Mengenal Google Featured Snippet

Mengenal Google Featured Snippet

Ketika perebutan posisi pertama di halaman hasil penelusuran atau Search Engine Result Page (SERP) Google bertambah ketat, muncullah pendatang baru ini. Beberapa digital marketer menjulukinya sebagai Rank 0, karena posisinya yang berada di atas Rank 1 pada SERP. Inilah Featured Snippets, fitur resmi Google Search.

Google Snippet sebenarnya telah bertahun-tahun mewarnai SERP. Hanya, belakangan, kehadirannya terasa makin sering, tambah canggih, dan kaya informasi. Ditambah lagi dengan posisinya yang strategis serta desainnya yang mencolok, perhatian pencari informasi dikhawatirkan teralihkan ke snippet-snippet ini, bukan lagi ke situs web atau blog kita.

Orang akan lebih tertarik berlama-lama di Google SERP dan membaca informasi dalam snippet daripada mengklik sepuluh link atau tautan yang terpajang di hasil pencarian organik.

Fenomena Zero Click akibat Google Snippet

Praktis, kehadiran Google Snippets menciptakan fenomena Tanpa Klik atau Zero Click di SERP. Betapa tidak, apa yang dicari oleh pengguna Google telah dibocorkan dahulu di SERP. Sehingga, untuk apa lagi pencari itu mengklik dan membuka laman lain?

Dengan adanya Google Snippets, meskipun kita sudah berhasil mendapat posisi di halaman pertama SERP untuk kata kunci (keyword) tertentu, posisi teratas sekalipun, belum tentu ada yang mengklik web kita. Bisa jadi pencari lebih tertarik membaca “rangkumannya” saja melalui Google Snippet.

Jelaslah bagi pembuat konten, kehadiran Google Snippet seperti kompetitor besar. Atau lebih menohok lagi: seperti juri yang ikut bermain!

Menurut data JumpShot, sebuah perusahaan multinasional di bidang riset marketing, pada 2019 kemarin, sebanyak 48,96% pencarian di Google berakhir tanpa klik. Angka ini meningkat empat kali lipat dibanding tahun 2016 yang hanya 12%.

Maka tahun 2020, bisa jadi sebagian besar pengguna search engine Google tidak akan mengklik apa-apa di SERP. Sebagian besar!

Apa karena mereka kecewa? Sebaliknya, para pengguna Google itu merasa puas dan sudah menemukan jawaban di SERP. Jadi, mereka tidak merasa perlu untuk melakukan klik lanjutan.

Jenis Google Snippet

Ada setidaknya dua jenis Google Featured Snippet yang biasa kita temui sehari-hari dalam SERP, yaitu:

  1. Answer Boxes atau Kotak Jawaban. Snippet ini berupa jawaban pendek. Umpamanya, kita mencari “how to survive zombies,” maka di SERP akan terlihat langsung jawabannya: Turn up the heat, drink wisely, get down and dirty, dan seterusnya. Jawaban ini bisa berasal dari Knowledge Graph internal Google atau web-web eksternal yang telah dikurasi oleh Google. Seandainya si pencari belum puas dengan jawaban pendek itu, ia selalu dapat mengklik tautannya untuk membaca lengkap. Namun, bila dirasa snippet ini sudah menjawab pertanyaannya, terjadilah fenomena zero click tadi.
  2. Knowledge Panel atau Panel Pengetahuan. Inilah boks informasi yang muncul di bagian teratas (versi mobile) atau kolom kanan (versi desktop) setelah kita googling tentang seseorang, tempat, atau peristiwa tertentu. Coba saja ketik nama seorang tokoh di Google Search. Kemungkinan, mata Anda akan tertumbuk pada knowledge panel tersebut.

Tidak terlepas kemungkinan, ada (atau akan ada) snippet-snippet Google jenis lainnya. Yang jelas, semua itu membuat perhatian pencari tertuju kepadanya, alih-alih ke situs web kita. Akibatnya, tidak ada yang mengklik dan jumlah pengunjung situs web kita menurun, terutama bila kita terlalu mengandalkan Google sebagai sumber trafik.

Google Snippet Menguntungkan Konsumen

Berbeda dengan sudut pandang kreator konten, bila kita melihat Google Snippet dari kacamata konsumen konten atau pencari informasi, inovasi Google ini jelas menguntungkan. Durasi browsing kita jadi lebih pendek dan praktis. User experience (UX) kita juga meningkat.

