Siapa tak kenal novelis Amerika satu ini? The Da Vinci Code-nya telah memantik obor pro-kontra di seantero planet, termasuk di Indonesia. Tapi saya bukan berniat mengulik-ngulik kontroversi itu. Di sini saya cuma ingin membahas teknik Dan Brown yang menurut saya mengusung cara baru dalam penulisan thriller modern. Yah, saya tahu, kalau dirunut ke belakang, Brown bukanlah yang pertama melakukan kombinasi teknik ini. Namun setidaknya dia kan yang terkenal.
Brahmanto Anindito
Lika-liku Membisniskan Agama melalui Film
By: Brahmanto Anindito
Kata kawan saya, di kampungnya ada pemuda yang bandelnya nggak ketulungan: Kurang ajar terhadap orangtua, maling sandal di musala, mencuri kotak amal masjid. Benar-benar menjengkelkan, pokoknya. Sampai-sampai salah satu ibu di sana nyeletuk, “Aku pingin tau matinya tuh anak. Pasti ada banyak belatung di mayatnya.” Komentar ini dipicu—apalagi kalau bukan—oleh sinetron-sinetron religius kegemaran warga sana. Kami pun geleng-geleng berjamaah.
Mencoba Mengurai Gores-gores Kusut Komik Indonesia
Sama seperti film, komik Indonesia termasuk salah satu produk yang belum berhasil menjadi tuan di rumah sendiri. Eksistensinya seolah dilibas karya-karya luar: Jepang dengan manga-nya, Amerika dengan komik superhero-nya. Pertanyaannya lalu sesederhana kata: mengapa.