Berharap Kebangkitan Film Animasi Indonesia

Film animasi. Untuk urusan satu ini rasanya kita akan selalu menoleh ke Hollywood. Terutama bila kita bicara film layar lebarnya. Karena di sanalah film-film animasi menjelma jadi ikon baru produk box office. Sekedar memberi contoh, tatap saja film Ice Age, Shrek, Surf’s Up, Ratatouille, Persepolis atau Kungfu Panda. Dan senangnya, kegairahan yang sama pun terjadi di ranah film animasi lokal. Bila saya perhatikan, hingga awal tahun ini pertumbuhan film animasi lokal telah menampakkan wajah sumringahnya.

Tapi mengerek kegairahan film animasi lokal bukanlah perkara sepele, siapapun tahu. Bisa jadi faktor yang melatarbelakangi kurangnya produksi film animasi kita adalah sisi bandrol produksi yang nyatanya tidak bersaing dengan menggarap film non-animasi. Ditambah minimnya teknologi dan SDM, sempurnalah hambatan-hambatan itu.

Padahal film animasi di Indonesia sebagai suatu industri yang berbasis seni sudah lama ada. Misalnya, tercatat di kalender 1955 film Si Doel Memilih karya Dukut Hendronoto telah menancapkan tonggak dimulainya sejarah animasi modern. Dilanjutkan oleh stasiun TVRI yang menampilkan program-program animasi di beberapa segmennya.

Hingga tahun 1970-an, film animasi semakin bermunculan, ditandai oleh film Si Huma yang cukup fenomenal. Bahkan, pada tahun 2000-an, film animasi layar lebar Homeland dan Janus Prajurit Terakhir sempat memberi kita harapan akan masa depan industri film yang bercikal bakal dari artwork komik ini.

Namun yang terlewatkan, industri film animasi Indonesia dari dulu senantiasa meletakkan film animasi sebagai konsumsi anak-anak (atau paling tidak remaja). Jarang sekali kita melihat film animasi Indonesia yang diperuntukkan bagi orang dewasa. Padahal kalau kita cermati, di awal perkembangannya, film animasi justru menyasar ke penonton dewasa.

Le dessin animé s’est d’abord adressé à un public d’adultes. Retenons Betty Boop, sex-symbol du dessin animé des années 30; Fritz the Cat, dessin animé paillard et subversif des années 60; l‘œuvre de Tex Avery, ironique et anticonformiste, et les tentatives expérimentales de Norman McLaren.” (Vanoye, 2002: 62)

Petikan di atas artinya kurang-lebih demikian, “Mula-mula film animasi ditujukan untuk publik dewasa. Kita ingat Betty Boop, simbol seks animasi di tahun 1930-an; Fritz the Cat, animasi yang mesum dan subversif pada tahun 1960-an; karya Tex Avery, ironis dan antikonformis, serta eksperimen-eksperimennya Norman McLaren.”

Meskipun akhir-akhir ini produsen-produsen film animasi besar di dunia sering membuat film animasi yang tidak ditujukan untuk kelompok penonton anak-anak, anggapan bahwa film animasi adalah untuk kaum anak-anak masih menjadi wacana dominan di masyarakat kita. Film animasi, lebih-lebih di Indonesia, selalu diasosiasikan dengan genre anak. Tapi, tunggu dulu! Ada sedikit yang perlu diluruskan di sini.

Animations are not a strictly-defined genre category, but rather a film technique, although they often contain genre-like elements.” (Dirks, www.filmsite.org/animatedfilms.html)

Begitulah, animasi sebenarnya hanya merupakan teknik penyajian (bukan genre!). Dengan begitu maka kategori-kategori yang ada merupakan hasil dari segmentasi khalayak. Di Indonesia ada tiga kategori menurut versi Lembaga Sensor Film (karena stasiun-stasiun TV ternyata memiliki versi sendiri), yaitu: semua umur, remaja dan dewasa. Pemeringkatan di Amerika Serikat lebih rumit, yaitu: G (general), PG (parental guidance), PG-13 (parental guidance dan usia penonton minimal 13 tahun), R (restricted), serta NC-17 (no one 17 and under admitted).

Namun syukurlah, karisma perfilman animasi Indonesia makin lama makin menguat. Ini saya simpulkan dari munculnya berbagai komunitas penggiat animasi. Sebut saja Anima (Asosiasi Animator Indonesia), Animator Forum, Ainaki (Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia), beserta komunitas-komunitas lain yang terbit untuk menampung aspirasi para animator.

