Dari pintu kamar yang terbuka, Anda melihat seseorang mondar-mandir di ruang sebelah. Seorang wanita tua. Sepertinya dia tidak sadar kalau Anda sudah siuman di sini.
"B... Bu Noed ... Bu ...!" sebuah suara mendadak bergaung dalam otak Anda. Tapi jelas itu bukan suara Anda.
"Lho, Rip? Sarip? Di mana kamu?" kali ini Anda mendengar suara Rimba. Dia kebingungan. Sama bingungnya dengan Anda.
"Di sini!"
"Di sini mana?" sahut Rino, menambah kebingungan Anda.
Cukup lama pembicaraan petak-umpet ini berlangsung sebelum Anda akhirnya sadar, Anda sebenarnya telah berada dalam satu tubuh dengan Sarip, Rino dan Rimba.
Anda yang penasaran mencoba bangkit menuju cermin, namun ternyata sulit sekali. Tubuh Anda seperti digandoli beberapa orang.
Baru setelah Rimba ambil inisiatif mengendalikan tubuh dan lainnya dilarang ikut-ikut mengendalikan, tubuh setinggi 203 cm ini mampu bergerak, meski tetap dengan susah payah dan sekujur tubuh meradang.
Menurut cermin, fisik Anda berubah total. Anda sekarang tinggi-besar. Mengagumkan! Namun tak urung Anda meringis begitu melihat banyak luka memerah menghiasi tubuh ini. Luka bekas gerusan dan luka bakar.
Lalu Anda mendengar Noed berbicara dengan seseorang di telepon. Anda terkesiap saat dia mengatakan akan menyerahkan Anda, yang disebutnya sebagai “orang tak beridentitas”, ke polisi.
Rimba merasa terancam dengan rencana itu. Sarip setuju, bahkan menyarankan, "Kita kabur saja!"
Tapi Rino mencegah. Menurutnya Noed bukan orang jahat, dia bisa diajak bicara setelah ini. Lagi-lagi Andalah yang harus menentukan.