Genre dalam Karya Fiksi

Setiap karya pasti memiliki genre. Ini merupakan kesepakatan sosial mengenai pengelompokan karya seni, baik untuk produk-produk tekstual, visual, audio, maupun audiovisual. Contohnya di karya fiksi, ada genre thriller, aksi, komedi, horor, dan lain-lain.

Mengategorikan karya-karya semacam ini penting untuk memberi pegangan kepada penulis, penikmat, maupun pengamat, tentang logika-logika yang digunakan dalam cerita tersebut.

Bila genrenya aksi, umpamanya, bersiaplah melihat tokoh-tokoh yang nonstop bergerak dan beratraksi, seolah tidak pernah lelah. Bila genrenya musikal, jangan heran melihat tokoh-tokoh yang tiba-tiba berkumpul dan kompak bernyanyi.

Meski demikian, setiap genre tidak pernah memiliki definisi tunggal. Terkadang, definisi-definisinya malah tumpang tindih antara versi satu dan lainnya. Karena itu, kita perlu bersikap lebih santai. Genre bukan sesuatu yang saklek atau eksak. Namun, tetap ada poin-poin dasar dari setiap genre itu.

Aneka Ragam Definisi Genre

Secara sederhana, genre adalah pengategorian dalam karya seni, baik karya fiksi maupun nonfiksi. Sekadar menyebut contoh genre di bidang nonfiksi:

• Genre bangunan arsitektur: klasik, adat, renaisans, posmodern 
• Genre musik atau lagu: pop, rock, dangdut
• Genre tulisan jurnalisme: berita, artikel, feature, reviu, esai

Luas sekali pengategorian ini. Bahkan ketika kita sudah membatasinya untuk karya fiksi saja, genre masih terlalu masif.

• Genre film menurut negara pembuatnya: Hollywood, Bollywood, K-Drama, J-Dorama, telenovela
• Genre sastra menurut panjangnya: novel, novelet, cerita pendek (cerpen), fiksi mini
• Genre film menurut teknik pembuatannya: konvensional, animasi, still photos 
• Genre manga menurut sasaran pembacanya: shonen (cowok), shoujo (cewek), hentai (dewasa “aneh”)
• Genre gim menurut platformnya: PC, konsol, board game, mobile game, traditional game

Sungguh pun sudut pandang yang kita maksudkan sama, katakanlah “fiksi menurut cerita dan tokoh”, definisi genre tetap bermacam-macam versi. Untuk Komik Tintin saja, si A bisa jadi mengatakan itu komik petualangan, sementara si B bersikeras itu komik fiksi ilmiah, dan si C yakin itu komik misteri-detektif.

Mana yang benar?

Semua benar! Toh, satu karya fiksi dapat memiliki banyak genre (dan subgenre) sekaligus.

Ketika sebuah cerita cukup kompleks, sulit untuk menentukan satu genre yang paling tepat. Namun, kita akan kompak mengatakan salah bila Tintin diklaim sebagai komik horor.

Di sinilah menariknya. Genre tunggal yang benar-benar pas sulit ditentukan, tetapi genre yang salah akan lebih mudah kita deteksi. Itu karena setiap genre sebenarnya memiliki tujuan tertentu terhadap audiensnya.

Tujuan Terselubung Tiap Genre

Bayangkan kita memiliki cerita dengan tokoh utama aku, tokoh pembantu laba-laba besar, latar waktu tengah malam, dan latar tempat kamar mandi. Awal ceritanya kita buat begini:

Tengah malam itu, aku masuk ke kamar mandi dengan kantong kemih yang penuh. Pintu kututup dan langsung kugerendel. Tiba-tiba, lampu berkedip. Aku spontan mendongak. Astaga, laba-laba besar! Bokongnya sebesar bola tenis. Delapan kakinya yang dalam keadaan tertekuk saja terlihat panjang. Kulihat sekelebat bayangannya. Ia baru saja melangkahi lampu di plafon, dan kini mematung di dinding bagian atas.

Sekarang, genre apa yang Anda inginkan untuk melanjutkan adegan pembuka itu?

Genre Aksi

Bertujuan untuk menghibur audiens dengan atraksi fisik. Para tokohnya pasti terlibat dalam adegan-adegan fisik yang berbahaya, tembak-tembakan (Tiga Sandera Terakhir), kejar-kejaran, laga yang nonstop, petualangan menarik dan seru (The Lord of The Ring), dan sebagainya.

Ia melompat ke kepalaku. Aku tertegun. Tentu saja aku tidak menyangka laba-laba dengan kaki sepanjang itu dapat melompat jauh. Spontan kusapu tubuhnya dari ubun-ubunku. Laba-laba itu terempas ke tembok. Tetapi kemudian merayap cepat ke kakiku, seperti makhluk yang haus darah. Kutendang ia sekuatnya. Laba-laba itu terpental, tetapi keseimbanganku jadi hilang. Lantai yang licin membuatku tergelincir dan jatuh terjengkang.

