Menyoal Sastra Jawa, Membincang Jaya Baya

Kadang saya sedih kalau mengamati perkembangan sastra daerah. Di antara hiruk pikuk dunia sastra, sastra daerah ibarat wastra lungset ing sampiran, busana kusut yang tidak dipakai lagi. Padahal di Indonesia paling tidak ada 669 bahasa daerah dengan jumlah penutur yang bervariasi jumlahnya.

Menurut Ayu Sutarto (2004), beberapa daerah bahkan memiliki jumlah penutur di atas 2 juta orang, antara lain; bahasa Jawa (60,27 juta), bahasa Sunda (24,16 juta), bahasa Madura (6,80 juta), bahasa Minangkabau (3,53 juta), bahasa Bugis (3,23 juta) bahasa batak (3,12), bahasa Banjar (2,75 juta) dan bahasa Bali (2,59 juta). Namun kiranya perkembangan sastra daerah hanya berkutat pada daerah yang memiliki penutur yang banyak dan memiliki tradisi sastra (tulis) mumpuni, seperti Sunda, Bali, atau Jawa.

Sastra daerah adalah produk masyarakat yang dihasilkan oleh sastrawan daerah dengan bahasa daerahnya sebagai wahana untuk menciptakan karya sastranya. Sastra daerah berupa karya sastra tulis maupun lisan yang dinikmati oleh masyarakat daerah yang bersangkutan sebagai pemilik dan pendukungnya.

Geliat sastra daerah mulai terasa seiring kepedulian yang dibangun oleh beberapa kalangan. Ajip Rosidi, misalnya (dengan hadiah sastra Rancage yang khusus diberikan pada karya sastra daerah dan lembaga yang berjasa dalam pembinaan dan pengembangan sastra daerah).

Ada satu titik yang oleh sebagian kalangan dianggap mati, tapi sebenarnya masih eksis dan terus mempertahankan tendensi kulturalnya. Karya-karya ini adalah karya sastra tulis berbahasa Jawa, berbentuk roman dan cerpen, yang terdapat di majalah berbahasa Jawa. Dengan segenap cara dan kemampuan, karya tersebut hadir merepresentasi jaman.

Tengoklah sederetan nama mulai dari Any Asmara, St. Iesmaniasita, Sudharma Kd, Suparto Brata, Sri Hadidjoyo, dll. Atau nama-nama yang masih berkiprah di majalah berbahasa Jawa saat ini seperti Suwardi Endraswara, Turiyo Ragil Putro, Cahyarini Budiarti, Parpal Purwanto, Ismu Rianto, dll.

Kendala mereka umumnya satu: Sedikitnya media massa berbahasa Jawa yang menampung gairah menulis sastrawan-sastrawan Jawa. Praktis hanya tiga majalah yang masih eksis: Jaya baya, Panjebar Semangat, dan Mekar Sari. Jauh sebelumnya, majalah-majalah berbahasa Jawa seperti Kekasihku, Crita Cekak, Gotong Royong, Joko Lodhang, Parikesit, dll. telah gulung tikar akibat tak ada dukungan finansial dan kalah bersaing dengan sastra modern.

Bagaimana bisa kalah bersaing? Saya melihat setidaknya ada tiga perkara.

Pertama, bahasa dan kebudayaan Jawa di masyarakat dianggap kuno, jadi orang-orang yang berkecimpung di dalamnya lantas mendapat predikat ketinggalan jaman. Gak gaul! Sebutan yang memalukan bagi kaum muda. Ini jugalah yang menyebabkan media berbahasa Jawa, termasuk sastra Jawa hanya dibaca oleh golongan tua yang masih tradisional.

Perkara kedua, menyempitnya segmen pasar akibat globalisasi membuat masyarakat Jawa lebih mengindonesia dan mendunia. Hal ini membuat pemahaman dan keterikatan dengan budaya Jawa melemah. Pengarang lebih tertarik menggali persoalan-persoalan kota besar daripada menyentuh permasalahan daerah terpencil. Kesadaran pada bidikan komsumsi pembaca menjadi pemicu rasional berkurangnya minat pada warna lokal yang sudah terlanjur bercap rendah mutu.

Yang terakhir, tidak adanya kompensasi yang seimbang antara eksplorasi menulis dengan honorarium yang diterima.

