Erickbandung.com in Marketing Mix

Erickbandung.com in Marketing Mix

Comic is not a moneymaker industry in Indonesia. However, the spirit of making creative comics never ceases here. Erick Sulaiman is one of those militant comic artists. Has marketed his works progressively and independently (although his two recent books are published by major publishers), Erick is quite success as a comic artist.

Yesterday, Warung Fiksi interviewed him to dig what he has done to market his works. You’ll find the transcript of the interview below in Bahasa Indonesia.

Marketing Mix of ErickBandung

Marketing Mix of ErickBandung

If we would wrap up Eric’s marketing strategy, here is his 7P (formerly 4P):

  1. Product: He creates satiric and parodic comics. Erick’s works are characterized by three words: fantasy, funny, and sadist. If you know Itchy ‘n Scratchy in The Simpsons, you get what I mean.
  2. Price: It’s cheaper than his “competitors”.
  3. Place: Yet, Erick considers conventional big bookstores as the worthiest location to sell, as long as the store manager displays the books on the good spot. The position on shelves matters!
  4. Promotion: Active in several comic forums and social network, be it’s online or offline. Also made a website or blog (or both like Erick did).
  5. People: Erick is single fighter for this. So it’s all him.
  6. Process: Following publisher’s common procedure.
  7. Physical evidence: Erick’s books are the physical evidence itself. He made it more vivid by updating his website, blog, collecting testimony of famous artists, designing shirts, posters, wallpapers, and so on as merchandise. The merchandises are important. Sometimes, Erick’s fans are willing to spend more for T-shirt with one of his comic characters, rather than the comic itself.

That’s the 7P or so-called Marketing Mix. If you want to trace few secrets about Ericbandung.com (indie) brand, that’s the clue.

Hangout with Erick Sulaiman

Erick Sulaiman

Erick Sulaiman, alias Erick S., alias Ericbdg, dalam keseharian adalah seorang storyboard artist di Infinite Frameworks. Namun, di luar jam kerja, inilah komikus yang telah menerbitkan komik-komik “cacat” seperti Perpustakaan Sketsa (self publishing), From Bandung with Laugh (DAR! Mizan), dan Binatang Jatuh (M&C Gramedia) yang bakal dirilis Desember ini.

Kemarin, Warung Fiksi berkesempatan mewawancarai penggemar Jen Wang, Scott McCloud, Jimmy Lhiao, Maurice Sendak, Lat, Benny Rachmadi & Muh. Misrad, dan Akira Toriyama ini. Berikut petikannya.

Biasanya berapa lama Anda mengerjakan tiap judul komik?

Setengah sampai dua tahun. Kalau komik strip, kan, dicicil, selama kira-kira dua tahun. Satu strip saya buat seminggu sekali atau dua kali. Kalau graphic novel atau storybook 3-8 bulan, termasuk praproduksi.

Siapa segmen komik-komik ini?

Anak SMA, kuliahan, orang-orang dewasa. Rata-rata profil pembacanya, sih, usia kuliahan. Komik saya, kan, satir dan/atau parodi. Kadang juga permainan kata.

Menarik untuk mengetahui bagaimana Anda menciptakan tokoh-tokoh yang gokil itu?

Hm, biasanya melalui proses panjang. Misalnya saat kuliah, saya membuat karakter X, lalu saya coba menaruh karakter itu dalam situasi drama, laga, dan komedi. Lama-lama terasa sendiri si X itu ternyata lebih cocok untuk drama. Begitu pula dengan karakter yang lain. Ada juga yang baru terasa kuat saat disandingkan dengan karakter lain. Interaksinya lebih maksimal. Contohnya karakter sapi dan gorila. Satu nekat, satu pendiam. Kalau di layar lebar, bisa lihat filmnya Eddie Murphy dan Nick Nolte di 48 hours. Atau Shrek dan Donkey.

Lantas, apa yang membedakan komik-komik ini dengan komik Indonesia yang lain? Mereka juga lucu. Sebagian juga menyatir kondisi sosial.

Sebenarnya, waktu menerbitkan Perpustakaan Sketsa dulu, saya mencoba membuat komik setipe Benny & Mice. Alasannya jelas, supaya ditaruh di rak toko buku yang sama dan peluang untuk dilihat lebih besar. Tapi di luar itu, dari dulu karya saya sudah identik dengan tiga kata: fantasi, lucu, dan sadis. Jadi mau bikin horor tetap jatuhnya lucu. Mau bikin drama, jatuhnya sadis. Bukan sengaja, tapi selalu begitu lagi begitu lagi setiap saya mencoba tema lain.

Apa saja langkah promosi yang sudah dijalankan?

