Bagi seorang penulis, film bisa memberi inspirasi sekaligus referensi. Saya pun selalu menyempatkan diri menonton film. Kalau bisa sih di bioskop. Layar lebar, suara membahana, kita akan lebih mudah terseret ke tengah-tengah cerita. Seperti kemarin kami menonton The Raid. Seru! Sampai ikut ngos-ngosan dan ngilu-ngilu, rasanya. Sayang, kami dapat kursi baris J, jadi harus terima nasib: menengadah sepanjang film. Memang, di bioskop kita tak bisa seenaknya memilih duduk, kecuali tentu saja di film-film yang kurang laku.
Alternatif lainnya adalah menonton di rumah. Ini lebih privat. Saya bisa meresapi cerita dengan lebih baik di sini. Adegan pun bisa diulang-ulang. Namun bagaimana dengan kepuasan indera? Nah, ini masalahnya. Sejak pegangan saya “menciut” jadi netbook, menonton film terasa kurang nikmat. Layar ASUS 1025C tergolong sempit untuk urusan seperti ini. Kinerja netbook yang terbukti bisa nyala cuma dalam dua detik ini memang cepat. Tapi layarnya hanya 10.1”.
Meskipun begitu, produk terbaru ASUS ini sudah memiliki port HDMI. Artinya, saya bisa mengoneksikan netbook ini ke televisi layar lebar yang full HD (HDTV). Bagi yang belum tahu, HDMI atau High-Definition Multimedia Interface adalah standar peralatan audiovisual modern untuk melewatkan data antarpiranti (misalnya komputer ke televisi) dengan kecepatan 5 GB per detik.
Bagaimana memanfaatkan fitur HDMI ini? Ya colokkan saja kabelnya ke port netbook dan port televisi, lalu nyalakan kedua piranti. Kalau posisi netbook dalam keadaan sleep, dan kalau itu ASUS Flare Series, tinggal tunggu dua detik. Berkat fitur Instant On dan teknologi Super Hybrid Engine II, menyalakan netbook-netbook Eee PC Flare Series memang bisa lebih cepat dari menyalakan televisi yang sedang stand by lho. Saya sudah membuktikannya.
Nah, begitu kedua piranti menyala, pilih opsi HDMI melalui remote televisi. Setting resolusi dan tingkat kecerahan gambar. Selesai! Anda pun dapat menonton film dari netbook dalam layar yang lebih lega, dengan kualitas gambar yang tetap prima. Tapi saran saya, gunakan netbook yang gegas supaya transfer audio dan visualnya semakin oke. Kesimpulan saya sejauh ini sih ASUS 1025C paling gegas di kelasnya.
Eh, tapi HDMI tidak terbatas untuk nonton film lho. Adanya fitur ini juga memungkinkan saya menampilkan apapun di layar netbook ke layar lain. Misalnya PowerPoint, gambar, Word, PDF, untuk presentasi ke klien atau brainstorming dengan rekan penulis. Banyak sekali manfaatnya.
Jadi, meski layar netbook saya kecil, tidak masalah. Saya selalu bisa “membesarkannya” kalau mau. Small is beautiful, yet powerful! [photo by Brahm]
Pakai TV saya kira kurang praktis dan tak privacy. Kecuali TV-nya dimasukkan ke kamar. Tapi saya pikir ini selfish, kalau beli mahal2, HDMI pasti lebih mahal drpd tanpa HDMI, tapi hanya dipakai sendiri.
Kalau saya solusi saya, tinggal nambah beberapa ratus ribu dari spech 1025 jadi 1225. Hardisk lebih besar, ini bisa nyimpan film lebih banyak. Kecepatan lebih tinggi dan fitur lebih banyak. Namun tetap tak meninggalkan ciris khas netbook: ringan dan praktis!
Ini saya buktikan, sehingga seminggu bisa menonton film sekitar 5 kali. Hehehe.
1225 itu yg 11″ ya? Wah ya 11-12, sama2 kecil layarnya. Harddisk jg kan sama ukurannya dg 1025. Menurutku kalau memang kolektor film (kayak Pak Kamos), ya hrs bondo harddisk eksternal yg tera2an. Kalau nggak gitu pasti cepet penuh komputernya.
Seminggu 5 kali, Pak? Aku bisa 25 film dalam sehari, Pak. Tp film2 Larva, hehehehe…
Nice inpoh, gan.
Jadi mupeng..
Laptop ane ada port hdmi sih. Tapi ane ga tau manfaatinnya.
Apa aja sih yang diperlukan untuk nyalain nih fitur?
Salam’
Bukan, yang 12,1 inch. Kebetulan saya pakai 10′ cukup lama juga, dan tentu saja 14′. Layar itu menurut saya ideal. Apalagi dia sudah layar lebar. Hardisk yang aku maksud bukan ukuran, tapi kapasitas. Kalau yg 10′ itu cuma 320 Gb, sedang 12,1 sudah 500Gb. Kalau hardisk external tetap. Saya juga menyimpan di situ. Tapi sudah nggak cukup lagi. Jadi perlu hardisk lagi.
Ya, sudah. Kamu sudah memutuskan. Tapi kalau saya dulu juga sempat mau beli yg 10′ itu, tapi berdasar riset dan pengalaman, 12′ yg terbaik. Yang jelas, saya puas sekali dgn yg ini. Netbook ini menemani saya sepanjang waktu. Laptop kantor tak saya pakai, saya malah pakai netbook pribadi ini. Pdhal specs kantor lebih tinggi. Namun lebih enak yg Asus, aku punya.
