Sebelum Menekuni Jalur Film

Bagi sebagian orang, terjun ke dunia film berarti prestise. Padahal, siapa saja sebenarnya bisa berkecimpung di sini. Sekolah khusus film tidaklah wajib. Namun, sebelum Anda mengambil keputusan menekuninya, ada baiknya mengetahui gambaran singkat beberapa posisi kunci di bidang film, plus kiat-kiatnya. Inilah rangkuman wawancara tim Warung Fiksi terhadap para praktisi: Teddy Chandra (Bandung), Juslifar Muhammad Junus (Jakarta), juga Sony Set (Jogjakarta).

Produser: Sang Pemilik/Pengelola Modal

Bisa dibilang, produser adalah penguasa film secara de facto. Dialah yang punya uang dalam sebuah produksi film. Tugasnya mengatur karyawan, keuangan, menyeleksi pemain, bahkan kalau perlu mengendalikan isi film.

Kelihatan seperti pekerjaan ringan yang diimpikan setiap orang berduit? Mungkin. Namun, persoalannya tidak sesederhana itu bagi Teddy Chandra, produser Film Televisi (FTV) seperti Cinta, Dua Hati, dan sebagainya.

Sebagai produser, “Yang pertama kita musti punya passion. Selain itu, harus ada relasi untuk mencari sponsor serta PH. Dan jangan lupa, kepedulian terhadap generasi muda juga penting,” bebernya dalam logat Sunda.

Mengapa generasi muda? Karena merekalah pasar terbesar bisnis perfilman, khususnya di Indonesia. Tren ada pada anak muda, jadi kejarlah ke sana kalau ingin dapur tetap mengepul.

“Tiap episode FTV yang saya garap butuh modal 125-150 juta,” ungkap pria yang film-filmnya dibintangi Ferry Irawan, Hengky Tornando, Eksanti, dan Lyra Virna ini. “Kalau baru mulai, ya, belum menghasilkan apa-apa. Justru produser yang harus nomboki bayaran artis, karyawan, uang makan, peralatan, dan lain-lain. Setelah kita tanda tangan kontrak dengan stasiun televisi, baru dapat keuntungan. Dari situ, sebanyak 10-20% masuk ke saku produser. Tapi kalau ngomong bioskop, tentu saja hitungannya berbeda lagi. Modalnya lebih besar, sekitar dua miliar. Keuntungan produser pun lebih gede, yaitu 30-40%.”

Namun, seorang produser terkadang dituntut untuk keluar dari tren. Maka ia harus memiliki kemampuan memprediksi. Ada banyak metodologi untuk meramalkan tren. Yang paling praktis adalah lewat rating. Bisa juga dengan banyak membaca, berimajinasi sendiri, atau mengintip tren di TV-TV luar.

Atau melihat momen, seperti yang sering dilakukan Teddy. Secara sederhana, “Misalnya momen Agustusan mengangkat tema perjuangan, Ramadan tema religius, dan seterusnya,” terang pria yang juga aktif di bidang periklanan ini.

Kendati karya-karya Teddy bertema percintaan, yang artinya juga mengikuti mainstream, laki-laki berusia 54 tahun penghobi olahraga ini toh prihatin dengan kondisi saat ini.

“Film-film yang ada sekarang kurang mendidik. Anak SLTP sudah mempraktikkan gaya hidup bebas, klenik-klenikan, dan lain-lain. Sehingga untuk menciptakan iklim yang lebih variatif dalam perfilman kita susah juga. Masyarakat Indonesia masih suka menonton hal-hal yang berbau mistik. Sementara bujet produksi film laga, thriller, atau petualangan jauh lebih mahal ketimbang yang sekadar drama atau horor,” keluhnya.

Ternyata, produser bukan kasta tertinggi dalam bisnis film. Ia tetap tak berkutik menghadapi selera (monoton) yang mulia penonton.

Sutradara: Perlu Belajar 700 Hal

Semua film butuh penyutradaraan, termasuk film animasi. Sutradara sendiri bukanlah posisi yang tanpa akar sejarah. Ada urutan profesi yang harus dilalui terlebih dulu. Mungkin awalnya ia sebagai pencatat skrip, penata artistik, penulis skenario, asisten sutradara, dll. Sebagaimana Juslifar Muhammad Junus yang mengawali karir sutradaranya dari penulis skenario teater.

