Di otak kita sebenarnya telah tertanam pipa ide. Jika satu ide tak segera dialirkan, ia akan menyumbat ide-ide lain yang antre di belakangnya. Jadi kita harus menjaga alirannya dengan mengeluarkan ide-ide tersebut. Namun, bagaimana jika kita tidak punya tempat untuk penyalurannya?
Maka yang Anda butuhkan adalah sebuah bank ide. Bentuknya bisa buku kecil yang selalu ada di dekat Anda. Bisa juga ponsel, tetapi untuk ide yang berkelebat, menulis pasti lebih cepat daripada mengetik di ponsel.
Setiap kali muncul ide, masukkan ke bank ide. Tidak perlu detail. Tulis saja konsep atau keunikan dari ide itu.
Tiap ide tidak harus menjadi satu tulisan. Bila menulis itu seperti membangun rumah, ide-ide itu adalah pondasi. Anda bisa menyambung-nyambungkan alur pondasi tersebut untuk kemudian dibangun menjadi dinding, atap, hingga nanti ditambahkan genteng, keramik, dan dicat atau diberi wallpaper.
Berikut ini beberapa aktivitas yang bisa memenuhi bank ide Anda:
- Membaca. Jangan sekadar menikmati bacaan, jika menemukan kalimat menarik atau cara penyampaian yang brilian, salin! Tentu saja nanti kalau mau diaplikasikan ke karya, Anda harus memodifikasinya dulu.
- Menonton. Sama dengan membaca, jika menemukan dialog atau informasi yang menggelitik di sebuah film, segera catat! Masukkan bank ide Anda.
- Mengobrol. Tidak perlu membayangkan obrolan seperti talkshow politik di televisi. Obrolan di warung kopi saja dapat memantik ide sebagai materi tulisan.
- Mengamati. Ini lebih pasif lagi. Hanya dengan mengamati sesuatu, bahkan mungkin dengan tidak sengaja, bisa muncul ide-ide unik. Anda pasti pernah mengalaminya beberapa kali.
- Bermimpi. Setiap orang pasti tidur dan bermimpi. Oleh sebab itu, setiap orang pasti memiliki sumber ide yang tak kenal surut. Saya sendiri terkadang harus mengorbankan rasa kantuk hanya lantaran ada ide yang menarik dalam mimpi. Susah payah saya bangun, menyalakan lampu, dan mencatatnya.
Karena ide dalam otak itu mudah menguap, entah karena keterbatasan memori manusia atau tergilas oleh ide lain, jangan menganggap remeh. Ide pun terkadang berlagak seperti pembeli yang sombong: kalau tidak lekas dilayani, ia pergi.
kalau saya saking banyak nya ide…. kebuang semua… huhuhuhu….
sering telat menyalurkan nya
Setuju sekali. Kita sering kehabisan ide saat berkreasi. Taoi saat ide itu datang disaat santai, kita tidak mau langsung mengambil kertas dan pena untuk ‘menangkapnya’.
Saya kira ini sama dengan prinsip menabung. Saat tidak ada butuhnya kita meremehkan. Tapi saat sudah ada keperluan baru nyadar, pura – pura heran, ngapain aja selama ini sampai tabungan gue sekarang kosong gini?? Mampus lah.
@Fahrizi: Itulah fungsi bank ide. Tiap ada ide, masukkan saja ke bank ide. Sehingga meski ide itu nggak digarap2 (semoga aja nggak seperti itu) pun, tetap ide itu takkan terbuang.
@Aleena: Mantap!
ada satu lagi kanal ide yang efektif mas… saat berada di wc 😀
Yaiks! :))
wah bener banget tw kalo idenya ga di salurin pa ide2 yang lain bakla lupa dengan gitu aja,,, 🙂
Bener banget tw kalo nyimpen ide di hp pasti cpe ngtiknya kalo idenya cuma sedikit lah kalo banyak gimana,,,,,
Kadang ide datang tidak bersamaan dengan waktu yang kita punya dan kita tidak bisa memprediksi kapan ide itu datang
warung fiksi….. saya benar-benar suka…
terkadang saat kehabisan ide saya malah menulis bahwa “saya tidak belum punya ide”. sy rasa itu juga bahan tulisan to.. heheheeh…
kadang kalo ngerasa kosong saya malah cuma nulsi “kosong”… he..
salam semuanya…
Terima kasih, Parlina. Boleh jg tuh caramu. Tp, apa berhasil melancarkan tulisan? Hehehe….