Who the Hell is Densus 88

Densus 88 attackLately, Indonesian media have been dominated by the issues of Densus 88. The televisions, radios and newspapers are talking about it. Who the hell is Densus 88, anyway? Well, special Detachment 88 a.k.a. Delta 88 a.k.a. Densus (Detasemen Khusus) 88 is the Indonesian counter-terrorism squad. It is part of the Indonesian National Police. Formed after the 2002 Bali bombing, it was officially announced to public in 2004. In 2005, it shot and killed Dr. Azhari Husin, one of the most dangerous bombers in the world. And now it aims Noordin Mohd Top, Azhari’s student. After the explosion in JW Marriot and Ritz Carlton Hotel, of course it’s a busy time. On the other side, since Densus 88 is funded, equipped, and trained by the United States, it must also prove that Densus 88 is purely fight against terrorism felony, not Islam.

* * *

Berbeda dengan Sat-81/Gultor (Penanggulangan Teror) milik Kopassus yang cenderung misterius, Densus 88 beberapa hari ini seperti tak henti-henti dibicarakan media. Ini terkait dengan investigasi peledakan bom Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton 17 Juli lalu.

Densus 88 AT (Antiteror) merupakan detasemen khusus di bawah Polri yang berfungsi menangani terorisme. Baik berupa ancaman pengeboman, penyanderaan, maupun terorisnya sendiri.

Bagi yang belum tahu, detasemen ialah kesatuan yang lebih kecil dari resimen. Satu detasemen biasanya beranggotakan 280-an orang (untuk Densus 88 sekitar 400 orang). Di bawahnya ada subden atau subdetasemen yang berisi 40-an orang. Sedangkan yang paling kecil, yaitu unit, biasanya terdiri dari 10 personel.

Dibentuk setelah tragedi Bom Bali 2002, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani meresmikan detasemen ini pada 26 Agustus 2004. Sekarang, Densus 88 memiliki empat pilar pendukung operasional setingkat subden, yakni Intelijen, Penindakan, Investigasi dan Perbantuan.

Struktur ini ternyata berkembang. Kalau dulu Densus 88 hanya ada di tingkat Mabes Polri, sekarang sudah “buka cabang” di polda-polda. Dan, namanya “khusus”, persenjataannya tentu canggih, terutama untuk mereka yang bergerak di bawah tanah sebagai tim intelijen atau kontraintelijen.

Ada sokongan materi-nonmateri dari Paman Sam. Makanya, teknik dan taktik Densus 88 mirip sekali dengan FBI HRT (Hostage Rescue Team). Peralatan yang digunakan pun sama dengan pasukan FBI, seperti senapan serbu AR-15 dengan M-68 sight optik dan kolapsible stock (tipe CQB), kevlar helmet, dsb.

Pasca redupnya pamor Amerika Serikat pra Obama di mata dunia, pemerintah Amerika memang mati-matian menggalang dukungan politis dari berbagai negara Asia. Salah satunya dengan meningkatkan kerjasama pembasmian terorisme.

Dari situlah muncul Teori Konspirasi bahwa Densus 88 sengaja diciptakan untuk memerangi Islam, sesuai pesanan Amerika. Contoh teraktual mengemuka sekitar pekan lalu.

Tiba-tiba saja ditemukan bom dalam tong yang tertanam di rumah Baridin, (yang katanya) mertua Noordin Mohd Top. Andaikan Baridin alias Bahrudin Latif memang ada sangkut pautnya, kok berani dia ambil risiko menanam bom aktif di halaman belakang rumah keluarganya sendiri? Panas sedikit, ada masalah sedikit, apa tidak meledak di situ?

Dan ada pula beberapa kontroversi lain sebelum-sebelumnya. Namun saya berprasangka positif saja pada Densus 88. Semoga Noordin segera mereka tangkap. Bagaimanapun, tim ini sukses membuat keder para teroris setelah Dr. Azhari Husin, gembong teroris paling dicari saat itu yang sekaligus “guru” Noordin, ditembak mati pada sebuah operasi tahun 2005.

Sebenarnya di tahun 2006, Densus 88 juga nyaris meringkus Noordin dalam penggerebekan di Dusun Binangun, Wonosobo, Jawa Tengah. Sayang, Noordin dapat meloloskan diri, sesudah terlibat aksi tembak-menembak. Sebelum menyergap, tim menyamar sebagai kernet dan supir di pool PO Damri yang letaknya dekat dengan rumah target.