“Tapi ada yang aneh binti lucu di pemahaman pekerja teater dan film,” komentar Ujang, sapaan pria ini, “bahwa menjadi sutradara adalah prestasi puncak. Lucu dan aneh karena tak seorang pun sutradara di dunia teater, film maupun sinetron yang popularitasnya menyamai, apalagi melampaui, aktor-aktrisnya. Padahal, menjadi aktor atau penata lampu misalnya, hanya wajib mendalami tujuh hal, sementara menjadi sutradara mungkin harus mendalami 700 hal.”

Lalu, berapa besar nilai pasaran seorang sutradara?

Berdasarkan pengalaman Ujang, rata-rata sutradara sinetron per episode dibayar 5-7 juta, jika bujet produksi 100 juta. Sutradara senior bisa meraup setidaknya 10 juta per episodenya. Sedangkan sutradara layar perak biasanya 40 juta atau lebih. Semua tergantung pula kesepakatan dengan pihak produser atau PH.

Angka yang cukup menggiurkan, bukan? Namun, dalam satu produksi dengan jumlah kru puluhan atau ratusan, yang jadi sutradara lazimnya hanya satu orang. Jadi peluangnya mungkin 1 banding 100, atau bahkan lebih kecil dari itu.

Membaca fakta tersebut, Ujang tampaknya tak gentar. Menurutnya perkembangan stasiun TV amat pesat. Indonesia kini memiliki hampir 100 stasiun TV, baik lokal maupun nasional. Di Surabaya saja terdapat lebih dari enam stasiun TV lokal. Bahkan beberapa stasiun TV sudah berafiliasi dengan jaringan TV International.

Pria berbadan subur ini menambahkan, “Intinya, peluang di dunia broadcast masih sangat lebar. Soal persaingan antar sutradara itu biasa, karena sifatnya lebih ke creative treatment, bukan gede-gedean uang pelicin. Rata-rata sutradara sinetron kita economical grade-nya rendah karena penghargaan finansial dari stasiun TV juga masih relatif murah, jadi nggak mungkin dong sutradara nyogok sana-sini supaya laku. Ujung-ujungnya semua bergantung pada stamina kreatif dan ketangguhan dedikasi sutradara tersebut,” tutur laki-laki yang bekerja tetap (in house) di Footages Films dan bekerja freelance di banyak PH ini.

Penulis Skenario: Semua Film Berawal dari Sini

Film adalah industri. Konsekuensinya, penulis naskah film, tidak bisa seleluasa penulis novel atau komik. Begitu masuk dalam sebuah lingkungan industri, penulis dituntut untuk mematuhi jadwal dan perjanjian-perjanjian yang dibuat untuk mengikat kerjasama antara penulis dan PH.

Di sini penulis tidak dapat bertindak layaknya seorang penyair yang menggubah puisi tanpa sudi direvisi siapapun. Karena dia berhadapan dengan berbagai kondisi. “Setiap dialog, cerita, maupun tokoh dalam film menghadapi jutaan pemirsa, badan sensor, serta lembaga pemantau pertelevisian,” jelas Sony Adi Setyawan, penulis skenario profesional.

“Sampai sekarang, TV-TV nasional selalu mencari penulis skenario cerdas untuk bergabung dengan mereka. Kompetisi memang semakin ketat, tapi tayangan drama juga diproduksi semakin banyak, 5.000-10.000 episode per tahun. Selain itu honornya juga lumayan,” iming-iming lelaki bernama beken Sony Set ini.

Menurut hitung-hitungan Sony, jika kita bicara satu episode sinetron berbujet 100 juta, seorang penulis pemula akan mendapat sekitar dua juta. Kalau dia pro, perolehannya bisa di atas empat juta untuk durasi satu jam.

“Malahan penghasilan penulis film bioskop minimal 25 juta per skenario, karena lebih susah dan lama penulisannya,” lanjut pencetus gerakan Jangan Bugil di Depan Kamera ini.

Itu di Indonesia. Padahal peluang bisa datang dari mana-mana. Kepada saya, sarjana Manajemen UNS ini mengaku pernah ditawari menulis di Malaysia. Namun tawaran tersebut ditolaknya, karena yang ditawarkan adalah kontrak eksklusif yang mewajibkan Sony tinggal terus-menerus di Malaysia selama beberapa tahun.