Gejolak kebangkitan ini pun dikatrol oleh banyaknya festival film animasi yang digelar dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari Festival Film Animasi Indonesia, Festival Animasi Nasional, Festival Animasi Indonesia, Hello;Fest, dsb. Perhelatan-perhelatan tersebut kini tidak hanya didukung oleh pencinta animasi, melainkan juga oleh beberapa perusahaan hingga departemen dan kementerian di Indonesia.

Di antara berbagai festival itu, Festival Film Animasi Indonesia URBanimation sepertinya menjadi barometernya. Ajang dua tahunan yang terselenggara sebagai program kerja Komite Film Dewan Kesenian Jakarta ini telah menjadi agenda ASIFA (Association International du Film d’Animation) sejak tahun 2001. Tak heran jika perhelatan ini kemudian selalu dihadiri, didukung serta diramaikan oleh komunitas animasi dalam dan luar negeri.

URBanimation terbaru (edisi keempat) digelar 14-20 Januari kemarin di kawasan kompleks Taman Ismail Marzuki. Berbagai fringe events turut memeriahkan ajang bertema “Animation for Everybody” ini. Banyak komunitas animasi, studio film animasi, komunitas film independen, maupun para individu pembuat film animasi turun gunung untuk memarakkannya.

Panitia URBanimation 2008 sampai menerima 102 karya film dari berbagai kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Sidoarjo, Malang, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Jambi, Palembang, bahkan dari peserta yang berdomisili di Singapura! Seluruh karya peserta tersebut kemudian disaring menjadi 30 film terbaik yang akan masuk penjurian final oleh Dwi Koen (praktisi animator senior), Candra Endroputro (sutradara film Janus: Prajurit Terakhir), dan Michael Gumelar (dosen DKV Universitas Multimedia Nusantara).

Melihat kian beragamnya latar budaya dari peserta, dewan juri festival pun mulai menerapkan sistem yang baik dalam mengelola para kreator film animasi, baik yang amatir maupun profesional. Panitia URBanimation 2008 memilah kategori kompetisi menjadi tiga, yaitu: Kategori Animasi Naratif dan Non Naratif, Kategori Animasi Terapan, dan Kategori Animasi Pelajar dan Mahasiswa.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian segi-segi teknik film animasi dengan hasil terbaik yang terangkum menjadi satu sistem industri animasi, dewan juri tersebut membagi kriteria penilaian menjadi empat: Teknis dan Prinsip Animasi, Inovasi, Storytelling dan Konsep, Desain Karakter, dan Sound dan Editing.

Selain festival film, juga terdapat Pameran Animasi yang menggambarkan perjalanan panjang karya animasi Indonesia, pemutaran film animasi dari dalam dan luar negeri, seminar diskusi, dan workshop yang juga menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri.

Rasanya minat para kreator film animasi di tanah air memang bakal terus berkembang. Bukan tidak mungkin dalam puluhan tahun (bahkan belasan tahun) kita bisa meraih kesejajaran dengan karya-karya kreator film animasi dunia. “Saudaranya” (film nasional Indonesia non-animasi) saja sudah menunjukkan produktivitas yang memuaskan pada tahun 2007 kemarin. Masa’ film animasi Indonesia masih malu-malu juga untuk tampil di depan publik?

BAGIKAN HALAMAN INI DI

44 thoughts on “Berharap Kebangkitan Film Animasi Indonesia”

  1. tau neh, orang indo pada nganggep anime sebagai konsumsi anak2 seeh! Padahal anime AIR GEAR yang tayang di indosiar itu ratingnya PG loh!!

    Kapan ya para ortu di indonesia berpikiran terbuka?

    Reply
  2. Bener banget, mas Scarion. Dan kalau mau jalan-jalan sedikit ke negara-negara maju, animasi buat dewasa (tidak cuma PG) buanyaak banget. Tapi fakta bahwa anak-anak lebih memahami sesuatu yang disampaikan dengan kartunal memang benar. Mungkin gara-gara itu kali ya para ortu terus mengidentikkan animasi dengan anak-anak. Tapi saya percaya, suatu hari anggapan itu akan luntur.

    Reply
  3. hi,
    g tertarik banget sama industri animasi dunia mapun lokal,
    kebetulan skripsi g juga bikin film animasi.
    namun g blank sama data perkembangan/timeline animasi indonesia.
    bisa bantu ga mas?
    hehehehe

    Reply
  4. iya, di dunia musik juga animasi sudah mulai di hargai. udah liat vc-nya Britney Spears yang baru? Animasi abies! Bikin animasi didunia music bukan baru**. Dulu ada gorillaz, padi, samsons, de el el. yang juga pake nih teknik. animasi ‘naik kelas’!!!