Namun di sisi yang berseberangan, ini semua memunculkan orang-orang yang memiliki rasa cinta dan dedikasi tinggi dalam mengembangkan sastra daerah, orang-orang yang tak kenal putus asa dalam mempertahankan eksistensi penerbitan berbahasa Jawa.

Di satu sudut Jawa Timur, tersebutlah nama Jaya Baya.

Majalah Jaya baya terbit pertama kali 1 Desember 1945 di Kediri, berkala setengah bulanan. Dicetak di percetakan Indo Belanda (pada zamannya bernama Kedirische Snelpers Drukkerij). Tiga bulan sesudahnya, majalah ini terbit mingguan, hingga sekarang.

Berdirinya Majalah Jaya Baya berawal dari gagasan akan perlunya penerbitan yang memberikan penerangan kepada masyarakat. Saat itu Jaya Baya ditangani Djasmadi (bekas anggota Shu Sangikai Muspida Karesidenan Kediri yang pada tahun 1935 pernah menerbitkan majalah Astuti) sebagai direktur, Maridie Danoekoesoemo (KNI Kotapraja Kediri) sebagai pegawai tata usaha, dan Tadjib Ermadi, Soewandi Tjitrawarsita, serta Soedibjono sebagai redaktur.

Sejak berdiri, majalah ini telah mengalami pasang surut permasalahan. Dimulai dari mencoba bertahan saat gempuran revolusi menggila di tanah air, masalah kemandirian pembiayaan penerbitan, masalah pencarian format jati diri majalah, permasalahan dalam memilih penggunaan bahasa.

Dari Kediri, majalah Jaya Baya pindah ke Surabaya pada tahun 1950. Kepindahan setelah masa kemerdekaaan ini ditandai dengan penggunaan bahasa Indonesia menggantikan bahasa Jawa. Namun tidak lama, karena padatnya persaingan akhirnya disepakati Jaya Baya kembali menggunakan bahasa Jawa.

Format awal sebagai majalah perjuangan pun akhirnya berubah dengan semakin mantapnya majalah Jaya Baya mengusung format majalah keluarga dengan berbagai ragam penerangan dan hiburan, berupa rubrik-rubrik informasi, berita dan feature. Di antara rubrik-rubrik ini, Majalah Jaya Baya juga menyediakan ruang yang cukup lebar bagi rubrik sastra, seperti Cerita Cekak (cerpen), Roman Sacuil (cerita asmara), Cerita Misteri, Cerita Wayang, Cerita Bersambung, dan Cerita Rakyat.

Perlu penghargaan lebih pada majalah Jaya baya, juga majalah-majalah berbahasa daerah lainnya yang memiliki misi bijaksana: Pelestari bahasa dan budaya. Bukankah dari bahasa kita dapat melihat satu budaya? Dan dari budaya kita dapat melihat satu pandangan hidup masyarakat di dalamnya?

BAGIKAN HALAMAN INI DI

52 thoughts on “Menyoal Sastra Jawa, Membincang Jaya Baya”

  1. Terima kasih Bapak Suparto Brata. Masalahnya memang sesederhana itu, perlu banyak berkorban. Tapi mungkin karena cukup sederhana itu, jadi tidak banyak orang yang mau melakukannya. Apa benar ini Bapak Suparto Brata cerpenis dan novelis yang intens dengan sastra Jawa? Wah saya jadi tersanjung, dibanding saya yang muda ini, Bapak lebih punya gairah yang kuat untuk terus menulis. Maju terus sastra Jawa!

    Reply
  2. Saat reformasi beberapa waktu lalu muncul tabloid berbahasa jawa, saya lupa namanya, namun setelah itu redup. Sastra Jawa selama ini dianggap sebagai sesuatu yang perlu dilestarikan saja namun bukan dikembangkan. Salah kaprah ini memang perlu segera diluruskan.

    Reply
  3. Mas Rori,
    Sekalipun agaka telat keprihatinan Anda, tetap saja saya sangat menghargainya. Menyoal sastra Jawa memang seperti mengurai benang kusut. Saya setuju sepenuhnya dengan pemikiran Anda. Tapi tentu saja masih ada banyak faktor lain yang membuat sastra jawa seperti sekarang ini.