Masalahnya, laki-laki yang juga aktif menulis buku-buku nonfiksi ini terlanjur memilih jalur freelance. Dia merasa nyaman tanpa ikatan, sehingga bisa nyambi di mana-mana. Di samping itu, “Kalau dikontrak eksklusif kadang cuma bisa membebek perintah produser, mau nggak mau harus taat rating, dan selalu mengikuti selera pasar. Freelancer, kan, lebih bebas untuk menentukan lanjut atau tidak, sesuai nurani kita. Tapi nggak enaknya, kadang order nggak datang-datang,” tuturnya sembari tersenyum.

Bagaimanapun, Sony titip pesan pada penulis skenario pemula atau calon penulis skenario untuk selalu sabar dan tabah. Teruslah menulis walau belum dapat order, katanya.

Selain itu, menurut penggemar basket ini, penulis pemula harus mempunyai keterampilan merancang ide dan program. Jadi, dua talenta dituntut di sini: Penulis sekaligus perancang program. “Kalau idenya oke, siap-siap saja untuk sukses,” pungkas pria kelahiran Jakarta 36 tahun silam ini.

  • Contributor: Lies Nanci & Iksan

BAGIKAN HALAMAN INI DI

106 thoughts on “Sebelum Menekuni Jalur Film”

  1. mas salam kenal.
    saya punya skenario ceritanya bagus alias bisa bersaing dengan cerita dari para penulis/sutradara yang sudah terkenal.
    kalau mas punya kenalan orang ph/ sutradara/ produser aku boleh gak minta alamat atau no hp-nya.

    tolong dibalas yah.

    Reply
  2. Kenalanku ya orang yg kuceritakan di atas. Dan aku nggak bisa kasih nomernya, sori. Kalau orang yg punya PH independen ada. Dia cari skenario2 yg unik, idealis, tp masih bisa dijual (minimal di pertunjukan2 budaya). Lokasinya di Jogja. Mau?

    Reply
  3. Salam kenal, Mas Dito.
    Saya sangat-sangat berterima kasih atas infonya tentang penulisan skenario dan seterusnya. Khusus tentang Mas Sony Set itu, tolong saya dikasih alamat (rumah atau email, boleh) dan nomor HP aktifnya. Saya sebagai penulis ingin berkenalan dengan beliau. Trims Mas Dito.

    Suwito
    blogpenulistenan.blogspot.com

    Reply
  4. Saya melihat sinetron maupun film-film di tv pada saat ini yang menceritakan sesuatu yang berkaitan dengan masalah hukum, selalu salah menyampaikannya kepada penonton/pemirsa karena mencontoh film barat yang mempergunakan sistem hukum yang berlainan dengan yang berlaku di Indonesia. Contoh yang sering kita lihat adalah tentang kasus perceraian dimana seakan-akan apabila salah satu pihak (pihak isteri atau pihak suami)menolak untuk bercerai atau menandatangani surat cerai, maka perceraian tidak akan dapat dilaksanakan, padahal sebenarnya, hukum yang berlaku di Indonesia tidak seperti yang digambarkan/diceritakan, sehingga pemirsa atau penonton diberikan gambaran yang keliru tentang hal itu. Demikian juga kasus-kasus lain yang berkaitan dengan kasus hukum seperti kasus pemukulan/penganiayaan, pembunuhan dll. juga sering keliru disampaikan melalui sinetron atau film di tv nasional. Saya sebagai seorang yang benar-benar mengerti hukum ingin menulis cerita tentang beraneka ragam masalah hukum atau cerita tentang kasus hukum di Indonesia dan liku-likunya. Untuk itu saya mohon Bapak/Ibu dapat mengenalkan saya kepada penulis skenario atau produser atau sutradara yang berminat untuk membuat film atau sinetron yang berkaitan dengan masalah hukum tersebut. Yang menurut saya saat ini belum ada, padahal masyarakat sangat ingin mendengar atau melihat kasus-kasus hukum dibuat dalam bentuk sinetron atau film di tv. Kontak email saya: ceritakasushukum@yahoo.co.id.

    Reply
  5. 2. Dan jika Bapak/Ibu punya kenalan orang ph/ sutradara/ produser, mohon dapat memberikan alamat atau no hp-nya. Terima kasih.

