Jarum jam sudah menunjuk angka 9, tapi sepasang muda-mudi masih asyik memilah VCD-VCD yang hendak mereka sewa. Di tangan wanita itu telah terselip banyak kotak VCD dari film-film Mandarin dan Hollywood. Oh, ternyata masih kurang. Sebuah kotak berhiaskan aksara hangeul pun dipungut. Hanya dalam hitungan detik sang pria di sebelahnya merespon, “Jangan! Film Korea itu gitu-gitu aja.” Dan si wanita segera mengembalikan kotak tadi, tanpa sedikit pun berusaha mendebat.
writing
Tip menulis atau merancang tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi.
Hm, Rupanya Begini Cara Dan Brown Menulis
Siapa tak kenal novelis Amerika satu ini? The Da Vinci Code-nya telah memantik obor pro-kontra di seantero planet, termasuk di Indonesia. Tapi saya bukan berniat mengulik-ngulik kontroversi itu. Di sini saya cuma ingin membahas teknik Dan Brown yang menurut saya mengusung cara baru dalam penulisan thriller modern. Yah, saya tahu, kalau dirunut ke belakang, Brown bukanlah yang pertama melakukan kombinasi teknik ini. Namun setidaknya dia kan yang terkenal.
Lika-liku Membisniskan Agama melalui Film
By: Brahmanto Anindito
Kata kawan saya, di kampungnya ada pemuda yang bandelnya nggak ketulungan: Kurang ajar terhadap orangtua, maling sandal di musala, mencuri kotak amal masjid. Benar-benar menjengkelkan, pokoknya. Sampai-sampai salah satu ibu di sana nyeletuk, “Aku pingin tau matinya tuh anak. Pasti ada banyak belatung di mayatnya.” Komentar ini dipicu—apalagi kalau bukan—oleh sinetron-sinetron religius kegemaran warga sana. Kami pun geleng-geleng berjamaah.
Sekadar Usulan demi Perfiksian Indonesia
Setelah bertahun-tahun malang melintang sebagai penikmat fiksi, saya jadi semakin prihatin dengan perkembangannya di Indonesia. Yang paling kentara adalah filmnya (sinetron termasuk film). Di sana banyak pencontekan, bahkan plagiat, terhadap film-film luar. Memang, mereka terkadang memiliki ijin memproduksi versi Indonesianya (remake). Tapi bukankah dengan begitu kian terbukti bahwa kita telah dan sedang kekeringan ide cerita?