Pasar Durian Widodaren yang Kini Terpinggirkan

Pasar Durian Widodaren yang Kini Terpinggirkan

Pada era ’70-an, pasar tradisional masih memiliki taji sebagai pusat perbelanjaan masyarakat Surabaya. Cerita menjadi lain setelah pasar-pasar modern mulai bertumbuhan di bumi pahlawan. Pasar tradisional mulai terpinggirkan. Walau begitu, tercatat beberapa pasar tradisional masih meniupkan nafas kehidupan bagi penghuninya. Salah satunya Pasar Durian Widodaren yang terletak di Jalan Anjasmoro, sebelah barat Jalan Kedungdoro, Surabaya.

Pasar Durian Widodaren sebenarnya akrab di telinga masyarakat Surabaya pada tahun 1980-an. Tidak hanya penjual durian, di sana juga terdapat puluhan penjual buah lainnya. Menurut Mbah Mat yang berjualan di Pasar Kedungsari yang sudah tutup riwayat, dulu saat jam istirahat dan sore hari, pasar buah ini selalu ramai oleh pengunjung.

Menurut Radar Surabaya, dengan berjualan mulai pukul 10.00 hingga 21.00, para pedagang durian itu sudah bisa menjual kurang-lebih 100 buah setiap harinya. Termasuk durian montong yang besar-besar.

Nasib Pasar Buah Widodaren Kini

Nasib Pasar Buah Widodaren Kini

Segenap kemegahan dan gelimang rezeki di Pasar Durian Widodaren rupanya tinggal cerita. Pasar yang dulunya suka dikunjungi almarhum mantan Wali Kota Surabaya Sunarto ini sekarang menyisakan hanya sekitar lima belas penjual durian. Itu pun menurut kesaksian para pedagang di sana, satu kios buah paling-paling hanya bisa menjual dua puluhan buah setiap harinya.

Saksi akan kejayaan pasar Widodaren diungkapkan oleh Mbah Siti, perempuan berusia 60 tahun yang tetap setia berjualan durian sejak pasar ini berdiri. Menurut penuturannya, berjualan di Pasar Durian Widodaren adalah prestise tersendiri bagi keluarganya secara turun temurun.

Kalau sekarang?

“Boro-boro prestise, bisa buat makan dan anak sekolah saja sudah untung,” timbrung Fitri, cucu Mbah Situ yang mengikuti suaminya berjualan di tempat ini sejak 1977. Mereka prihatin, “Ini mungkin akibat banyaknya supermarket di Surabaya sejak 1990-an. Hari ini, banyak warga lokal yang lebih memilih berbelanja buah di pasar-pasar modern. Yang banyak membeli durian di tempat ini malah WNI keturunan.”

Dari pantauan Folder Warung Fiksi, beberapa pembeli di tempat ini memang warga keturunan Tionghoa.

Durian-durian di Pasar Widodaren

Durian-durian di Pasar Widodaren

Durian yang disediakan di Pasar Durian Widodaren adalah durian asli Indonesia. Durian ini dikenal lebih manis, warna dagingnya lebih pucat, memiliki tekstur lebih kecil dibanding hasil budidaya mancanegara. Walau begitu, ia lebih beraroma.

Demikianlah yang dikemukan oleh Sinyo Yudha, seorang pembeli keturunan Tionghoa yang ditemui di tempat ini. Yudha menganggap, durian Indonesia lebih berkualitas daripada durian impor yang biasa kita temui di supermarket. “Meskipun kita juga harus mengakui, ukuran duren impor lebih besar dan dagingnya lebih tebal,” imbuhnya.

Berbicara harga, durian di Pasar Durian Widodaren relatif lebih murah dibanding harga durian di supermarket. Dengan hanya mengeluarkan uang sekitar sepuluh ribu, kita sudah bisa mendapatkan satu buah durian manis itu.

Jadi, kalau Anda kebetulan melewati Jalan Anjasmoro atau Kedungdoro, tidak ada salahnya untuk mampir dan membeli “rajanya buah” ini.

BAGIKAN HALAMAN INI DI

5 thoughts on “Pasar Durian Widodaren yang Kini Terpinggirkan”

  1. Wufi memang ingin menyajikan hal-hal yang selama ini kurang mendapat perhatian. Sehingga dengan hal tersebut kita bisa mengangkat isu-isu lokal yang terabaikan di samping hal-hal global yang inspiratif

    Reply

Leave a Reply to becks Cancel reply

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!