Si kaki delapan itu datang kembali. Aku mendelik. Dalam jarak sejengkal dari kepalaku, bisa kulihat kedua taringnya yang terangkat tinggi. Dasar tukang pamer! Dengan sekali sapuan spontan, kupaksa ia mencium tembok sekali lagi. Ia memang laba-laba yang besar, tetapi bogemku tentu lebih besar. Aku… takkan… kalah!

Cepat-cepat, aku bangkit. Jongkok. Berdiri. Oh, tidak. Kenapa sekarang rasanya pusing? Kuperiksa buku-buku dan punggung tangan kananku yang barusan memukulnya. Dua lubang berwarna merah kehitaman di sana. Dan rasanya nyeri. Sial!

Genre Drama

Bertujuan menggambarkan tokoh-tokoh yang realistis dan situasai kehidupan yang sebenarnya. Bisa jadi tentang keluarga, reliji (Ayat-ayat Cinta), kehidupan romantik, biografi seseorang (Laskar Pelangi), dan lain-lain.

Pergikah ia bila kusiram dengan air? Atau kutahan saja kencingku ini sampai besok? Bukannya takut. Hanya canggung, rasanya. Ia begitu besar. Aku seperti bisa melihat mata, hidung, dan mulut laba-laba itu. Wajah itu terus memandangku. Sampai-sampai aku merasa malu bila harus membuka celana di depannya.

Genre Fantasi

Bertujuan untuk menyeret kita ke dunia antah-berantah tempat segala sesuatunya berbeda dengan kehidupan kita sehari-hari. Di dalamnya termasuk fiksi ilmiah (The Dark Knight), dunia sihir (Harry Potter), legenda, mitos, fabel, surealisme (Mulholland Drive), dan sebagainya.

“Oh, Nyonya Janda?” desahku. “Kenapa belum pulang ke rumahmu di hutan? Bukankah kita sudah sepakat?”

“Kaulihat anakku, Hitam 21?” laba-laba itu menggoyang-goyangkan taringnya.

Aku tercenung selama beberapa detik. Aku tahu ini pasti akan terjadi. Jadi, sebaiknya kukatakan saja apa adanya. “Tadi siang, ia menggigit tanganku. Racunnya membuatku harus pergi ke rumah sakit.”

“Oh, aku menyayangkan kecelakaan kecil itu. Tapi bukankah aku sudah mengingatkan, untuk tidak dekat-dekat dengannya. Ia masih muda. Ia reaktif dan beringas. Sekarang, di mana ia? Nanti biar kusuruh ia meminta maaf langsung kepadamu.”

“Tidak perlu,” aku menelan ludah. “Ia ada kebun belakang.”

“Aku barusan ke kebun belakang dan memanggil-manggilnya. Tidak ada jawaban.”

“Di bawah pohon mangga, Nyonya.”

“Tidak ada seekor laba-laba pun di pohon itu!”

“Aku bilang di bawah pohon, bukan di pohonnya,” tegasku. “Kalau kau tidak bisa menemukannya, gali yang lebih dalam.”

Genre Komedi

Bertujuan membuat kita tertawa dengan membesar-besarkan situasi, penggunaan bahasa, kelakuan, dan tokoh. Termasuk di dalamnya: slapstik, parodi, tokoh menyeleneh (Ace Ventura), dan lain-lain.

Aku kaget. Sedikit merinding melihat postur laba-laba itu. Tetapi biasa sajalah. Jelek-jelek begini, aku ini pemberani. Jadi, kulepaskan celanaku dengan santai. Sambil menuntaskan hajatku, aku mendongak mengamati makhluk berkaki delapan itu tanpa kedip.

Beberapa kali, aku menelan ludah. Tidak, bukannya takut. Sudah kubilang, biasa sajalah aku bertemu laba-laba sebesar ini.

“Tapi, alamak! Ini kenapa pipisku perasaan banyak sekali malam ini? Kutengok ke atas. Oh, sepertinya laba-laba itu mulai bergerak. Sial. Kuarahkan pandangan kembali ke bawah. Aku pun mengiba, “Ayolah, Dik. Masih banyak? Tolong, cepatlah sedikit!”

Genre Horor

Bertujuan menakut-nakuti dan membangkitkan kengerian tersembunyi dalam diri kita. Genre ini biasanya berhubungan dengan hantu, alien, monster, suku kanibal, dan sebagainya.

Kuperhatikan, laba-laba itu pucat dan sekujur tubuhnya berlendir. Sepertinya, ia bukan laba-laba dewasa atau remaja. Laba-laba itu baru saja menetas.

