Anda tak pernah menyangka air laut di selat bisa seasin ini. Sialan! Sekalipun piawai berenang, untuk sesaat Anda harus menelan air garam itu banyak-banyak. Mata pun terasa perih.
Tapi samar-samar Anda masih bisa melihat keadaan perahu. Tampaknya semua orang telah melompat seperti saran Anda. Kecuali Sarip. Dia terlihat gemetar. Anda pun merasa bersalah. Sepertinya dia satu-satunya yang tidak bisa berenang.
Namun belum sempat kembali ke perahu untuk menolongnya, Anda dikagetkan dengan lampu sorot itu lagi. Panas sekali. Anda berenang sekuat tenaga untuk menghindarinya.
Sayangnya, sia-sia.
Sinar itu tetap garang membakar kulit Anda.
Bahkan mulai mendidihkan air di sekitar Anda.
Anda pun menyelam lebih dalam. Tapi percuma juga.
Sinar itu mampu menembus kedalaman air laut. Anda yang panik jadi semakin banyak meminum air laut. Belum pernah seumur hidup Anda meronta tak berdaya seperti ini.
Akhirnya, mulut Anda menganga tapi tak ada gelembung-gelembung oksigen lagi dari sana. Mata Anda melotot tapi yang terlihat cuma hitam yang misterius. Lalu tubuh Anda mulai mengapung ke permukaan air. Tanpa ada denyut kehidupan. Riwayat Anda sudah . . .
TAMAT
Ingin tahu nasib Rimba, Rino, Sarip, dan Nur (avatar Anda dalam novelet ini) yang sebenarnya? Permasalahan mereka tentu jauh lebih kompleks dan menegangkan dari ini. Cari tahu di novelnya.