok kya kyanya punah sih ???
    Cuma tersisa Gerbang dan hiasan2 yang lusuh,,
    Tolong hidupkan kenangan Kya kya kembali,,
    Saya rasa, Kya kya kembang jepun adalah omset terbesar jka dapat dikelola dengan tepat,,
    Saya doakan smoga kya kya kembang jepun dapat dilestarikan kembali,,
    Cia yo SURABAYA !!!!!!

    Reply
  7. Wah sayang sekali, saya sempat membaca brosur di kamar hotel katanya ada tempat yang namanya kya – kya di surabaya seperti malioboro nya jogja, ternyata sudah punah toh, untung belum sempat kesana, adakah tempat lain yang menarik di surabaya ini??

    Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!