    Saya berhenti menulis tentang sastra Jawa lebih dari setahun yang lalu. Bukan karena saya tidak mau lagi, tetapi karena keaadaan. Saya sekarang di Amerika, tidak mempunyai akses terhadap sastra Jawa. Memang sayang sekali belum ada majalah bahasa Jawa yang on line seperti Kompas. Kalau ada, pasti saya akan terus menulis. Sekarang ini saya kelangan lacak. Saya buka-buka Kompas on line dan menemukan tulisan Anda serta secuil komentar Eyang Empu Suparto Brata jadi senang sekali.

    Silakan menulis terus, Mas Rori. Saya akan setia membacanya. Anda kan punya banyak sumber, paling tidak karya-karya sastra Jawa. Tulisan saya terakhir saya sudah lupa, tapi beberapa karya Pak Parto pernah saya ulas di Panjebar Semangat (Mudah-mudahan beliau membaca komentar pendek saya ini, jadi bisa nyambung lagi). Makaten, matur nuwun.

    Reply
  4. siapa bilang bahasa jawa ketinggalan jaman, nggak laku, nol besar. bahasa jawa sangat hebat, sangat kuat, sumpah demi allah swt. jangan nyremimihlah. bahasa jawa itu tidak akan mati. boten badhe pejah. saestu menika. kula kok malah super optimis bahasa jawa itu telah mendunia. bahkan uud 45 juga sudah di jawakan. nah kalau mau ngangsu kawruh tentang kehebatan bahasa jawa. datang ke yogyakarta. ketemu saya, nama Akhir Luso No, alamat: Kauman GM I/172 Yogyakarta 55122 Telp. 618381 rumah dan 0274 897542 kantor. nah siapa yang ingin bukti kalau bahasa jawa itu masih top bgt.

    Reply
  5. saya habis nyetak buku berbahasa jawa akhir 2006, (beli ya!) saya juga akan nyetak lagi buku berbahasa jawa akhir 2007, (beli juga ya!). saya juga sudah pentaskan naskah berbahasa jawa di taman budaya yogyakarta. saya juga akan mementaskan lagi drama berbahasa jawa. jadi bahasa jawa masih oye, dan akan oye terus. sukses bahasa jawa. sukseslah selalu.

    Reply
  6. Wah saya senang sekali menemukan beberapa kalangan yang tetap berkecimpung dan membangun kehidupan sastra Jawa dan mau berbagi komentar dalam tulisan ini.

    Maturnuwun sanget Bpk. Brandal Lokajaya atas keoptimisannya mengembangkan sastra Jawa. Maturnuwun sanget Bpk. Yosep Bambang, yang walaupun jauh di seberang sana masih tetap gelisah memantau dunia sastra Jawa. Maturnuwun sanget Bpk. Akhirlusono, yang telah berkarya membangun bahasa Jawa dan mau membantu siapa saja yang ingin menggali kebesaran bahasa Jawa.

    Saya hanya mencoba ikut nguri-uri kelesuan dalam jagad yang paling bersinggungan langsung dengan saya. Komentar-komentar dari panjenengan-panjenengan membuat saya tergerak untuk terus menulis lagi hal-hal berkenaan dengan sastra Jawa dan mengulas karya-karya para pengarangnya.

    Sekali lagi, maturnuwun.

    Reply
  7. setunggal malih pawarta sakinh kula, bilih panjenengan kersa ngrawuhi insyaalah yen boten wonten aral ingkeng damel cuwa, kila sakanca ajeng ngawontenakan kegiatan kang magepokan kalih sastra jawi, wonten ing cebongan, ngestigarja, kasilan, banyul, yogyakarta rt 11 telepon 618381. nuwun

    Reply
  8. Maturnuwun, Pak Akhir Lusono, atas undangannya. Mungkin jika belum terlambat, Bapak dapat menyampaikan detail kegiatannya di halaman Anda di situs ini, agar dapat diketahui juga oleh pembaca Wufi lainnya. Ruang publikasi ini berlaku kapan saja, sepanjang kegiatannya berhubungan dengan dunia fiksi. Maaf, responnya terlambat, karena kesibukan di sekitar Lebaran.

