Tahukah Anda, mulanya, Warung Fiksi (Wufi) hanyalah gerakan menulis bersama yang berangkat dari keprihatinan terhadap miskinnya perbendaharaan tema karya fiksi di Indonesia. Sulit dimungkiri, novel, film, dan sinetron Indonesia didominasi oleh tema yang itu-itu saja. Sampai sekarang pun rasanya masih seperti itu.
Kegundahan tersebut coba kami tuangkan dalam sebuah tulisan singkat. Harian SURYA memuatnya pada 30 Maret 2007. Tulisan itu akhirnya kami jadikan konten pertama di blog baru kami, tepatnya pada 19 Mei 2007, yang isinya bisa dibaca di sini. Itulah titik awal dari inisiatif kami menjadikan blog sebagai sarana “perjuangan”.
Latar Belakang Warung Fiksi: Blog
Awal dari semua ini memang sesederhana itu: kekecewaan orang-orang Warung Fiksi terhadap kejumudan fiksi di negeri yang sebenarnya kaya cerita ini. Namun, kami tidak mau terjebak hanya sebagai pengkritik keadaan. Kami saat itu berusaha turut aktif memasok cerita-cerita yang segar sebagai alternatif, walaupun hanya melalui blog.
Itulah mengapa blog pertama Warung Fiksi sesak oleh tulisan-tulisan fiksi maupun ulasan mengenai karya fiksi yang kami anggap berkualitas. Penulisnya bergantian: Brahmanto Anindito, Mochammad Asrori, dan Ihsan Maulana. Kemudian, datanglah penjaga warung yang baru: Rie Yanti. Semua adalah teman dan penulis yang kebetulan sevisi.
Pengunjung blog gratisan tersebut semakin lama semakin banyak. Hingga suatu hari, seseorang berinisial AA membajak nama Warung Fiksi. Tanpa sungkan, dia membeli domain WarungFiksi.com pada 3 Maret 2008, dan mengembangkan brand Warung Fiksi sendiri.
Orang atau anak itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami. Tidak seorang pun dari keempat penjaga warung yang mengenalnya.
Sebenarnya, kami tidak terlalu menanggapi Warung Fiksi bajakan ini. Sebab, memang tak ada yang perlu dikhawatirkan. Terlihat sekali perbedaan antara konten di blog WarungFiksi.wordpress.com (asli) dan di WarungFiksi.com (abal-abal). Namun, gerah juga melihat penyerobot itu semakin tidak tahu diri menghimpun massa dengan mengatasnamakan Warung Fiksi.
19 Mei
Maka, pada 19 Mei 2008 (yang akhirnya ditetapkan sebagai hari berdirinya Warung Fiksi), Brahmanto selaku pemilik brand Warung Fiksi memutuskan untuk mendaftarkan merek ini ke Direktorat HKI.
Dia juga membeli “tempat tinggal” sendiri, bukan lagi blog yang menumpang di WordPress.com. Lantaran WarungFiksi.com sudah diambil, maka domain yang dipilih adalah WarungFiksi.net atau disingkat Wufinet.
Topik konten pun meluas. Tidak sebatas dunia fiksi, melainkan juga seputar Indonesia: nature, creature, dan culture. Perubahan ini bukan tanpa alasan. Sejak awal, Warung Fiksi ingin memperlihatkan bahwa Indonesia sangat kaya akan budaya, makhluk-makhluk eksotik, dan anek ragam tipe alam. Mengapa kekayaan ini tidak dijadikan latar cerita fiksi? Mengapa banyak penulis Indonesia justru bangga mengarang cerita berlatar luar negeri?
Sekali lagi, Warung Fiksi tidak hanya beretorika. Karya-karya para penjaganya, baik cerpen maupun novel, pun terbukti selalu mengangkat latar tempat dan budaya nusantara.
Mulai Membuka Jasa Profesional
Konsep Warung Fiksi terus berkembang, hingga akhirnya juga menyediakan layanan penulisan (copywriting, ghostwriting, dan scriptwriting). Keputusan ini juga bukan tanpa alasan.
Kami tengarai, di luar sana, banyak orang yang ingin sekali mempunyai karya, tetapi tidak memiliki waktu atau kemampuan untuk mengerjakannya dari nol. Kepada mereka, Warung Fiksi mencoba mengulurkan tangan. Selain bantuan teknis kepenulisan, kami juga hadir untuk mematangkan ide klien (brainstorming) dan memberi saran-saran terkait pemasarannya. Tentu saja, jasa tersebut tidak gratis.
Saat ini, Warung Fiksi telah meluaskan layanan profesionalnya dengan jasa retouch (pengoreksian, penyuntingan, dan penulisan ulang) naskah, penerjemahan, pengisian suara, interpreting (untuk kepentingan MICE atau wisata), pembuatan situs web yang lengkap dengan konten-kontennya, dan penerbitan e-book.
Words First, then…
Mengikuti perkembangan di lapangan, selama 2008 sampai hari ini, Warung Fiksi sudah beberapa kali berganti slogan:
- 2008-2009: Berkarya atau mati
- 2009-2014: Your writing solution
- 2014-2016: Ghostwriting, copywriting, and scriptwriting about nature, culture and creature of Indonesia
- 2016-sekarang: Words first, then whatever you can imagine
Ketika tulisan ini dibuat, Warung Fiksi telah melayani 371 proyek penulisan. Tidak terlalu banyak, memang. Karena kami, tanpa bermaksud menepuk dada, sebenarnya juga “menyeleksi” klien, baik berdasarkan nilai (ideologi) maupun tantangan.
Tidak semua proyek kami terima. Namun, sekali menerima proyek itu, Warung Fiksi akan memperlakukannya secara personal, bukan lagi industrial, sampai nanti kami menyerahkan hasilnya kepada klien.
Warung Fiksi selalu memosisikan diri seperti butik di dunia fesyen, bukan garmen pabrikan. Butik tidak pernah memproduksi pakaian secara besar-besaran, karena selalu memperhatikan kebutuhan unik setiap pemesannya.
Persis seperti itulah komitmen Warung Fiksi hingga hari ini, dan juga nanti.