    Reply
  5. Trims buat Anabel dan Nirmala. Data perkembangan saya rasa ada di komunitas-komunitas macam Ainaki. Banyak sekali sih komunitas animasi di Indonesia, googling aja, terus hubungi salah satu dari mereka. Nanti kamu pasti diarahkan ke orang yang tepat ^_^.

    Britney? Belum Nir, tapi kalau Gorillaz, Padi,’n Samson sdh. Tapi memang di dunia musik, animasi sangat efektif menunjang image. Durasi video klip yang hanya lima menitan kiranya lebih atraktif daripada terus-terusan mengekspos penyanyi atau personel bandnya. Bosan lah….

    Reply
  6. animasi = anime = doraemon = buat anak2.
    Sayangnya stigma yang melekat pada masyarakat adalah demikian, terus apa komentar mereka kalau melihat produk animasi pornografik yang ditujukan untuk kalangan orang dewasa?

    Orang-orang Korea dan China banyak bekerja di rumah animasi Jepang, sayang, orang Indonesia belum bisa mendapat kans untuk masuk ke pasar lapangan kerja seperti itu.

    Reply
  7. Trims Mas Calvin. Mungkin seperti halnya saya, stigma animasi sebagai tontonan anak-anak memang akan terus melekat pada siapapun sebelum mereka melihat film animasi yang notabene bukan untuk anak-anak.

    Masalahnya kemudian berputar seperti buah simalakama, jika banyak film animasi yang bukan untuk anak-anak beredar di sekitar kita, maka akan semakin banyak juga orang tua yang memprotes, jauh lebih banyak dari orang tua yang sadar bahwa “Oh ini memang bukan untuk anak-anak,” Jadi mereka ikut aktif menyaring tontonan anak-anak mereka.

    Reply
  8. Salam kenal, saya jadi sedikit terharu juga dengan kondisi presepsi masyarakat kita tentang film animasi. Namun, bukan mesti karena hal yang menyebabkan yang demikian itu disengaja.
    Banyak faktor, sih. Misalnya seperti kata Rori, yang saya simpulkan bahwa perbandingan film animasi yang ditujukan untuk konsumsi anak-anak (segala umur) jauh lebih banyak daripada untuk segmen lain di negara kita, sehingga banyak orangpun beranggapan bahwa setiap film animasi adalah untuk anak-anak

    Reply
  9. Slam kenal juga, Yestha. Benar, tapi ini seperti lingkaran setan. Banyak ditayangkannya animasi anak karena persepsi itu, sementara persepsi (animasi hanya buat anak-anak) itu muncul ya karena banyaknya tayangan animasi anak. Gimana ya caranya memotong benang kusut ini? 🙂

    Reply
  10. salam kenal Zulkifli.

    Aku rasa perlu waktu lama untuk merubah pandangan masyarakat tentang film animasi; mungkin satu generasi lagi , yaitu zaman anak-anak kita. Kalau dari orangtua generasi sekarang rasa sulit, karena anggapan bahwa film animasi hanya untuk anak-anak udah sangat melekat.

    Tapi kalau stasiun-stasiun tv kita punya kesadaran, sebenarnya usaha ke arah itu sudah bisa dimulai; misalnya dengan menayangkan film animasi pada malam hari.

    Reply
  11. salam kenal, Zulkifli. aku rasa perlu waktu lama untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap film animasi. Mungkin satu generasi lagi, yaitu di zaman anak-anak kita. Kalau orangtua generasi sekarang rasanya sulit, karena anggapan bahwa film animasi adalah tontonan anak-anak sudah sangat melekat.
    Tapi kalau stasiun -stasiun tv kita punya kemauan, rasanya usaha ke arah itu udah bisa dilakukan. Misalnya film-film animasi remaja ditayangin pada malam hari, yaitu pada pukul 19.00 sampai 22.00. Sebuah stasiun tv sudah mulai melakukannya.
    Kalau Stasiun tv sudah melakukan hal ini pelan-pelan masyarakat, khususnya orangtua akan sadar bahwa film animasi tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk remaja dan dewasa.