    Reply
  9. Ok. trim’s juga atas, responnya. O iya, jika tidak ada aral melintang, lunching buku bulan Nopember 2007. Buku baru. Antologi Cerkak dan di translate ke Bahasa Indonesia dan Bahasa Ingrik. Dengan mentranslate ke Bahasa Indo dan Inggris karena saya berharap pangsa pasar dan pembaca lebih luas lagi. Jadi karya ini dapat diakases di manca negara. Kalau schedulnya sudah pasti kami khabari. Kalau tidak berubah tempatnya: Di Taman Budaya Yogyakarta. Nuwub

    Reply
  10. Berangkat dari keprihatinan yang sama,kami,beberapa anak muda yg ingin belajar dan nguri uri basa jawi,akhirnya sepakat membuat blog bahasa jawa,dg segala keterbatasbn kami.Silahkan berkunjung dan akan senang juga jk ada yg menyumbang tulisan,syukur2 ikut mengelola. Tapi mohon maaf,basa jawa kami masih kacau krn memang kami dari generasi ‘nanggung’,setengah generasi “jawa lama” setengah generasi internet.

    Kami hanya tdk ingin terputus dari akar budaya leluhur.Mohon masukan dan kritiknya. Matur nuwun.
    Kawruhjawi.wordpress.com

    Reply
  11. Maturnuwun juga buat Mas Tamim, dengan senang hati saya akan turut sowan dan anjangsana ke blog KawruhJawi-nya. Saya rasa semakin banyak yang turut ambil bagian dalam nguri-nguri sastra dan bahasa Jawa, semakin baik untuk eksistensi sastra dan bahasa Jawa itu sendiri. Semoga kekuatan untuk tetap konsisten dan kontinyu diberikan pada semua yang ingin menjunjung dan melestarikan sastra dan bahasa Jawa. Amin.

    Reply
  12. Saya di Bandung, bagaimana caranya berlangganan majalah jawa Jaya Baya ini ? Apa di Bandung ada agen-nya ya ?
    Matur nuwun, mbah.

    Reply
  13. Pingin langganan ya, Cu Purwa? Wah gimana ya, biasanya sih kalau jarak jauh bisa langsung melalui pos. Mbah saranin kamu langsung tanya ke alamat Majalah Jaya Baya, Jl. Karah Agung No. 45 Surabaya, telepon: 031-8280940, 081330733033, atau tanya ke email: jayabayared@gmail.com

    Reply
  14. Maturnuwun Mas Khalwani, tapi mau gabung ke mana ya? Yah kalau mau ikut mengirim tulisan di Warung Fiksi kami sangat terbuka lho, silahkan, monggo, asal sesuai dengan misi-misi kami. Tapi kalau soal belajar bahasa atau adat Jawa, wah saya terus terang juga merasa tidak mumpuni, saya juga pembelajar Mas.

    Reply
  15. Sampai sekarang ada 4 majalah basa jawa yang saya ketahui yaitu Jayabaya (Surabaya), Panjebar Semangat (Surabaya), Jaka Lodang (Yogyakarta) dan Damarjati (terbit di Jakarta). Di majalah Panjebar Semangat dan Damarjati, geguritan saya pernah dimuat. Kemarin teman dari sanggar Triwida, Tulungagung, Jawa Timur bilang mempunyai majalah basa jawa Gayatri, tetapi saya belum pernah lihat beredar secara luas (umum). Sedangkan Mekarsari sekarang telah menjadi lembar suplemen di koran Kedaulatan Rakyat hari Minggu. (mungkin karena daya serap pasar yang terus menyusut). dan secara umum memang pasar majalah basa Jawa kian menyempit. Hal ini mestinya menjadi keprihatinan kita, terutama orang Jawa, dan mesti diupayakan cara melestarikan keberadaannya.

    Reply
  16. tambahan malih saking kula, wonten ngayogyakarta wonten majalah basa jawi pagagan, sempulur. menawi radio ingkeng kesdu dumateng mekaring basa lan sastra jawi injih menika: radio vedac 99 FM P4TK Seni dan Budaya Yogyakarta, kanca tani, suara jogja, suara kenanga lan taksih katah ingkeng sanesipun, kalebet RRI. Nuwun

    Reply
  17. radio vedac 99 fm pppptk seni dan budaya yogyakarta, membuka kesempatan untuk bekerjasama dengan pihak manapun. dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dan dapat dibicarakan. Alamat Radio Vedac adalah: Lantai 2 PPPPTK Seni dan Budaya Sleman Yogyakarta, Jl. Kaliurang Km.13,5 Yogyakarta Telp. 0274. 897542, Hp. 0274. 7891635. email: akhirlusono@yahoo.com. Silahkan bagi siapapun yang ingin bekerjasama sangat kami nantikan.