Memang, anggota Densus 88 memiliki banyak identitas palsu. Dalam setiap penugasan, anggota unit intelijen bisa menjadi apa saja: penjual air, tukang sampah, penarik ojek, dsb. Secara perawakan, anggota Subdenintel Densus 88 memang jauh dari kesan polisi. Jadi tidak mencurigakan. Gaya berpakaiannya pun bukan ala reserse.

Mereka diberi kebebasan untuk tidak apel rutin sebagaimana polisi lainnya. Tapi ponsel harus selalu menyala 24 jam. Seorang perwira Densus 88 bahkan harus siap berangkat ke semua tempat di dunia kapan saja bila dibutuhkan.

Lantaran sifat tugasnya yang serba tak pasti inilah, anggota Densus 88 sering punya masalah internal rumah tangga atau dengan pacar. Orang-orang menjuluki polisi jenis ini sebagai “Burung Hantu Yang Tak Pernah Tidur”. [photo from Polri.go.id]

BAGIKAN HALAMAN INI DI

29 thoughts on “Who the Hell is Densus 88”

  1. Burung hantu tidurnya kapan sih? Aku belum pernah lihat burung hantu, kecuali di teve-teve. Terus, yang aku lihat di teve itu, burung hantu matanya melotot, bulet. Aku juga belum pernah lihat densus 88 kecuali di teve-teve. Jadi, aku mau nanya, anggota densus 88 matanya kayak burung hantu nggak? Ini serius lho! Jadi kamu musti jawab.

    Reply
  2. Kacamatanya yg bulet, kali, Rie. Hehehe. Aku pernah lihat hewan ini. Pertama, pas di bonbin. Kedua, burung hantu liar, pas aku badminton di rumah temenku. Eksotik. Matanya yg bulat rada mengilat. Tp tubuhnya bertengger tenang kyk patung. Sikap tubuh gitu, ditambah lehernya yg dpt noleh 360 derajat dan suara “Huu.. huuu” yg pendek2 itu, emang mengingatkan kita pd hantu.

    Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, tidur di siang hari. Tp ada jg spesies yg berburunya pas subuh, sore, bahkan siang. Jd, ini dianggap pas menggambarkan Densus 88 yg terus dituntut “melotot” sepanjang hari.

    Reply
  3. dari latar belakang densus 88, kayaknya keren klo dibikin crita fiksinya…
    konflik antara teroris ma kontrofersi islamnya bisa greget tuh…

    kan di indonesia jarang film yang bergenre kayak gini…

    Reply
  4. Sebenarnya udah ada beberapa, Riez, meski aku sama sekali blm nonton/baca. Koreksi kalau aku salah, tp salah satunya kyknya berjudul Road to Heaven (dibintangi Surya Saputra).

    Bikin cerita kyk gini keren sih. Tp capek risetnya. Berapa orang hrs diwawancarai. Brp buku ttg JI hrs dibaca. Ttg jaringan Densus 88. Filosofi para martir (“pengantin”) jg hrs diresapi biar karya kita terlihat natural dari sudut pandang teroris.

    Pasti semua itu melelahkan. Tp aku yakin bikin cerita bertema ini bukanlah mustahil, termasuk bg kita2 yg penulis pemula ini.

    Nanti deh aku bikin ceritanya. Tp nunggu Noordin ketangkep dulu. Takutnya Wufi dibom jg nih, hehehe.

    Reply
  5. konon ada yang bilang, ada skenario besar di balik teror bom yang selama ini meruyak di indonesia, mas brahm, saya tak tahu persis apakah densus 88 juga memiliki dugaan semacam itu. yang pasti, orang semacam Noordin M Top akan sulit ditangkap karena dia selalu bersembunyi di balik nama besar big boss-nya, si amrik itu, yang selalu gambar-gembor memusuhi terorisme. doh!

    Reply
  6. Trims sudah mampir, Pak Sawali. Wah, kalau memang begitu, tambah sulit aja dong nangkep Pakcik Noordin ini. Tp bagaimanapun, dg doa sebagian besar rakyat Indonesia, dan tekad Kapolri yg sebentar lg berencana besar2an nguber Noordin, semoga cepet tertangkap si jagoan “cuci otak” itu. Amien!

