Alan langsung mengontak pengacara mamanya. Sial, pengacara top itu sedang sibuk menghadapi kasus lainnya, kasus yang jauh lebih besar. Namun dia sempat merekomendasikan koleganya di Jakarta. Tarifnya terjangkau bila Alan, Sarip, Rino, Laras (jika sudah sembuh) dan Anda mau patungan.

Tapi pengacara itu tak kunjung tiba meski sudah berjanji akan segera terbang ke Surabaya. Menghubungi ponselnya pun tak pernah diangkat.

Semua orang kehilangan harapan. Rimba memang tetap ceria. Tapi bila Anda perhatikan, dia tak pernah terlihat tegap lagi. Bicaranya dari hari ke hari semakin lirih. Sering pula Rimba melamun berjam-jam sambil memeluk lututnya, sementara matanya menerawang.

Di suatu sore, satu hari menjelang panggilan kedua dari kepolisian, Rimba menerima telepon lagi dari orang misterius yang pernah mengajaknya berfusi. Jika setuju, "Sampai ketemu di Selat Madura jam 22," kata orang itu.

Rimba tersenyum sinis saat menutup telepon. Dia lalu berbaring di karpet biru, lagi-lagi dengan mata menerawang. Anda jadi tak tega melihatnya. Tapi apa yang Anda lakukan?