How to Write for Teenagers

The teenager is a broad market pie. It’s worth to fight for. But they are tough audience. To write a story for teenagers, you have to be an expert not only in writing, but also in teen culture. This is how to do:

  1. It’s not a compulsory, but it would be good if your main character is a teenager. It will absorb more attention than, let’s say, if she’s a mother.
  2. Do hangout with teenagers. Listen how they talk each other.
  3. Observe also how teenagers respond to a problem. It is prohibited to use adult logic and mindset, except for adult characters.
  4. Use simple words. Establish the plot nicely with simple sentences, everyday’s vocabulary that easy to catch, and not too various.
  5. Avoid topics whom teenager usually ignores, such as politic, history, military, office intrigue, etc.
  6. Stay away from topics that are overexposed. Love, for instance. I don’t know you, but for me, love is to be experienced, not to be written.
  7. Make the story conflict is caused and solved by teenagers. Do not allow any adult to resolve that conflict.

At the end of the creative process, give your manuscript to be read by few teenagers. Then, listen to their comments.

* * *

Di Indonesia, pasar pembaca remaja begitu menggiurkan. Penduduknya kebanyakan pemuda belasan tahun. Maka, tidak ada salahnya mencoba menulis untuk pasar yang besar ini.

Namun, ternyata banyak yang meremehkan. Dikira menulis untuk segmen ini mudah sekali. Tinggal mengarang fiksi bersetting sekolah atau kampus, memasukkan tokoh-tokoh berusia belasan tahun, lalu menambahkan dialog-dialog berbahasa gaul plus loe-gue, jadilah!

Semudah itu?

Cobalah sendiri. Lantas jawablah sendiri. Bagi saya, menulis untuk segmen tertentu selalu mempunyai kesulitan tersendiri.

Yang jelas, Anda akan gagal kalau hanya bermodal bahasa gaul. Penggunaan “loe” atau “gue” dalam dialog justru bukan keharusan. Yang wajib adalah penyesuaian terhadap latar cerita. Narasi maupun gaya bicara tokoh-tokoh Anda pun tidak harus terdengar seperti pemuda-pemuda Ibukota. Yang lebih penting:

  1. Usahakan tokoh utamanya remaja. Ini akan lebih menyerap perhatian dibanding, misalnya, jika tokoh utamanya ibu-ibu.
  2. Bergaullah dengan anak muda. Setidaknya, sering-seringlah nongkrong di tempat para remaja nongkrong. Perhatikan bagaimana mereka berdialog: pilihan katanya, spontanitasnya dalam membentuk ujaran, dsb.
  3. Amati juga, bagaimana anak-anak muda menyikapi suatu persoalan. Karena dalam cerita, dilarang menggunakan logika dan pola pikir orang dewasa (yang biasanya lebih matang), kecuali untuk tokoh-tokoh yang memang dewasa.
  4. Saat menulis, gunakan bahasa yang sederhana. Bangunlah alur dengan kalimat-kalimat lugas, alih-alih kalimat pengandaian. Pilihlah kosakata yang sehari-hari, mudah dipahami, dan tidak terlalu rimbun oleh variasi.
  5. Hindari tema-tema yang biasanya diabaikan anak muda. Contohnya, politik, sejarah, militer, dinamika perkantoran, dll.
  6. Demi menyambut era teenlit berbobot, jauhi tema yang terlanjur membanjiri pasar: cinta. Yah, tentu saja kecuali bila Anda yakin bisa mengarang kisah sedahsyat Romeo & Juliet atau Titanic. Saya tidak tahu Anda, tapi buat saya, cinta itu baru sempurna kalau dialami, bukan ditulis.
  7. Untuk melibatkan emosi pembaca Anda, jadikan konflik cerita disebabkan oleh tokoh anak muda. Dan pemecahannya juga oleh anak muda. Jangan biarkan tokoh dewasa yang menyelesaikan konflik itu (nggak asyik banget).

Di akhir proses kreatif, jangan lupa memberikan karya Anda untuk dibaca oleh beberapa remaja. Lalu dengarkan komentar mereka.

BAGIKAN HALAMAN INI DI

4 thoughts on “How to Write for Teenagers”

  1. Ya, kalau aku nggak salah, buku2 terbitan Agromedia Groups (termasuk GagasMedia) hampir pasti nggak akan kamu temui di Togamas (seluruh Indonesia). Jangan tanya kenapa, aku nggak tahu. Sebaiknya tanyakan ke Togamas atau Agromedia langsung. Tp di Uranus, Gunung Agung, Sari Agung, dan toko2 buku kelompok Gramedia Bookstore ada kok.

    Reply

Leave a Reply to Nana Cancel reply

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!