Tratatap… tratatap…. telingaku menangkap bunyi ketukan-ketukan berima. Dengan cepat, aku menoleh ke pintu kamar mandiku yang sudah tertutup. Jantungku berdegup. Kulihat kaki-kaki berbulu itu berusaha masuk ke kamar mandi. Sebatang kaki legam itu sama besar dengan pahaku. Ini pasti ibunya.

Genre Misteri

Bertujuan untuk mengungkap kejahatan besar. Selalu berhubungan dengan “siapa pelakunya” (Sherlock Holmes), dan kadang-kadang juga “kenapa melakukannya” (Satin Merah).

Aku terpaku di tempat, tak berani bergerak. Laba-laba itu tampak mengawasiku dengan mata-matanya yang hitam. Aku merasa seperti tikus yang terjebak di sudut. Aku mencoba menenangkan diri dan berpikir. Bagaimana semua ini bisa terjadi?

Aku ingat, aku baru saja pulang dari pesta ulang tahun temanku, Rina. Lalu aku memutuskan menginap di rumahnya, karena sudah terlalu malam untuk pulang. Lagi pula, aku takut dirampok di jalan.

Rina tinggal bersama suaminya, Andi. Mereka menyambutku dengan baik di rumah ini. Karena terlalu banyak minum, aku jadi ingin buang air kecil. Mereka pun dengan ramah mengarahkanku ke toilet kecil di luar. Toilet ini.

Tunggu, tunggu! Kupikir saat sedang asyik berbincang dengan Rina tadi, sepintas kulihat melalui jendela, Andi berlari-lari menjinjing kotak besar. Kotak itu menyerupai kandang binatang. Dan, astaga, besarnya memang hampir sama dengan laba-laba raksasa di atasku ini.

Ah! Jangan-jangan, binatang berkaki delapan ini bukan binatang liar yang kebetulan masuk. Keningku mengernyit menduga-duga motivasi apa di balik kebetulan-kebetulan ini.

Ya Tuhan! Seketika, aku menyesal telah membawa emas dua kilogram di tasku. Aku tidak mengatakan ini kepada siapa-siapa. Aku juga sudah berusaha menimbunnya di balik peralatan kosmetikku. Namun, entahlah, kupikir Rina merasa curiga dengan tas jinjingku yang terasa berat saat ia berusaha memindahkannya.

Oh tidak, laba-laba itu kini mendekat. Aku rasanya tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia akan melompat ke arahku, dan menancapkan taringnya yang beracun. Aku akan menjadi mangsanya. Lalu Rina akan pura-pura menjerit ketika menemukan mayatku yang nyaris kering terisap, dan menghubungi polisi. Tentu saja setelah emasku mereka amankan.

Genre Thriller / Suspense

Bertujuan membuat kita tegang dan waswas di sepanjang cerita. Di sini kita akan menemukan kecemasan (Da Vinci Code) terhadap nasib dunia atau tokoh utama, antisipasi adegan-adegan berikutnya (Pemuja Oksigen), dan semacamnya.

Oh, yang satu ini berada di sini. “Hei, cantik, ke mana teman-temanmu?”

Sekali lagi, banyak penafsiran, modifikasi, dan subgenre. Tidak ada aturan baku soal genre.

10 Genre dalam Save The Cat!

Save The Cat! (STC), sebuah metode penulisan kerangka, populer dalam satu dasawarsa ini. Strukturnya detail dan praktis untuk diikuti bagi yang ingin menyusun cerita yang memikat. Genre-genre dalam STC sedikit berbeda dengan genre umumnya. Berikut ini 10 jenis genre dalam STC:

Monster in the House

Genre ini merupakan salah satu jenis cerita tertua dan paling mendasar yang bercerita tentang monster berkekuatan supranatural. Kekuatan ini tidak harus bersifat magis. Bisa juga hanya berupa kegilaan atau kejahatan. Latar tempatnya di sebuah “rumah” atau ruang tertutup yang berisi unit keluarga, kota, atau dunia. Ada pula seseorang yang bersalah karena membawa monster itu ke dalam rumah.

• Contoh karya populer: The Ring, Saw, Psycho, The Shining, Jaws, Get Out, It, Hereditary.

Golden Fleece

Genre ini biasanya merupakan perjalanan. Tidak selalu dalam arti fisik. Bisa juga perjalanan virtual (Whispers of Fate) atau spiritual (Al-Ghazali: The Alchemist of Happiness). Jalan-jalan di genre Golden Fleece mampu melintasi berbagai lokasi, dimensi, dan waktu, sepanjang pertumbuhan di diri tokoh terjadi.

• Contoh karya populer: The Wizard of Oz, Paper Moon, Saving Private Ryan, Ocean’s Eleven, O Brother, Where Art Thou, Reservoir Dogs, Tangled, Argo.