    Reply
  12. yup para orang tua hanya menganggap animasi sebagai tonotnan untuk anak2 saja !!! bila mereka lihat animasi berkata,’oh,film anak2 lgnsng pergi. padahal mereka blum lihat bahwa animasi untuk semua umur!!itu dah jadi stigma yg sulit diubah jadi vigor seh!! harus di lakukan suatu usaha yg keras yah ak berdoa semoga bisa berubah secepatnya!! dari ANIME IS MY SOUL IN MY LIFE

    Reply
  13. beberapa alasan kenapa animasi ga berkembang adalah:

    1. sinetron yg bejibun

    2. orang indo banyak yg belum tahu animasi.. (jakarta dan kota besar hanyalah 10 % dari indonesia.).

    3. animasi dijual murah (tv swasta lebih memilih instant.. cari yg udah jadi..)

    4. buat apa sih animasi? penting ga?

    5. kalo pengen tahu.. animator indonesia banyak yg nerima order dari studio animasi malingsisa.. gara2 ga ada yg mau nerima karya anak bangsa sendiri..

    masih malu? hehehehe.. ga ada dana nih kendalanya.. susahnya cari makan di ladang sendiri.. duh.. cari order aja susah.. dihina lagi..

    jangan disamakan dengan animasi luar donk.. beda levelnya.. mirip ngajak berlari seorang bayi.. kalo mau.. keluar dunk..

    ainaki? minta modalnya buat film animasi dunk.. ainaki ini wadah animasi ato perkumpulan juri2? terus gunanya apa? penting ga sih?

    Reply
  14. go “animasi indonesia” go..
    barang kali ntar ada yang berkarya setingkat FF (final fantasy)
    n misalkan bener bisa maju, jangan sampe ngekor crita barat, bikin yang crita “indonesia banget”!!!!!

    Reply
  15. Untuk membuat film animasi, perlu mental dan kemampuan lebih, baik dari animator maupun pihak produser atao katakanlah pemodal, selain makan waktu lama, juga makan dana yg cukup besar Dan di INDONESIA kedua hal itu BLUM ADA, bahasa sopannya belum sampe disitu laah.
    Selain ceritanya “NYONTEK” karakternya juga”TIRUAN” bahasa sopannya “ADAPTASI”

    Perlu diingat juga Karena membuat film animasi bukan skedar menggerakan karakter, tapi”MENGHIDUPKAN KARAKTER” menjadi sebuah tontonan yg”ENAK DITONTON ” selama kurang lebih 1 jam.

    “SUDAH MAMPUKAH?”
    Selamat mencoba tapi jgn sekedar coba2

    Reply
  16. hohoho…kendala utama memang g py modal,enak kale y klo py duit banyak,moga aja animasi indonesia bentar lagi booming,coz gw ma temen2 gw udah g sabar tinggal nunggu aja ada duit yang di alokasikan ke animasi.

    oya klo mw freelanan ma gw ayo.gw dah pya yeam yg gila animasi,design,bumper,concept n dkk.nyari duit neh hehe….

    Reply
  17. yaa harusnya juga para animator indonesia lebih kreatif dan lebih banyak berusaha
    kalo dipikir pikir sih, emang susah bikin animasi sebagus negara maju, dengan modal ala kadarnya ( bahasa apa itu ) asal kreatif, kita bisa aja, bikin animasi sebagus negara maju
    jangan dpikirin, emang kalo dipikirin terus hambatan hambatanya, bikin pusing
    coba deh tengok anak anak remaja, siapa tau salah satu dari mereka bisa jadi animator terhebat Indonesia ^^

    Reply
  18. setujuu,,
    ayoo bangkitkan animasii indonesia,,
    sbagai juniornah animator,wekekekek ako mao animasi indonesia bs bikinn spongebob dkk nya,,
    smangad!!!!

    Reply
  19. apakah menjadi seorang animator di Indonesia bisa mencukupi hidup sehari-hari saya? saya ingin berkarir di indonesia sebagai animator tapi agak ragu juga?? oleh karena itu saya berpikiran untuk masuk DEPNAKER untuk kerja ke luar..

    Reply
  20. Hallo semuaaaa..Salam manis animasiiii 🙂
    Buat yang tanya SOFTWARE animasi, khusus 2D. ada Flash, ada Anime Studio. Aku biasanya pake Anime Studio. karyanya bisa dilihat di youtube=aeropinkblues.

    Senang nih bisa liat teman2 yang semangat. Berharap teman2 animator tidak malu2 untuk membuat tolak ukur karyanya dengan aktif ajang festival2 nasional maupun dunia. Aku liat kok masih banyak yang sembunyi ya? ga tau kenapa.