Mochamad Yusuf´s last blog post ..Rahasia Rejeki (83): Rejeki Rumah Kontrakan
masih punya layar segitu saja dibuat gontok gontok an.
aku lho punya laptop 23″ diam saja.
@P. Yusuf: Betul, pake TV memang gak praktis. Tapi itu solusi logis untuk mengatasi kecilnya layar netbook saya. Ga privasi juga sih, di rumah kan TV ditaruh di ruang keluarga. Tapi kalo dibandingin bioskop, ruang keluarga tentu lebih privasi. 😛
@Indra: Mupeng? Ya beli dong. Berapa duit sih? 😛 Utk HDMI, yang dibutuhkan cuma port (tancepan) di netbook/laptop/komputer/tablet dan port di TV (HDTV). Juga kabelnya jangan kelupaan. Aku beli murah kok, Rp 45 ribu dapet 3 meter. Itu kabel konektor tipe A yang paling umum. Terus, colok aja spt yang aku tulis di atas. Semoga membantu 🙂
@Pak Yusuf: Yo’i, lama2 bisa punya beberapa harddisk eksternal hanya utk film nih, hahaha. Selain laptop kantor, di kamar ada PC sih, tp jarang banget dipakai. Boros listrik. Dan sekali menyalakan, merasa berdosa kalau cuma dipakai sebentar. Beda dg si kecil ini. Tinggal tekan ON, kalau penat atau bosen, tinggal ditekuk/ditutup. Mau nyalain lagi, ya buka aja lagi, terus tekan ON lg. Yah, kayak orang pakai HP gitu. Praktis, gak pakai lama 🙂
@Iyip: Gak usah ngadu domba antara aku dan Dr. IT. Laptopmu sing 23″ iku pasti ono CPU-ne yo? Hahaha….
@Pratama
Wah keren, Tam. Berarti kamu mengalahkan Anton. Kalo Anton sptnya layarnya baru 17′. Wah, kamu memang rendah hati. Punya barang bagus, tapi nggak sombong. Nggak kayak kita, punya netbook yang murah saja dibangga2in… Hehehe. (soalnya kita kaum rakyat jelata, hanya bisa beli netbook. Kamu kan orang berada,… hehehe).
Mochamad Yusuf´s last blog post ..Rahasia Rejeki (84): Karunia untuk Indonesiaku Tercinta
@Brahm
Kamu pasti ingat, aku minta sama teman2 untuk melepas baterai sebisa mungkin. Tujuannya menghemat usia baterai. Dan ternyata baterai memang mahal. Kemarin seorang teman beli baterai netbook Axioo seharga 1,1jt. Kalau Asus? Entahlah, mungkin lebih mahal. Secara guyon, kalau ada yg tanya berkaitan itu, saya jawab mending beli netbook baru saja drpd beli baterai.
Kalau kamu sering menggunakan konsep sleep (standby), itu tetap makan baterai. Artinya baterai harus ditancapkan. Meski klaimnya Asus bisa sampai 2 minggu, artinya baterai akan sering dicharge. Ini akan cepat habis usia baterainya.
Kalau saya ada cara win-win solution. Baterai tetap bis dihemat (tidak dipakai sebisa mungkin), namun bisa start cepat. Yakni pakai hibernation. Saya sudah set, kalau layar sudah ditutup, netbook akan melakukan hibernate. Ini akan mengurangi waktu.
Bagaimana menurutmu?
Iya, Pak, batere memang harganya segituan. Usia batere tahunan, jd mungkin begitu jebol, kita udah pengin update netbook. Jd memang mending beli netbook baru daripada baterenya aja, hehehe.
Konsep sleep itu sebenarnya yg disarankan ASUS-nya lho, Pak. Aku ikut saja. Hibernate memang irit batere. Tapi, konon, malah kasihan harddisk-nya krn bolak-balik dipaksa bangun cepat dari kondisi mati.
your post is nice.. 🙂
keep share yaa, ^^
di tunggu postingan-postingan yang lainnya..
jangan lupa juga kunjungi website dunia bola kami..
terima kasih.. 🙂
aq udah beli kabel hdmi buat TV, harganya murah cuma 15k
@elbirtus: Itu yang 1 meter ya? Kalo 3 meter ya sama aja, 45k 🙂
buat maen game! #eh…
OOT : silakan ditunggu kerjasamanya di Desa Membangun. Itu memang gerakan non-profit kok. Semakin banyak yang terjun membantu, semakin semangat desa-desa itu bergerak…contohnya, ada di postingan terbaru Pojok Pradna tentang Tim GDM yang mengikuti lomba Perahu Naga 😀
Pojok Pradna´s last blog post ..Lomba Perahu Naga di Dreamland desa Pancasan, Banyumas
@Pradna OOT: Siaaaap…. Akan sowan dlm waktu dekat.
wahh bagus ya.. !
postingan nya bagus
mampir yach d web kmi http://unsri.ac.id
dalam urusan film, saya selalu tiarap, mas bram, hehe …. di kendal ndak ada gedung bioskup. HDMI sepertinya layak jadi pilihan alternatif nih.
sawali tuhusetya´s last blog post ..Jadi Nominator Kompetisi Blog Internasional “The BOBs”?
Wah, iya ya, belum ada cineplex di Kendal. Tapi selama ada internet dan perangkat2 IT, sepertinya nggak terlalu masalah buat Pak Sawali. Hehehe….
ikh mantab, ini bener-bener keren, salam kenal