Out of the Bottle

Dalam genre ini, pesan umumnya adalah, “Hati-hati dengan apa yang Anda inginkan.” Out of the Bootle berisi keinginan yang diminta atau diberikan, mantra yang dibatasi oleh aturan, dan pelajaran yang harus diresapi oleh tokoh utama.

• Contoh karya populer: What Women Want, Shallow Hal, Midnight in Paris, Big, Liar Liar, Aladdin.

Dude with a Problem

Tokoh biasa yang menghadapi keadaan luar biasa. Ia tidak menyadari sedang ditarik ke dunia yang berbahaya. Peristiwa besar yang mendorongnya terjebak ke dunia ini, sering tanpa peringatan. Tiba-tiba saja, terjadi pertempuran hidup atau mati baginya.

• Contoh karya populer: Open Water, Breakdown, Lorenzo’s Oil, The Man Who Knew Too Much, Taken, The Hunger Games, Room, Drive, The Martian.

Rites of Passage

Genre ini merujuk pada tahapan-tahapan hidup tokoh utama. Ada masalah hidup (seperti pubertas, krisis paruh baya), cara yang salah untuk menyelesaikan masalah, penyangkalan, dan sebagainya.

• Contoh karya populer: 28 Days, Kramer vs Kramer, Lost in Translation, Up in the Air, Brooklyn.

Whydunit

Dalam genre ini, tokoh utama harus memecahkan sebuah misteri. Ia bisa detektif atau orang biasa. Selama proses tersebut, kejutan-kejutan yang “gelap” satu per satu muncul.

• Contoh karya populer: The Maid, Captain Marvel, The Thursday Murder Club, Zootopia.

Fool Triumphant

Genre ini berfokus pada “orang bodoh”, karakter yang tidak dihargai oleh masyarakat, institusi tempat orang bodoh tersebut diharapkan untuk gagal, dan perpindahan posisinya ke dalam pusaran kekuasaan.

• Contoh karya populer: Being There (1979), Mrs. Doubtfire (1993), Forrest Gump (1994), Legally Blonde (2001), The 40-Years Old Virgin (2005).

Institutionalized

Genre ini berisi sekelompok orang yang berbagi tujuan atau minat yang sama, pengorbanan untuk kelompok tersebut, dan pilihan antara terus mematuhi aturan kelompok atau memberontak.

• Contoh karya populer: All About Eve, Air, Encanto, Point Break, Free Solo, Do the Right Thing.

Superhero

Dalam genre ini, tokoh utama harus memiliki kekuatan khusus, atau minimal misi besar. Ia pun memiliki lawan yang setara, bahkan lebih kuat. Elemen wajib lainnya adalah kutukan bagi tokoh utama.

• Contoh karya populer: The Incredibles (2004), The Dark Knight (2008), Black Panther (2018).

Buddy Love

Tokoh utama adalah seseorang yang kehilangan sesuatu yang bersifat fisik, etis, atau spiritual. Ia membutuhkan orang lain untuk menjadi utuh lagi. Lalu, datanglah tokoh lain yang melengkapi kekurangan itu. Komplikasi di genre ini bisa berupa kesalahpahaman, pandangan pribadi atau etis, peristiwa sejarah epik, atau penolakan dari masyarakat.

• Contoh karya populer: Thelma and Louise (1991), The Hotel Nantucket, The Hangover (2009), Rush Hour (1998), Lethal Weapon (1987).

Manfaat Memahami Genre

Walaupun bukan sesuatu yang pasti, setidaknya genre bermanfaat untuk memberikan gambaran kasar tentang tema suatu cerita. Juga memahami logika penuturannya. Ini akan berguna, baik kita sebagai penulis karya, pengamat, atau sekadar penikmat.

• Bagi penulis, genre dapat membuat mereka lebih memahami bagaimana struktur dan pengembangan cerita.
• Bagi pengamat, genre memberi mereka bayangan yang sama ketika membahas sebuah karya fiksi. Susah juga, bukan, bila kita membicarakan gajah, tetapi satu pihak membayangkan belalainya, sementara pihak yang lain membayangkan telinganya?
• Bagi penikmat, genre membuat mereka tahu apa yang bisa mereka harapkan. Dalam film bergenre drama musikal, jika ada tokoh yang tiba-tiba menari dan bernyanyi di tengah jalan, kita tidak boleh protes, “Enggak logis! Mana ada orang tahu-tahu muncul, lalu kompak bernyanyi dan menari seperti itu?” Ini film musikal, dan seperti itulah logika novel-novel atau film-film bergenre ini.

Bagaimana menurut Anda?

Referensi

• Genres, Wikipedia.org English
• Dirks, Tim. Main Film Genres, FilmSite.org
• Snyder, Blake. Genre, SaveTheCat.com