    Reply
  18. Salam kenal buat semua. saya tertarik untuk bergabung dalam forum obrolan ini. dari kecil saya termasuk hoby membaca. saya ingat waktu kecil pernah baca buku tulisan any asmara yang judulnya setan gombel. inti ceritanya saya agak lupa. cuma yang saya inget novelnya serem banget untuk ukuran anak sekecil saya. sekarang saya jadi pengin baca lagi novel tersebut. apakah ada bpk bpk atau temen temen yang bisa membantu saya mendapatkan novel tersebut? matur nuwun sanget.

    Reply
  19. Matur nuwun sanget Bapak Priyanto, salam kenal juga… Untuk Setan Gombel-nya Any Asmara, mungkin ada rekan-rekan lain yang bisa membantu. Atau sekedar informasi, yang saya ketahui kantor redaksi majalah Jaya Baya memiliki stok buku-buku berbahasa Jawa yang dijual untuk umum, monggo bagi yang berminat untuk mengoleksi untuk menghubungi redaksi Majalah Jaya Baya.

    Reply
  20. radio vedac adalah radio dengan posisionong seni budaya indonesia, khususipun seni dan budaya jawa. kami menyiarkan geguritan, macapatan, cerita cekak, gending-gending jawi, lan sak panunggalanipun. sumangga ingkeng badhe sesambetan kaliyan radio vedac 99 fm jogjakarta

    Reply
  21. Maturnuwun atas infonya Mas Achimbaggins (bener Mas kan?). Semoga visi dan misi radio vedac untuk mengangkat seni dan budaya Jawa dapat menjadi inspirasi bagi penggiat budaya Jawa lainnya.

    Reply
  22. Masalahnya kami ini kan posisinya di Surabaya, Pak. Jd Vedac tidak nyampai sini. Bagaiamana bisa menanggapi? Temen-temen di Jogja dan sekitarnya, silakan, silakan.

    Reply
  23. begini Pak adio Vedac sudah menggunakan teknologi radio steaming Jadi panjenengan bisa mendengarkan siaran radio vedac fm jogjakarta dari belahan dunia manapun. ah caranya pak menngunakan media internet. Buka internet eksplorer kemudian tuliskan vedacfm.com lalu tekan enter. Nah panjenengan dapat mendengarkan radio vedac dech dari surabaya atau kota manapun. sekarang selamat mencoba mendengarkan radio vedac dan ikut atensi, ok. trims

    Reply
  24. Oalaaah, gitu to. Hehehe, saya pikir radio gelombang biasa. Oke, Pak, saya kunjungi dulu situsnya. Nanti baru ikut atensi. Thx infonya.

    Reply
  25. Saya mengenal & membaca majalah Jayabaya sejak kecil saat masih duduk dikelas 1 SD (± tahun 1978), karena Ayah saya berlangganan. Pernah juga mengirimkan gambar dan dimuat di majalah tersebut.

    Kebetulan Eyang saya (R. Tanaja) dulunya cukup aktif di majalah ini. Sempat dalam salah satu edisi menjadi cover majalah & ditulis profilnya beserta keluarganya. Tetapi 20 tahun belakangan ini saya sudah tidak pernah menjumpai majalah ini lagi.

    Reply
  26. info tentang kegiatan baru-baru ini. kami pppptk seni dan budaya sanggar swara kencana djogja juga radio vedac 99 fm mengadakan kegiatan yangcukup spektakuler yaknipembacaan geguritan selama 5 hari 6 malamberturut-turut tanpa henti sedetikpun.dan ternyata kegiatan tersebut mendapat pengakuan dari MURI.

    Reply
  27. Matur nuwun, Pak Himawan & Pak Akhir. Jayabaya masih ada kok. Cuma memang jadi semakin jarang. Dan sayang sekali kalau sampai “punah”.

    Wow, baca geguritan 5 hari 5 malam berturut-turut! Tapi, Pak Akhir, itu acara kapan, Pak? Sudah terjadi atau baru akan diselenggarakan?