    Reply
  6. Anda kritis. Kecacatan2 itu jg yg selama ini saya lihat. Tp, entah PH selaku pembuat tayangan itu sadar atau tidak, semua itu tak pernah diperbaiki. Saya pikir itu cuma krn mrk nggak mau repot.

    Kalau dari pengalaman teman saya yg praktisi langsung, sebenarnya PH udah punya standar dan gambaran seperti apa produk yg seharusnya dibuat. Pertimbangan mrk tentu uang. Jd sulit sekali mengubah mind set mrk ttg cerita bermutu, kecuali kalau Anda bisa membuktikan cerita bermutu versi Anda bisa membukukan profit yg lbh baik.

    Jd, menunjukkan kelemahan2 cerita mrk takkan membuat mrk serta-merta berpaling ke Anda. Saran saya, buatlah dulu skenario utuh sbg sampel. Misalnya, buat saja skenario FTV. Atau sampel skenario sinetron stripping satu episode, dilengkapi dg kerangka utk keseluruhan episode.

    Kalau ada barang fisik begitu, saya rasa mrk mudah diyakinkan. Tentu saja skenario Anda hrs menarik dan bernilai jual juga.

    Saya bukan pengamat dinamika pertelevisian, tapi saya rasa cerita ttg hukum yg digarap serius memang belum ada di layar gelas Indonesia. Itu tentu peluang bg orang2 yg melek hukum dan bisa menulis spt Anda. Selamat mencoba.

    Reply
  7. Teman2 Jgn putus asa , memang gitu adanya dunia skenario.. untuk smua profesi yg namanya pemula
    Ya memang gitu, jadi berkarya trus dan Kirim ke .ph menurut kalian yakin . Jgn takut hilang atau
    Diambil karma kalian . Yg namanya ide kita tidak akan habis . Suatu saat Allah pastinya
    Kasih jalan , jgn takut belum apa-apa sdh takut .

    Reply
  8. tato “setuju mas brow aku juga terus menekuni dunia perfilm man biar belum berhasil aku tetap semangat

    Reply
  9. Mas Dyto, Perkenalkan nama asli saya Arza.. Saya pun ingin mencoba bahkan ingin menggeluti dunia perfilman.. Saya punya ide- ide yang mungkin menarik untuk di pertontonkan, Dan saya ingin punya relasi dan ingin menambah ilmu. kita bisa ketemu untuk berjabat tangan??

    Reply
  10. maz, sorry nie aku ketinggalan banget pastinya. tapi sebenernya sie tertarik dalam dunia nie udah lama banget. banyak cerita fiktif yang aku buat tapi ga berani kirim ke PH soalnya ada yang bilang kalo pemula mending dikirim langsung. bener ga sie? critain dikit donk mas dlu awalnya gimana?

    Reply
  11. mas bram saya ilham saya suka nulis
    awalnya si saya suka nonton drama korea tapi sekarang saya sudang nulis banyak sinopsis sebagian sudah saya buat naskah juga

    mau nanya waktu pertama mas ngirim naskah trs brapa lama ya confir.a cos saya udah ngirim 2 x tp tdak ada respon

    Reply
  12. share ya gua baru aja nyelesain sinopsis baru gua judulnya ” i love my self ”
    ceritanya tentang seseorang raja di masa majapahit yang terpaksa harus menemukan jiwanya kembali dgn cara membunuh reingkarnasinya sendiri di jaman moderen dan reingkarnasinya itu perempuan kuper yang selalu kerja keras al hasil si raja malah jatuh cinta ada 2 hal yang harus di hadapi antara mati atau mengambil nyawa wanita itu.
    hehe gmana kawan cerita gua
    itu udah gua kirim ke sinemart dan harus nunggu 2 bln lge

    Reply
  13. Ilham, yang dikirim skenario utuh atau sinopsis aja? Kalau pemula, apalagi belum pernah kerjasama dengan PH yang bersangkutan, mengirim sinopsis aja kemungkinan besar tidak akan digubris.

    Untuk konfirmasi, kontak langsung aja PH-nya. Apalagi sudah dua bulan begitu.

