Selamat Datang di Republik Mistik

By: Brahmanto Anindito

Tahun 2007 belumlah berakhir, tapi sudah bisa ditebak siapa jawara dalam perfilman Indonesia. Sebagaimana tahun lalu, genre yang paling sering diproduksi masih Horor. Berdasarkan data kami (Anda bisa mengambilnya di halaman Unduh Gratis), 13 atau 36,11% dari total 36 film layar lebar tahun ini bernuansakan horor. Sebenarnya, Drama lebih banyak jumlahnya. Namun kalau genre yang memang terlampau luas itu dipecah-pecah menjadi subgenre seperti Drama Percintaan, Drama Komedi, dsb., maka Hororlah yang nomor satu.

Takkan ada asap kalau tak ada api. Diakui atau tidak, film-film bergenre Horor tumbuh subur lantaran penonton sangat menikmatinya. Kita ini senang sekali ditakut-takuti. Tidak ada yang salah dengan fakta itu. Saya menonton film Laga supaya dibuat tercengang dan ikut ngos-ngosan. Saya menonton film Komedi agar dibuat tertawa ngakak. Saya menonton film Horor, apa lagi tujuannya kalau bukan supaya dibuat ketakutan? Sepintas tidak ada yang salah, memang.

Tapi apapun kalau berlebihan pasti ada efek sampingnya kan? Tidak usah membicarakan anak kecil (karena perkembangan jiwa anak yang terbiasa ditakut-takuti dan anak yang dibiarkan tumbuh tanpa dicekoki tahayul jelas-jelas beda), bicara orang dewasa saja lah. Sementara orang-orang di negara maju berani berjalan kemana-mana dan bekerja hingga larut malam, orang kita? Melangkahkan kaki sedikit sudah ketakutan: Jangan-jangan di situ muncul sundel bolong, genderuwo, pocong, hantu jeruk purut, kuntilanak, siluman babi, leak, suster ngesot, Nyi Loro Kidul, si manis jembatan Ancol … busyet! Banyak sekali sosok yang wajib ditakuti warga Indonesia!!

Jadi bagaimana mungkin perfilman kita mampu lepas dari genre-genre klenik? Masyarakat kita saja masih mau membuang-buang waktu untuk mempelajari dunia yang seharusnya bukan urusan manusia itu.

Dalam tataran yang lebih sederhana, coba, berapa gelintir orang yang bersedia melanggar pakem hari baik/buruk pernikahan? Berapa orang yang berani menganggap enteng ilmu Feng Shui? Saya sendiri mungkin tidak ingin melanggar pakem-pakem tersebut (apalagi kalau penjelasannya logis), sebab resiko akibatnya bisa jangka panjang.

Tapi tetap, ada hal-hal yang membuat saya tak habis pikir. Mengapa dukun togel masih juga laris? Mengapa orang percaya pada kartu tarot? Sebagian anak muda yang seharusnya merupakan generasi berpola pikir modern pun bergantung pada zodiak dalam menjalani hidupnya (kalau tidak, kenapa rubrik “Ramalan Bintang” di media-media remaja/kosmopolitan masih ditunggu-tunggu juga?).

Orang bilang, masyarakat kita spiritualis (baca: terlalu banyak “percaya”). Simaklah apa yang ditulis Dhimam Abror Djuraid di Surya 22 Juli 2007:

Hampir tidak ada sisi kehidupan yang tidak dirasuki klenik dan perdukunan, karena kita lebih suka menempuh jalan mudah. Di dunia bisnis, orang pakai dukun. Di dunia politik apalagi. Dunia olahraga seperti sepakbola? So pasti dukun bicara. Tapi, meski dukun kita terkenal hebat, toh kita tetap kalah lawan Arab dan Korea. Ternyata dukun mereka lebih ampuh?

Menurut Ketua PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jatim itu, kebangkitan film Indonesia yang sempat memberi harapan pun sekarang menjadi suram dan menyedihkan lagi.

Saya tidak (belum) sepesimis itu. Pernah saya baca di Republika, Harsiwi Achmad, Direktur Program RCTI, mengatakan kalau stasiun televisinya berkomitmen menghindari film yang mengangkat kisah-kisah mistik atau kehidupan gelap. Misalnya pocong-pocongan, hantu-hantuan, atau setan yang mengeksplorasi kejahatan dan kegelapan.

Komitmen yang patut diacungi jempol. Entah bagaimana stasiun TV lainnya. Entah bagaimana pula TPI (yang berteduh bersama RCTI dalam satu payung bermerek MNC). Yang jelas, di tahun 2006 saja KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) menerima 199 pengaduan masyarakat tentang tayangan mistik. Itu belum termasuk film-film bioskop yang kita bicarakan di awal-awal tadi.