    Reply
  28. mas Rori acara itu sudah dilaksanakan. Tepatnya tanggal 25 s.d 30 Oktober 2008. Dan mendapatkan penghargaan MURI. Jumlah pembaca 509 orang. Tetapi penulis naskahnya hanya seorang, jumlah karya yang di bacakan oleh ke 509 orang tersebut ada 300 an judul geguritan. O iya info tentang kegiatan tersebut dapat diakses melalui googlee, dan tulis saja: swara njerit gurit njiwit oleh swara kencana djogja. Nuwun

    Reply
  29. Mas Akhir, niki kula Yohanes Siyamta, ingkang wulan kepengker estu “maca buku kanggo munyuk” ing Gembira Loka. Saking berkahing Gusti lan pandonga Panjenengan acaranipun lancar. Media cetak ingkang ngliput: Kompas(Yogya lan Nasional), Harian Jogja, radar Jogja, KR lan Djaka Lodang. Dene TV ingkang nayangaken Jogja TV lan TATV. Kula sarujuk kaliyan Panjenengan, bilih basa Jawi boten badhe pejah. Sauger kula lan Panjenengan ugi tetiyang Jawi wani ngginakaken, nguri-uri lan nglestantunaken.
    Informasi Mas, buku kula Donganing Maling sampun dumugi Amerika, Perpustakaan Australia lan KITLV-Leiden.
    Ngiras-ngirus, Mas. Menawi estu kula kepareng maos cerkak ing vedacfm. Dintenipun menapa lan pukul pinten?
    Matur nuwun.

    Reply
  30. wah wah wah sukses, selamat dan salut kagem mas Y Siyamta. Hem kula sanget, sanget bombong, remen lan mongkog mas dumeteng panjenengan. Dene bukunipun sampun dumugi pundi-pundi. Kaliyan nyuwun ngapunten Mas, kala semanten wonten gaprukan acara. injih menika jumpa monitor wonten kitha ageng. kamangka pengin sanget nyengkuyung panjenengenanipun anggenipun maos wonten gembira loka. nyuwun ngapunten njih mas. babagan waosan cerkak ing radio vedac samangkeh saget kula usahakaken. menawi geguritan sampun lumampah. kangge transisi program. dados meh saben setunggal jam wonten geguritanipun. nuwun.

    Reply
  31. Katur mas Akhir, matur nuwun. Sugeng makarya.
    Katur Mas Rori, kula ndherek pitepangan. Mugi kula, Mas Akhir, Panjenengan lan para sutresna basa lan budaya Jawi, tetep kiyat lan penuh semangat ngrembakakaken lan nglestantunaken basa, sastra lan budaya. Menawi sanes kula lan Panjenangan, lajeng sinten malih.
    Matur nuwun.

    Reply
  32. leresmasSiyamto.lha mangga ta kapan kapan wonten realisasi kerjasama antawisipun Vedac 99 FM PPPPTK Seni dan Budaya kaliyan atmajaya mas.nuwun

    Reply
  33. halo teman-teman, bagaimana khabarnya. mudah-mudahan baik-baik saja. ini kami akan mengabarkan bahwa radio vedac 99 fm mengajak semua pihak untuk ikut berpartisipasi dalam bersiaran

    Reply
  34. Salam,
    Matur nuwun kangge kawigatosipun perkawis sastra jawi saking sederek sedaya. Panci leres, sastra jawi meniko satunggaling peninggalan budaya ingkang kedah dipun uri-uri.
    Nuwun

    Reply
  35. ngantos dumugi samangke,majalah Jaya Baya taksih meger-meger lan tetep setya leladi mring bebrayan agung ingkang taksih sudi angrungkebi basa lan budaya jawi. alamatipun Jl. karah Agung 45 Surabaya, e-mailipun: jayabayared@gmail.com

    Reply
  36. crita cekak lan rubrik kanggo bocah ditambahi maneh mbah…apamaneh crita ana ana bae wwooow lucu puooll apamaneh karikature marahi gguyu dhewe ..hixxx hixxx…majalah jaya baya..tetep semangat!!!!!!!!!!!!!!!

    Reply

Leave a Comment

CommentLuv badge

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Don't do that, please!