    Reply
  7. oh iya.. klo ga salah judulnya long road to heaven ya?
    blum nnton sih, tapi kayaknya critanya lebih berat ke terorisnya…

    waduh serem amat, klo tau kayak gitu jangan bikin lagi deh…
    bener juga bikin yang kayak gitu kdu teliti…
    saya ja masih pusing klo bikin fiksi nentuin profesi si tokoh.. masalahnya jarang riset sih

    Reply
  8. Riset itu nggak hrs memusingkan kok. Googling aja termasuk metode riset (yg paling gampang). Tp emang hrs teliti. Soalnya kalau nggak gitu bakal jd bumerang: malu2in penulisnya.

    Sekarang aku lg bayangin riset2 ceritanya Dan Brown. Pasti melelahkan sekali ….

    Reply
  9. bener juga sih.. dawn brown itu??
    lupa, davinci code bukan?

    eh ada brita terbaru kan tntang teroris.
    katanya mereka menyatakan diri lewat blog di blogger.com

    brani banget ya… coba cek deh

    Reply
  10. Kalau Dawn Brown nggak tau, hahaha. Tp kalau Dan Brown iya, Da Vinci Code. Karya2 lengkapnya dibahas di sini.

    Iya, aku barusan baca di Kompas. Tp setelah kubaca2 blognya langsung, kayaknya yg bikin bukan dia deh. Bhs Indonesianya lancar gitu. Lagian, masa’ publikasi lewat blog gratisan? Teroris kan jg pengin tampil keren, harusnya minimal lewat video.

    Dugaanku, itu cuma simpatisan doang. Orang yg coba memancing di air keruh. Atau mungkin jg orang itu cuma pengin blognya terkenal (krn kontroversial), terus trafiknya dibuat bisnis internet.

    Allahu’alam ^_^.

    Reply
  11. Bener kata pOe. Kayaknya ogah deh punya pacar dr kalangan intel kayak gitu. Nggak gue banget!

    Blog ttg Noordin itu kayaknya emang nggak bener. Tp gila juga ya yg punya blog itu! Ngapain coba nyari sensasi pake nama teroris?

    Kalo terorisme, pemboman, intel dibikin film, pasti seru! Tp perasaan, Long Road to Heaven nggak ngebooming deh. Eh, bener, nggak?

    Reply
  12. LRtH rasanya emang nggak booming, Rie. Nggak tahu kenapa. Soalnya aku sendiri blm nonton.

    Banyak lah yg cari2 sensasi gitu memanfaatkan ketakutan publik thd terorisme. Baru2 ini ada mahasiswa (yg mestinya cerdas) mengirimkan SMS kaleng yg memberi tahu kalau di kampusnya ada bom. Gegerlah tempat itu. Puaslah dia. Tp setelah itu, dia ditangkap polisi. Syukurin.

    Reply
  13. bner ga booming, padahal saya juga pernah punya niat nnton, tapi akhrnya ga jadi…

    klo mnrut saya sih. rang kayak gitu gak bisa nempatin iseng

    saya juga iseng sih…
    hehehe

    moga negara kita cepet damai lagi

    Reply
  14. postingane apik..bahane dari mana brur..btw ada kok novel indonesia yang bahas tentang teror, pembunuhan, dan skenario besar..judulnya Rahasia Meede…ada gambaran ttg semacam “densus 88”..skenario2 rumit dan target utama justru merupakan rangkaian kecil..seperti bermain catur yg pake strategi..pion tak slalu pion dan raja tak selalu berkuasa…jadi lakukan dengan alasan dan kemantapan
    .-= kian´s last blog ..ini, keranjingan lomo =-.

    Reply
  15. Trims, Kian. Bahannya ya dari mana2: Kompas, Jawapos, Detik, Wikipedia, dan opini pribadi. Rahasia Meede, ya, itu karya Uda Ito kan? Salah satu dari sedikit penulis Indonesia yg konsisten di jalur thriller-sejarah.

    Reply
  16. iya nih
    kapan mau bikin fiksi tentang terorisnya?
    hehe

    menurut mas brahm, itu beneran nurdin bukan?

    ko sampe bisa ketauan ya?