    Reply
  14. Dear Brahm,

    Senang sekali rasanya bisa menemukan wadah ini. Saya masih dibawah pemula, masih baru “berniat” untuk menjadi penulis baik itu film layar lebar, tv ataupun novel.
    Terimakasih untuk anda yang mau berbagi tentang hasil wawancara anda dengan para tokoh-tokoh diatas. Very inspiring.
    Pertanyaan saya adalah, apakah ada exercise rutin yang harus dilakukan oleh pemula yang belum terbiasa menulis, agar dapat mengasah kemampuan menulisnya?
    Dan apakah ada advice untuk saya yang sangat bersemangat untuk menulis sesuatu, agar bisa mulai menulis?

    Thanks

    Reply
  15. Salam kenal kak….
    saya punya novel scine fiction bagus deh…..pngen banget novel nya saya dijadiin sinetron…..pasti bnyak yng suka…ahahahahaah PD bngt saya. gmna caranya ya biar novelnya saya dijadiin sinetron?. makasi ya kk yang baik hatinya

    Reply
  16. hm… saya punya cerita, tapi kira-kira kalau skenario untuk film bioskop kira-kira boleh tanya honor nggak? aku ingin kirim cerita tapi nggak bisa lewat pos karna aku kan masih kelas 1 smp, boleh minta website atau nomor hapenya nggak?

    Reply
  17. saya punya beberpa script untuk ftv mungkin aja bisa jadi referensi untuk ph yang biasa garap ftv

    Reply
  18. Saya mohon bantuan kepada temen-temen yang merasa gemar menulis cerita apa saja,dan bila anda mengetahui bagaimana caranya bisa mengirimkan naskah/cerita ke stasiun tv yang membutuhkan,saya mbok di info kepada siapa saya harus mengirim hasil tulisan saya. sebelum dan sesudahnya saya sampaikan banyak terima kasih.

    Reply
  19. Saya suka film action. Tapi saya kecewa film the raid 2 yg menurut saya sekedar action, hanya beberapa bagian akhir yg bagus. Saya punya konsep cerita yg menurut saya tidak sekedar action, tp saya jg lg sibuk finishing thesis dan proposal disertasi untuk ke jerman. Konsep saya salah satunya 11 sniper. Kalau mas hanung mau ceritanya saya kirim ke mas hanung, mohon @mailnya mas. Gratis karena saya pengen film indonesia lebih maju.

    Reply
  20. sy seneng nonton film, khususnya film2 hollywood, dalam sehari sy nonton min. 1 film, smpe sy kehabisan harddrive space untuk film yg mau didonlot,kekekkkk
    sy jg jadi sedikit tau kenapa film2 hollywood bisa enak ditonton, dan ga bikin boring.
    dan menurut sy, kt cm bisa menilai cerita kita itu bagus atau ga, itu cuma setelah terbukti bnyak yg nonton dan bilang suka dan bagus, bukan sekedar opini pribadi,
    bahkan penulis atau produser sekelas hollywood pun ga akan berani bilang cerita mereka bener2 bagus setelah benar2 ngasilin jutaan dolar. is it right mas brahmanto??

    Reply
  21. slm knal mas nma aq daryati, sebenarnya aq tuh pingin jd seorng penulis ,aq dah punya bnyak cerita yg mungkin bisa dibwt flim, aq pingin bnget kirim tuh naskah aq,biar aq bisa kirim naskah tau crita aq apa aq bisa minta email, biar aq bisa kirim dan apa kah crita aq bagus bwt dibikin flim tau gk? mksh sebelm nya ,,,,,,,,

    Reply
  22. salam kenal mas , saya asli gresik punya sebuah skenario cerita amazing dan kisah nyata love story yang aku alamin sendiri , cerita naskah ini saya judul black love karena melibatkan sebuah misteri cinta dan kegelapan sebuah karakter pasangan kita , saya boleh tanya apa bisa saya salurkan ini lewat sini terima kasih.

    Reply
  23. Thanks mas Brahmanto udah kasih masukan banyak manfaatnya buat saya.. matur nuwun sanget pokoknya.. salam buat semua and tetap semangat ….

    Reply
  24. Salam kenal mas Bram. Saya liat beberapa komentar terbaru belum dijawab, tapi saya harap saya mendapatkan jawabannya.