    Buat ku animasi bukan maslah cari makan. Tapi lebih pada proses kepedulian menggali sisi-sisi budaya bangsa untuk dikenalkan lebih luas dan demi kemakmuran bersama. Jadi, Jangan takut menjadi animator! masalah rejeki mah ada yang ngatur, amiiinnn..

    Oke, tetap semangat dan berkarya!!!

    SALAM MANIS ANIMASI 🙂

    Reply
  21. Salam kenal, Andika

    Mas Rori, artikelnya bagus, serem juga lihat, popularitas animasi nasional kalah jaoh ma animasi impor, sinetron ato reality show.

    Aryu 2007, Aku dh liat tu, film animasinya keren2, yg 911 tu cerita berseri ato msh skedar trailer?

    All, semangat dan sukses, majukan film animasi nasional.

    Reply
  22. Animasi Indo sekarang ini dah lumayan berkembang untungnya. Dengan adanya IFW, dan jg Lumine studio, animator saat ini sedang ‘on demand’. Tapi tetep sih, semua ordernya datang dari luar. Jarang sekali yang mencoba membuat sebuah project idealis dgn story n concept milik sendiri.
    Serpentwitch´s last blog post ..Animation- the basics

    Reply
  23. @goodboy boleh dong gue ikut, di posisi bekgron artis lebih tertariknya, soalnya liat buatan indo kurang maks. Apa g ada yg difokusin di posisi itu ya. .

    Kalo sopwer, ane pake punya jepun
    mempermudah dlm pembuatan. Namanya retasHD
    reply yg mau 😉

    Reply
  24. Menanggapi komet Calvin michel sidjaja. Salah kalo org Indo belum eksis dalam industri anime jepang. Saya dan teman2 di bali sdh sjk th 1990 hngga skrng mengerjakan proyek2 anime jepang seri maupun bioskop dan di jakarta tgn 1992 hingga 2003 mengerjakan proyek animasi jepang dan eropa….

    Reply
  25. sofware animasi . Retash,animo,ctp, ton boom harmony, dll. @herumi: banyak kok org indo yg membuat background anime seri dan bioskop .temen2 yg di bali sampai skrng msh eksis dan job order rutin dari jepang…dng kategori dan kualitas A atau tinggi..Dan kita mulai dulu darh manual cat dan ketas hngga sekarang pake digital.

    Reply
  26. menurut saya satu2 cara untuk menyadarkan kalangan tua bahwa animasi itu bukan hanya untuk anak adalah dengan menontonkan mereka pilm2 kartun hentai,agar mereka tahu bahwa rasa aman terhadap kartun itu salah,dan agar mereka tahu bahwa kepercayaan mereka telah dikhianati oleh film2 kartun spt sinchan dan doraemon yang jelas2 menampilkan hal2 tidak bermoral secara implisit yang hanya diganti dengan nilai norma menyayangi satu sama lain.Bagaimana dengan akhlak sinchan yang suka menggoda cewek cantik dan berfikiran mesum,bagaimana dengan nobita yang cengeng,malas,dan over terhadap sizuka(pernah mencoba ngintip sizuka mandi.Kita senang dengan kehadiran kartun2 spt itu(bukan bangga),lantas bagaimana dengan kesedihan mereka?Merasa gagal menjaga anaknya,thx,tulisannya bagus mas

    Reply
  27. dibuka pendaftaran film animasi,dokumenter, film pendek pada festival FFI 2013,secara gratis. pendaftaran ditutup tanggal 31 0ktober. download formulir pendaftaran pada alamat facebook ” pendaftaran FFI 2013 ”
    atau kirimkan alamat email mu ke email saya anditajoe79@gmail.com.terimakasih

    Reply
  28. Semoga Film animasidi Indonesi semakin brembang. 2 stasiun TV nasional, tampaknya sudah mulai mendukung keberadaan Animasi Dalam negeri. Semoga ini menjadi titik awal yang sangat baik. Beberapa Film serial animasi Indonesia sudah tayang di TV seperti : Kartun Keluarga Somat, Si Entong, Adit & Sopo Jarwo,…
    Semoga kedepan semakin banyak lagi animasi Indonesia yang tayang di TV nasional dan kualitasnya makin bagus
    film animasi Indonesia´s last blog post ..Battle Of Surabaya – The Movie

    Reply
  29. saya ada banyak cerita daerah /dongeng yg mungkin kalau di angkat menjadi flem animasi munggkin sangat lah bagus, kalau ada yg menampung, kemana saya layangkan email naskahnya

    Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!