Apa Itu Dejalu dalam Fiksi?

Sudah tahu dejavu, kan? Nah, sekarang mari bahas dejalu dalam fiksi

Sama seperti dejavu (déjà vu yang berarti harfiah “sudah lihat”), dejalu (déjà lu yang berarti harfiah “sudah baca”) juga kosakata Prancis. Dejalu adalah suatu alur atau ide cerita yang sudah pernah dibaca, bahkan berkali-kali alias klise, sehingga Anda sebagai pembaca mudah menebak arahnya.

Entah Anda benar-benar sudah baca cerita semacam itu atau ada anomali di memori otak yang menyebabkan seolah-olah sudah membacanya. Berikut ini beberapa contoh dejalu:

  • Orientasi seksual yang mengecoh. Dua perempuan berteman baik. Seorang pria kemudian jatuh cinta pada salah seorang dari mereka. Masalahnya, teman baik perempuan tersebut tidak setuju. Seakan-akan ada kecemburuan. Ya, ia memang cemburu. Namun, bukan kepada si pria. Di akhir cerita dibeberkan kalau ia lesbian.
  • Tokoh kreatif yang sedang buntu. Misalnya, seorang penulis yang mengalami writer’s block, pematung yang gagal memahat masterpiece, atau pelukis yang dikritik habis-habisan oleh kritikus yang tidak bisa melihat sisi brilian dari lukisannya.
  • Keunikan terjadi, tetapi berakhir dengan “ci luk ba”. Di akhir cerita, ternyata semua itu hanya mimpi, permainan virtual, tokoh utamanya gila, atau sedang menulis fiksi (dan adegan itu merupakan bagian dari fiksi tulisannya itu).
  • Orang modern mengikuti nasihat klenik ala orang pedalaman.
  • Keganjilan terus terjadi sampai separuh cerita, tanpa penjelasan. Tokoh utama dikelilingi orang-orang yang mengerti permasalahannya, tetapi mereka menolak menjelaskan.
  • Dan lain-lain.

Dengan mengetahui dejalu, Anda akan terhindar dari menulis kisah-kisah klise dengan cara yang (juga) klise. Namun, ada tidak enaknya juga mengetahui dejalu. Makin panjang daftar dejalu di benak Anda, makin sulit pula Anda mengarang cerita baru. Paham maksudnya, bukan?

Nah, omong-omong, apa saja dejalu Anda?

BAGIKAN HALAMAN INI DI

28 thoughts on “Apa Itu Dejalu dalam Fiksi?”

  1. apa ya?
    seringnya klo liat sinetron.
    klo baca kayaknya jarang
    klo sinetron gini :
    1. hilang ingatan
    2. ngejer warisan
    3. si kaya dan si miskin jadi suami istri
    4. antagonisnya bener2 kliatan

    Reply
  2. A protagonist takes revenge for the wrongs done. He’s put through heavy-handed humiliation after humiliation. Yet he swallows it all quietly. But finally, he’s triggered and murders someone.

    Reply
  3. He-eh, knp kamu jd balas nanya? Tp kupikir kamu punya bakat jd filsuf. Filsuf kan ngejawab pertanyaan dgn pertanyaan lagi hehehe (btw yg bener filsuf apa filosof sih?).

    Menurut Dea, mungkin krn anak2 selalu excited sama sst yg baru. Bisa jadi sih. Aku juga lg mikir2, apa aku musti masukin plot kayak gitu ke naskahku.
    .-= rie´s last blog ..What is Your Deja Lu in Fiction? =-.

    Reply
  4. Filsuf? Filosof? Au’ ah, gelap. Tp yg jelas, orang2 kayak Socrates emang kerjaannya bertanya mulu.

    Eh, perasaan, nggak cuma anak2 yg excited ama sesuatu yg baru deh. Orang dewasa jg kan. Terserah sih, mau dipakai jg bisa. Deja lu emang boleh diterabas. Asal pede dan yakin plotnya kreatif, nggak mengulang2 alias klise.

    Reply
  5. iya ya…
    moga ga deh
    waktu saya baca maryamah karpov tuh akhirnya bener2 diluar dugaan… bertentangan banget
    tapi bikin pembaca gmn gitu

    Reply
  6. Aku belum baca Maryamah, Riez. Dan kayaknya nggak ada rencana baca itu dlm waktu dekat ini. Jd ceritain dong, “bertentangan banget” gimana maksudmu? “Bikin pembaca gmn” gimana?

    Romase, I just remember, I watched a movie, I think that’s adaptation from Stephen King’s novel. It’s about someone who had been bullied by his friend in the childhood. The guy grew up, make a happy family. And suddenly, the bully come up again in his life. It’s good movie. And the plot follows your pattern.

    Yes, it’s not only the superhero movie (DareDevil, Spider-man) or classical kungfu movie that use it. I agree. It’s a common deja lu.

    Reply
  7. misalkan ada orang yang taat banget ma pendiriannya nah di akhir crita bener2 nentang pendiriannya demi pendiriannya yang lain…

    Reply
  8. iya sih
    emang pemaparan bahasanya hampir sama kaya novel sebelumnya!
    tanggung ga diselesein tuh!

    mas brahm dah saya add.
    mba rie dah saya konfirm!

    klo da ide sharing ya…
    saya aktifnya di FB sih

    Reply
  9. kalo jawab deja gue, mesti ndak boleh

    yang paling sering aku temukan deja lu tu di karya2 Jepang. Beberapa kali baca komik Jepang, terutama yang Samurai, beberapa kali pula ada kemiripan trik atau plot cerita yang sama dengan “Mushashi” dan “Taiko” karya Yoshikawa Eiji.
    .-= Pradna´s last blog ..Obrolan Sore 08 : Dum! =-.

    Reply
  10. Deja lu, Prad! Bukan deja loe! Hehehe ….

    Hm, sepertinya nggak cuma komiknya. Baru aku baca koran hari ini, sekarang orang2 Jepang pada gandrung drama Amerika: 24, Heroes, Prison Break, dll. Kenapa? Di media, mereka secara eksplisit mengatakan alur2 dorama mudah ketebak dan monoton.

    Benarkah? Aku sendiri nggak ngikuti drama Jepang, jd aku nggak bisa menyimpulkan apa2. Tp kalau benar, berarti virus deja lu yang mewabah di sinetron kita udah nular ke dorama Jepang dong.

    Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!