    Reply
  17. Wakakakak, kemakan omongan sendiri nih. Aku dan mulut besarku 🙁

    Aku pasti bikin itu, Bob. Cuma nanti. Sekarang kan blm pasti itu Noordin. Lagipula Ibrohim blm ketangkep. Siapa tahu sebenarnya Ibrohim ini ternyata ahli merakit bom, murid langsung dari Azhari. Hehehe, ngeles ae.

    Tp aku iseng2 coba memetakan jaringan Al Qaidah cabang Asia Tenggara. Yah, siapa tahu ada angle utk dibikin ceritanya. Pertanyaannya, apa Noordin yg tertinggi di wilayah ini? Apa ada kader berkarakter mastermind lain? Ini yg msh perlu kita tunggu sama2.

    Kok bisa ketahuan, Riez? Kayaknya pertamanya dari orang2 terdekat yg ditangkepi satu2, sebagian ditembak mati. Dari keterangan2 kaki-tangan itu trs dikembangkan Densus. Nggak tahu, di sisi lain, Noordin kok ya sukanya berputar2 di Jateng?

    Eh, tp itu Noordin atau bukan msh tanda tanya. Waktu dikepung sempat teriak, “Saya Noordin M. Top!” Bg sebagian orang, ini konyol. Shg mrk menyimpulkan ini Noordin-Noordinan, pasti. Tp aku nggak setuju. Semua kemungkinan kan bisa terjadi. Pas Saddam Hussein disergap aja, seingatku dia (dg jenggot yg tebal menutupi wajah) langsung bilang ke tentara, “Saya Saddam Hussein, presiden Irak. Saya siap bernegosiasi.” Semua mungkin sj. Siapa tahu saat itu Noordin ciut nyali, atau lg nggak bawa bom, lalu benar2 ingin nego.

    Ah, kita tunggu aja hsl tes DNA-nya.

    Reply
  18. waaaah bener2 kayak film.

    tapi tadi baru liat brita kayaknya tu bukan nurdin…
    mengerikan…
    keren lah

    ditunggu cerpennya ya

    Reply
  19. Some people said, “oh, it was Noord Din, orang Malay. No wonder! The Malaysian is always like that, screw up Indonesia!”

    This, I say, is so tendentious. We Malaysian don’t like Noor Din either. That’s why we chased him away!

    Reply
  20. Yes, Razak, I think that opinion prevails here. But I myself never had such opinion. As I know, it’s Hambali (Indonesian citizen) who “brainwashed” Dr. Azhari, Noordin’s teacher, at first. So, who screwed up who? Terrorism, IMO, is not about country. But sort of cross country, regional, even international simultaneous ideology. So lets fight them internationally and simultaneously too.

    Reply
  21. Ohm Brahm…maafkan hamba baru lapor kesini lagi (menjura)…2 bulan ini saya pindahan dari Pati ke Purwokerto.
    Di daerah baru dan pengangguran, jadi sibuk jual-jual diri jadi baru sempet jalan-jalan blog (tapi masih selalu sempet posting blog)

    Terima kasih “Viper” sudah dimuat (menjura).

    Soal Densus…dulu pernah minta sticker, malah dikasihnya kaos Densus 88 yang gambar logo burung hantu besar sangad…jadi bingung, kapan waktu makeknya ya 😀

    eh iya…di pradna cahbagus ada cerita bersambung lho…fufufu (jumawa)
    .-= Pradnasatunya´s last blog ..Jalan Keluar : Cerita Irawan =-.

    Reply
  22. Wah, edan, pindah2 lokasi. Mencari potensi pasar yg lbh menggiurkan ya, Bos? Kaos Densusnya pakai aja di kantong2 teroris terdekat di tempatmu sekarang, Prad. Yg ngelirik sinis ke kamu berarti dia sel teroris.

    Btw, selamat ya! Punya blog dg domain sendiri. Lbh enak kan? Lbh lapang buat eksperimen kan? Hehehe. Btw lg, aku suka cerita plesetan-komikalmu di blog itu.

    Reply
  23. bos, boleh tanya? anggota densus itu berasal dari kesatuan apa?
    kok rambutnya gondrong2 itu, !!

    @all: bagi siapa saja yg tau atau kenal dengan anggota 88, tolong minta profil mereka, ada ucapan selamat yg special dr saya 😀

    Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!