    Skenario di dalam dan di luar negeri beda ya mas? Saya punya contoh skenario drama Korea dan sering liat contoh skenario FTV atau Sinetron Indonesia di internet. dan kesimpulan saya adalah skenario indonesia terlalu rumit dan terkesan mendikte tiap detilnya.

    nah, skenario drama korea yang saya punya memang tervisualisasikan dengan baik. ada narasi, nama karakter, latar, dialog, dan tingkah laku. ga ada yg namanya INT/EXT CUT TO or etc.

    kaalau menurut saya skenario ini yg bagus. soalnya menuntut artis, sutradara, kameramen, dan anggota tim produksi lainnya mengeluarkaan insting dan bakat mereka. tapi, kaarena skenario yg sering ada hanyalah “mendikte”, berarti saya harus mengikuti juga?

    mohon sarannya mas.
    Yuanithe´s last blog post ..The Best I Do

    Reply
  25. @Andi, tentu saja dari dulu begitu. Meski aku sendiri nggak gitu. Aku nggak pernah terpengaruh opini mainstream. Tapi aku juga nggak mencoba mempengaruhi orang lain tentang penilaian bagus-jeleknya suatu karya. 🙂

    @Yuanithe, maaf, kesibukanlah yang jadi kambing hitamku, hehehe. BTW, komentar-komentar yang sudah ditanyakan dan dijawab di komentar sebelumnya, atau bisa ditemukan jawabannya di artikel, memang sengaja tidak dijawab, untuk menghindari pengulangan.

    Soal skenario, yang terpenting adalah kemampuan kita mengadaptasi apa yang dimau pemesan. Aku pernah dikasih skenario dari salah satu tayangan MNC dan diminta nulis sesuai standar itu. Menurutku, skenario itu aneh. Tapi karena orangnya terbiasa dengan skenario itu, ya aku nurut saja. Bukan masalah besar. Gampangannya, siapa yang punya gawe, turutilah dia. Jangan malah diajak debat tentang bagaimana skenario yang bagus itu, hehehe.
    Brahm´s last blog post ..Investasi: Upaya Menyayangi Diri di Usia Senja

    Reply
  26. Salam , mas saya mau Nanya saya kan udah kirim skrip ke pH tapi belum ada jawaban, itu nunggunya ampe kapan ya, terus kalau gitu butuh ngirim hard COPY nya juga gak?

    Reply
  27. Ia mas ,cuma saya telepon gak ada yang angkat ,ada juga yang nomornya slah atau lamat salah contohnya Md saya ke Md entertaiment nelpon gak ada yang angkat mungkin terlalu besar kali saya pikir , ngirim email nanya gak dibalas , ke maxima pictures juga belum di bales ,saya dapet nomor orang yang di maxima dari web katanya hubungi ini sama aja , Kaya sombong jadinya.

    Reply
  28. Wow.. terima kasih.
    Saya dapat gambaran banyak tentang dunia film. Kebetulan saya sedang belajar dan ingin berkarya. Sambil coba-coba. Teimakasih Tn. Brahm. =)

    Reply
  29. selamat malam mas, sebelumnya terimakasih banyak sudah share banyak soal dunia persinetron/filman
    saya mau tanya mas, bagaimana kemungkinan naskahnya freelance-scriptwriter bisa diterima ph? apakah dengan naskah (tentunya yang berkualitas dan menjual) saja bisa diterima oleh ph untuk dijadikan sinetron/film? ataukah ada faktor lain (selain koneksi) ? umpamanya riwayat penulisnya gitu?
    dan bukankah masing2 ph biasanya sudah punya penulis tetap? mhmh.. semoga saya yg salah info 🙂
    mohon berkenan untuk menjawab, sekali lagi terimakasih banyak mas 🙂

    Reply
  30. salam kenal mas…….. saya mega risdianti,tp biasa tmn2 panggil saya ega. saya sudah lama berkecimpung di dunia film,dr mulai iklan,ftv,hingga sinetron . saya di bagian astrada set. dan saat ini saya ingin mengembangkan karier saya untuk menjd seorang sutradara . ingin mengembangkan dan menunjukan bahwa saya cukup mampu membuat sebuah karya dalam bentuk visual. saya mnt info jika ada sebuah PH yang sedang mencari seorang sutradara untuk sinetron ato FTV. terima kasih mas…

    Reply
  31. mas kenalin saya uchie,,mas saya punya cerita,sinopsis “SNS,FACEBOOK I’M IN LOVE”tpi cra mngembangkn dlm sebuah sekenario,,sya masih ragu,,tkut salah,sya pngn belajar bgaimna cara menyusun,menulis skenario,dari awal susunan judul,tema,perwatkn sampe penempatan sinopsis,dan inti skenario,,