Lalu tiba-tiba saya teringat pada theme song acara Republik Mimpi-nya MetroTV. Lakukan sedikit perubahan, jadilah jingle baru yang cocok bagi perfilman layar lebar dan layar gelas kita: S’lamat datangdi republik mistik ….

BAGIKAN HALAMAN INI DI

11 thoughts on “Selamat Datang di Republik Mistik”

  1. Kalo ramalan bintang memang guilty pleasure, jangankan media-media remaja, di Media Indonesia juga suka ada ramalan oleh ‘grandmaster tarot’. Aku pernah baca wawancara dengan seorang remaja yang suka banget nonton film horror, katanya pas di bioskop dia paling menikmati teriak rame-rame dengan teman-temannya begitu hantunya keluar.:D

    Reply
  2. Meski kadang “tergoda” bwt nonton film horor tp mendingan ngga deh drpd nyiksa diri. sendiri mlm2 takut, ke toilet mlm2 takut, liat kaca takut, yah mending ga usah kan. Sy bukan penakut tp daya ingat sy lumayan, so sk keinget2 deh muka si setannya hehe… Terserah orang jg siy mo nonton yg mana tp emang gak ada topik laen ya? Mo gmn lg, emang maunya pasar lg suka nonton film horor, mo bwt film yg laen drpd yg laen takut ga laku. Mungkin sutradara2nya musti nanya ke dukun, paranormal, ato sejenis itu, film apa yg bakal menggebrak en laris manis tanjung kimpul tahun depan selain film horor (lho..)

    Reply
  3. Andika, thx again, Bro. Wah, kelihatannya Indonesia masih lama ya meninggalkan genre ini. Kepercayaan kita thd “sesuatu” masih mengurat akar. Jd ingat Ki Joko Bodo yg pernah bilang kalau mistik adalah sesuatu yg akan trs digandrungi masyarakat kita. Damn! Sepertinya paranormal itu bener. Tp itu kan kyk orang saham yg mengatakan tren persahaman prospeknya bagus, atau seorang dokter yg meramalkan bhw profesi yg plg menjanjikan adalah dokter, ^_^.

    Lho, tp kan film action jg asyik buat teriak2 bareng. Hehehe ….

    Reply
  4. Terima kasih banget, Ree. Hahahaha …. Aku dulu jg gitu lho. Tp sekarang udah enggak. Mau tau tipsnya? Tonton aja horor2 itu. Tp dlm waktu yg sama bayangkan keadaan behind the scene-nya. Bayangkan si “hantu” cengengesan bareng temennya pas dirias make-up artist. Bayangkan “hantu” serem itu mukanya langsung kendur begitu sutradara teriak, “Cut! Aduh, loe gak usah pake garuk2 gitu dong! Ayo ulangi adegannya, take 2!” Niscaya buyar deh suasana serem itu, bahkan setelah kita keluar dr bioskop malem2 dan sendirian.

    Reply
  5. republik mistik adalah negaranya para hantu dan orang-orang yang yang suka akan dunia ghaib.salam kenal dari kami anak-anak desa yang lagi belajar menulis.

    Reply
  6. yup terlalu banyak kepercayaan di negeri ini. kepercayaan dan adat yang seharusnya tidak perlu dilanjutkan. pernakah kita berpikir apakah leluhur kita pernah salah? siapa tahu adat atau kepercayaan yang diturunkan ke kita itu adalah kebiasaan yang salah. dan kita menutup mata pada hal ini. seolah-olah leluhur kita adalah masyarakat yang memiliki peradaban tertinggi di dunia ini. sehingga apa yang diwariskan mereka adalah benar semua. dengan slogan bahwa ada budaya adalah indetitas kita.suck!

    Reply
  7. Bgku satu2nya kepercayaan yg patut dipertahankan adalah agama kita masing2. Aku lupa siapa yg bilang, tp kalimatnya terus terngiang di telingaku, “Budayakanlah beragama. Tapi jangan pernah mengagamakan budaya.” Masalahnya, Mas Aang, masyarakat kita masih eklektis: Agama dijalankan, budaya (sekalipun yg bertentangan dg agamanya) pun dijalankan. Cape’ deeh ….

    Reply
  8. Mmmmm…horor lagi horor lagi, terus terang kalo saya nonton horor buatan Indonesia kadang bikin saya ketawa (maaf bukan pelecehan) yah lucu aja liat setan/hantunya yang aneh2 (bukanya saya ga percaya ma dunia lain) tapi gimana yahhh aneh aja……(sorry kalo ada yang tidak berkenan)

    Thanks

    Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!