Aktif di komunitas dan forum-forum komik dan jejaring sosial. Banyak sekali kenalan yang bisa saya dapat, bahkan di tempat kerja sampai ada yang bilang, “Oo, kamu Ericbdg yang itu!”

Anda jualan lewat toko buku besar seperti Toga Mas atau Gramedia dan melalui situs web. Mana yang mencetak angka lebih tinggi?

Sejauh ini, lewat toko buku lebih cepat, asal posisi buku tidak diubah. Saya mengalami penurunan penjualan saat buku saya dipindah ke rak di samping kasir. Padahal, awalnya sederet dengan komik Benny & Mice. Kalau lewat situs web, sebenarnya bisa juga. Asal seperti di forum, rutin di-update, posting pasti akan tetap terlihat oleh pengakses forum. Tapi saya punya pengalaman unik saat menjual kaos. Beberapa pelanggan ternyata lebih rela mengeluarkan Rp50.000 untuk kaos daripada Rp10.000 untuk komik!

Dari produksi sampai marketing pengerjaannya all-by-myself, ya?

Tidak juga. All-by-myself hanya untuk Perpustakaan Sketsa. Setelah itu sadar bahwa saya hanya bisa fokus satu hal dalam satu waktu, tidak bisa multitasking.

Masih ingat, bagaimana awal semua ini?

Mungkin dari juara harapan lomba komik saku di ITB, ya, pada tahun 1999. Waktu itu, saya pakai karakter sapi. Lalu sekitar tahun 2000-2001, saya menciptakan tokoh dr. Gogolak. Lumayan eksis. Sejak itu, semakin banyak tokoh yang muncul. Apalagi saat kuliah di mana saya suka saling ejek dengan teman. Beberapa lelucon sepertinya menarik kalau dituangkan ke dalam komik strip. Jadilah. Mata kuliah-mata kuliah teoretis semacam Pendidikan Kewarganegaraan atau Ilmu Budaya Dasar benar-benar memberi peluang untuk menggambar sepanjang pelajaran. Hasilnya? Ya karakter-karakter komik tadi. Syukurlah saya bisa lulus dengan baik. Mohon jangan ditiru.

Baiklah. Terima kasih atas waktunya. Sukses selalu, Erick!

BAGIKAN HALAMAN INI DI

10 thoughts on “Erickbandung.com in Marketing Mix”

  1. Kk.. saya Nindi mau tanya – tanya. saya juga suka bikin komik..
    tapi ga pernah diwarna. tapi kalo saya mau mewarna, leboih baik dikomputer ato dikertas dulu baru di scan ? Apa untung-rugi masing – masing cara itu ?
    Truz Saya cuma bisa Photoshop.. software mewarna enaknya pake apa kk ?
    tq

    Reply
  2. Erick itu bule, ya? Kalo lihat fotonya, cuplikan komiknya yang berbahasa Inggris diatas. Tapi kok ada Sulaiman-Sulaiman segala?? Ada Ilmu Budaya Dasar segala.. WNI blasteran, ya?

    Oiya! Buat Mr. Erick, sepertinya karakter-karakternya udah lengkap. Berani gak terima tantangan menjadikannya animasi? Pendek dulu, lah. Tapi kualitasnya minimal kayak si Ipin & Upin. Kan kocak, tuh.

    Reply
  3. @ Nindi: Saya mewarnai di photoshop, karena kalau melalui proses warna dulu baru scan, biasanya warna tersebut bergeser. Merah bisa agak lebih oranye dan putih jadi agak kebiruan. Utk teknik pewarnaan bloking pada photoshop, bisa cek di blog saya di http://ericbdg.blogspot.com/2008/03/tutorial-warna-ngeblok.html

    @pes2010:
    Gabung aja ke forum http://www.freakhigh.com/forum/ atau manga indonesia di facebook. Banyak banget tips trik untuk bikin komik.

    @ Aleena: Animasi? Sewaktu kuliah juga saya suka bikin animasi pendek, makanya sekarang juga kerja di perusahaan animasi he he he. Sejauh ini sampai bentuk animatic juga sudah puas, karena masih bisa dikerjakan sendiri. Untuk animasi seperti Upin dan Ipin, paling tidak membutuhkan 30-60 orang, 2 tahun bekerja dan modal paling sedikit 4-5m.
    .-= ericbdg´s last blog ..Software Asli (Klik Pada Gambar) =-.

    Reply
  4. Betul. Betul. Betul. Upin dan Ipin butuh puluhan employees dan capital besar. Memang sulit ya kalau indie. Tapi apa producers Indonesia tak nak buat karya yang lebih dari Malaysia? Seronok, tak?

    Reply

Leave a Reply to Nindi Cancel reply

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!