    Reply
  32. Halo mas kenalin saya elfira, saya mau sharin dan bertanya boleh kan? saya punya hobi menulis cerita, cuman dari dulu belum ada satupun yang ceritanya sampai selesai, ada aja halangannya,seperti tulisannya hilang, komputernya dijual,dan kehilangan ide ditengah-tengah penulisan.
    Tapi belakangan ini saya tertarik menulis skenario film,saya belajar lewat panduan di internet, udah 1/4 jalan saya menulis ceritanya, ceritanya bergenre romantis.doain yah mas semoga kali ini bisa sampai selesai dan dikirim k PH.aamiin 🙂
    Tapi yg saya masih bingungkan sekarang,bahasa yg digunakan dalam dialognya itu harus baku atau tidak?
    Terus menurut mas brahm lebih baik menulis novel atau skenario film??
    Ditunggu jawabannya yah,,makasih sebelumnya.

    Reply
  33. Hallo pa Brahmanto. Kebetulan saya penulis skenario pemula, saya mau coba kirim karya saya ke ph tapi saya ga punya cp yang menangani pengiriman skenario. boleh saya tahu cp dari ph apa aja yang dapat sy hubungi untuk pengiriman skenario ? thx.

    Reply
  34. Hai ka, mau tanya kalau seandainya krya kita yg dikirim bagus, dan ph membeli karya kita. apakah nama kita tercantum pada kolom penulis skenario? maksudnya seperti diekspos.

    Reply
    • Seharusnya iya. Bisa ditulis sebagai “penulis cerita” atau “penulis skenario”, tergantung jenis pekerjaan menulis yang sudah kita lakukan. Bagaimanapun, sebaiknya ditanyakan lagi atau diperiksa lagi kontraknya.

      Reply
  35. Salam kenal mas Brahm, sebelumnya terimakash atas infonya, sangat bermanfaat untuk penulis pemula seperti saya.
    Saya sedang menulis skenario semacam ftv dan hampr rampung. Tapi saya kebingungan memilih PH yang akan saya kirimi skenario saya. Saya ngin meminta saran rekomendasi dari mas Brahm, kira-kira PH mana yang “welcome” dengan karya penulis pemula seperti saya ini? saya lihat banyak kasus, mereka (penulis) yang mengirimkan skenario tapi tidak di konfirmasi diterima atau dtolaknya.

    Semoga mas membaca pesan saya,
    Terimakasih banyak sebelumnya mas 🙂

    Reply
  36. Anna, aku sendiri nggak apdet. Tapi banyak kok PH yang menerima penulis pemula. Kalau nonton FTV, tonton juga sampai credit title. Di situ biasanya ada nama PH-nya, syukur2 email atau teleponnya. Kalau nggak ada, setidaknya dari nama itu bisa di-googling nomor kontaknya.

    Hint: Ini industri, bukan organisasi sosial atau akademi. Mereka nggak peduli kita pemula atau nggak. Mereka hanya peduli naskah kita “menjual” nggak dan cocok nggak dengan karakter mereka.

    Reply
  37. halo mas Brahm.
    saya ini baru sekali menulis skenario film. dan itu pun berawal dari iseng-iseng yang keterusan.
    akhirnya punya sebuah skenario film. pada dasarnya cerita sudah bisa dianggap selesai, tapi sebenarnya masih ada ide untuk melanjutkan. apakah menurut mas Brahm saya perlu membuat sekuelnya atau melanjutkan jadi satu film saja?
    terus yang lebih penting ini, apa kriteria2 yg harus dipenuhi oleh para penulis skenario agar tulisannya dipandang ‘menjual’ oleh industri PH?
    dan mengenai durasi, berapa durasi ideal untuk sebuah film layar lebar, dan berapa scene kah itu?
    demikian pertanyaan saya. mohon pencerahannya mas. terima kasih.

    Reply
    • Ass,,,
      Om aku mau jadi pemain film om tolong aku ya om soal nya buat bantu mamah om
      Honor mah belakangn aja
      Wass,,

      Reply
  38. Ass,,,
    Om aku mau jadi pemain film om tolong aku ya om soal nya buat bantu mamah om
    Wass,,

    Reply

Leave a Reply to nonrany Cancel reply

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!