Dahulu, setiap klien atau calon klien bertanya-tanya tarif layanan Warung Fiksi dalam dolar, kami selalu kerepotan. Harus mengakses ke situs web finansial A, Bank B, agen forex C, dan seterusnya.

Sekarang? Cukup ketik “200 USD = IDR” di Google, snippet kurs niscaya langsung menginformasikan 200 dolar saat itu nilainya berapa rupiah. Pertanyaan klien pun dapat dijawab dengan jauh lebih cepat.

Google Snippet juga menghemat waktu kita dalam mengonsumsi berita. Misalnya, Anda penggemar sepak bola tanah air dan ingin tahu klasemen kompetisi Liga 1. Tinggal masukkan kata kunci “klasemen liga 1” di Google, snippet akan muncul di bagian atas dari hasil pencarian itu, terutama bila Anda meramban via ponsel pintar.

Hasilnya sangat lengkap. Ada tab jadwal pertandingan, berita, klasemen, statistik, pemain bola, dan sebagainya.

Booking hotel dan penerbangan pun bisa dilakukan melalui Google. Belanja buku? Kamera? Sepatu? Bisa juga dari Google!

Google bukan lagi cuma mengarahkan kita, “Oh, Anda mencari informasi itu? Coba pergi ke sana.” Sekarang, Google sudah, “Oh, Anda mencari informasi itu? Kami punya datanya. Atau Anda mau membeli produknya sekalian? Bisa melalui kami.”

Mengantisipasi Dampak Negatif Google Snippet

Tampaknya, Google bukan lagi hanya sebuah mesin penelusuran, melainkan juga portal yang serbaada. Dan, ini jelas berdampak terhadap surutnya trafik banyak web lain, bahkan termasuk portal-portal besar dengan jutaan pengunjung.

Bagaimana mengantisipasi si Rank 0 ini supaya web sendiri kita tetap “hidup”? Para pakar digital marketer menyarankan 5 langkah taktis ini:

  1. Fokus Membuat Konten Solusi. Jangan lagi mengejar kata kunci, karena sudah tidak relevan sejak Google memberlakukan algoritma BERT. Cari tahu saja apa permasalahan warganet, lalu berikan solusinya melalui konten kita. Namun, jangan solusi untuk hal-hal yang terlalu mainstream seperti pergerakan harga emas, hasil pertandingan tinju kemarin, jadwal puasa, dan sebagainya. Jelas, itu tema-tema yang dengan mudah dibuatkan snippet-nya oleh Google.
  2. Manfaatkan Search Engines lain. Jangan terpaku kepada Google. Masih banyak mesin penelusuran yang lain. Cobalah mengoptimasi web Anda untuk Bing.com, Yahoo.com, DuckDuckGo.com, StartPage.com, dan lain-lain.
  3. Gunakan Pendekatan Omnichannel. Manfaatkan sebanyak mungkin kanal untuk menyebarkan konten-konten serta brand kita. Di Google, kita makin sulit mendapatkan trafik. Di medsos, reach atau jangkauan kita juga makin diperkecil. Maka jangan mengandalkan 1-2 aset digital belaka. Gunakan lebih dari itu! Optimalkan Facebook, Instagram, LinkedIn, Pinterest, Quora untuk tanya-jawab, YouTube untuk video, podcast untuk audio, email marketing, dan lain-lain. Dengan demikian, seandainya satu aset tumbang atau mentok, Anda tetap dapat menjangkau audiens melalui platform-platform populer yang lain.
  4. Pasang Iklan Daring. Contohnya, FB Ads atau Google Adwords. Kalau kita rutin beriklan, tidak perlu pusing-pusing lagi soal Search Engine Optimization (SEO), Google Snippet, atau perubahan algoritma Google. Beriklan adalah cara cepat untuk memperoleh trafik atau penjualan.
  5. Optimasi Snippet. Cukup sering, Answer Boxes diekstrak dari konten web-web lainnya, sebagaimana tips zombie tadi yang diekstrak dari situs web National Geographic. Maka, mengapa kita tidak menawarkan konten-konten kita agar diekstrak menjadi jawaban bagi orang-orang yang mencarinya di Google? Seandainya benar-benar berhasil menjadi snippet di SERP, tetap belum tentu orang mengkliknya. Namun, setidaknya, brand kita jadi terlihat di sana (brand exposure).

Kesimpulannya, dengan semakin canggihnya snippet-snippet Google, tantangan kita sebagai pemilik web tentu bertambah berat. Namun, jangan berputus asa. Karena kita tetap selalu bisa mencari celah-celahnya.

BAGIKAN HALAMAN INI DI

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!